Haii
Gimana kabar nya?
"Lagi belajar menerima keadaan tanpa membenci kenyataan."
...
Angga menatap wajah adik nya yang masih belum membuka kedua mata nya. Ia sangat khawatir apa yg terjadi pada adik nya selama ia pergi. Para pelayan memang mengatakan ada yg berbeda dari Bianca. Ia yang dulu dingin sekarang lebih hangat dan terbuka pada keluarganya. Tak lupa mereka menceritakan bahwa suatu hari Bianca pingsan Setelah mendengar Putra Mahkota melamar sahabat nya sendiri, setelah sadar Bianca menjadi sangat aneh. Ia membanting cermin dan bertanya siapa dirinya. Tabib mengatakan jika itu efek dari depresi. Namun kali ini keadaan nya baik-baik saja hanya butuh istirahat. Selama 4 hari Bianca belum sadar. Keluarga nya hanya bisa menunggu dan ber do'a saja.
"Bianca.. ku mohon bangun lah" lirih Angga memegang tangan adik nya. Entah kebetulan atau keajaiban mata Bianca perlahan terbuka.
"Bianca! Kau sudah sadar?!" Ucap Angga. Bianca masih mencoba mengembalikan kesadaran nya. Ia melihat kakak nya yg terlihat kelelahan.
"Apa.. yang terjadi pada ku kak?" Tanya Bianca dengan nada yang lemah.
"Kau pingsan pada saat pesta penyambutan empat hari yang lalu. Tabib mengatakan kau kelelahan" Angga membelai rambut Bianca dengan lembut. Bianca mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum nya. Tetapi ia hanya dapat mengingat suara lonceng.
"Kak.. mengapa pada saat itu ada suara lonceng?" Tanya nya lagi. Angga seketika menatap bingung adik nya.
"Lonceng? Tidak ada lonceng di istana" jawab Angga yang membuat Bianca lebih heran.
"Sudah lah Bianca. Mungkin itu efek karena kau kelelahan. Sekarang istirahat lah jangan memikirkan bajingan yang telah menyakiti mu itu lagi!" Tegas Angga yang berpikir Bianca sakit karena Liam (Putra Mahkota).
Tok
Tok
Tok
"Siapa itu? Sudah ku bilang untuk tidak masuk ke kamar Bianca saat ini bukan!" Kesal Angga.
"Maaf tuan. Tetapi ada tamu yang ingin menjenguk nona" ucap pelayan dari luar kamar. Angga berdecak kesal.
"Suruh dia pulang. Adikku baru saja sadar dia tidak bisa menemui siapapun saat ini" ucap Angga. Namun, balasan dari pelayan nya membuat ia menggeram marah.
"Tetapi tamu itu... Lady Clara tuan" ucap pelayan itu ragu. Seketika darah Angga mendidih.
"Sialan! Wanita busuk itu. Berani sekali dia menemui mu setelah merebut Liam dari mu! Aku akan memberi nya pelajaran." Marah Angga. Bianca mencoba mereda kan amarah kakak nya. Karena ini adalah waktu yang tepat untuk memulai rencana yang baru saja terlintas di pikiran nya.
"Kak, sudahlah tidak apa-apa. Aku sudah baik-baik saja. Kita tidak boleh menolak kunjungan dari Calon penguasa Kekaisaran ini"
"Tapi dia yang membuatmu seperti ini. Aku tidak ingin kau terluka lagi Bianca. Aku kesal pernah percaya pada wanita itu karena dulu dekat dengan mu" pandangan Angga kini sendu. Ia sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada adik nya.
"Tenang lah kak ini tidak akan berlangsung lama. Aku berjanji pada kakak jika aku akan baik-baik saja. Sekarang kakak beritahu ayah dan ibu jika aku sudah sadar" Bianca mencoba meyakinkan Angga. Tak punya pilihan lain Angga hanya bisa menuruti keinginan adik nya.
"Baiklah. Jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan jangan tahan aku lagi Bianca. Kau mengerti?" Bianca mengangguk lalu memeluk kakak nya sebagai ucapan terima kasih.
...
Pintu kamar Bianca terbuka menampilkan seorang gadis berambut hitam berjalan dengan anggun. Bianca mempersilahkan ia duduk di sofa yang berada tepat di depan Bianca. Para pelayan menyajikan kue kering dan basah sebagai jamuan serta teh hangat lalu Bianca menyuruh mereka pergi.
"Bagaimana keadaan mu sahabat ku? Kau tahu? Aku begitu khawatir saat kau membuat kehebohan saat itu." Ucap Clara dengan nada yang dibuat khawatir. Bianca hanya menyeringai melihat itu.
"Jangan sok akrab lagi dengan ku. Bukan kah sudah ku katakan persahabatan kita cukup sampai di hari itu" ucap Bianca dengan menekan setiap kalimat yang ia ucapkan.
"Apa yang kau katakan Bianca? Bukan kah kau yang mengatakan kita ini sahabat selamanya? Hanya karena lelaki kau memutuskan persahabatan kita?" Tanya Clara dengan raut wajah angkuh nya. Sontak Bianca terkekeh mendengar nya.
"Hahaa lelucon apa itu oh Putri Mahkota yang agung! Aku tidak mungkin membiarkan ular berbisa berada di samping ku" wajah Clara kini terlihat kesal. Ia tak menyangka jika Bianca lagi-lagi menjadi sosok yang tak ia kenal.
"Ku peringatkan padamu Clara! Ini adalah hari terakhir mu menginjak kan kaki mu di RUMAH ku. Jika kau menunjuk kan lagi wajah mu disini maka bersiaplah untuk menjadi Calon Putri Mahkota yang cacat. Karena aku akan memotong kedua kaki mu itu!" Calara kini diselimuti rasa takut. Ia bahkan tak sanggup melihat wajah Bianca saat ini. Bianca yang melihat Clara yang terdiam Bianca ingin membuat nya lebih ketat ketir lagi.
"Akh! Apa yang kau lakukan Bianca!" Teriak Clara saat teh itu tumbah di gaun warna gold milik nya. Bianca menyeringai lalu menjatuhkan dirinya ke lantai tepat di depan Clara.
"Kau tidak tau ini hadiah dari Putra Mahkota untuk ku! Bahkan kau tak kan mampu membeli gaun ini dengan uang mu!" Marah Clara menatap tajam Bianca.
"Maaf kan aku Clara.... Aku tidak sengaja" kini Bianca mengeluarkan air mata nya. Tak disangka - sangka kini Clara menarik rambut indah Bianca membuat nya kesakitan.
"Ternyata kau ingin mati Clara..." irih Bianca dan diwaktu yang tepat pintu terbuka menampilkan Angga beserta orang tua nya.
Mereka tertegun melihat pemandangan itu. Angga lalu menodongkan pedang tepat di leher Clara.
"Lepaskan tangan kotor mu dari rambut adikku atau aku akan melepas kepala mu dari leher itu!" Ancam Angga dengan nada yang menyeramkan. Clara langsung melepaskan Bianca. Ibu Bianca langsung menghampiri anak nya yang acak-acak kan dan menampar keras pipi Clara hingga kepala nya tertoleh ke samping.
"Apa salah anak ku sehingga kau memperlakukan nya seperti ini! Kau telah merebut tunangan nya apa kau belum puas?! Ingat kau itu hanya anak seorang baron Clara!!" Bentak ibu Bianca dengan sorot mata yang dingin.
Ibu Bianca lantas menghampiri anak nya yang terduduk lemas di lantai dan membawa nya ke atas ranjang.
"Sayang kau baik-baik saja?" Khawatir ibu Bianca.
"Ini.. ini adalah salah ku. Aku telah menumpahkan teh ke gaun berharga Calon Putri Mahkota. Aku bahkan tidak sanggup membeli itu" ucap Bianca dengan nada memelas. Sontak Angga semakin panas. Beraninya seorang gadis yang belum mempunyai status sebagai Putri Mahkota memperlakukan adiknya seperti ini! Bahkan jika itu Kaisar ia akan membunuh nya sekarang. Pengaruh Wingston begitu besar bagi kekaisaran. Jika mereka tidak ada Kekaisaran akan ambruk saat ini.
"Apa kau ingin mati hah?! Setelah merebut tunangan adikku kini kau menginjak - injak nya! Ingat! Status mu sekarang masih Putri seorang Baron berani sekali kau berbuat seperti ini pada Putri Gran duke! Jika kau mati sekarang aku bersedia melawan semua orang sekarang termasuk KAISAR sekalipun!" Clara mematung dengan keringat bercucuran. Lidah nya kelu hanya untuk mengatakan sepatah kata pun.
"Tenang lah Angga" Gran duke menurunkan pedang anak nya. Ia mencoba menenangkan Angga yang sedang emosi.
"Ku rasa kau harus segera pulang Lady. Aku yang akan membayar gaun mu. Kami masih mampu membeli barang dengan harga kecil seperti gaun ini. Dan satu hal lagi, ku harap ini terakhir kalinya kau menginjak kan kaki mu disini." Ucap Gran duke. Pelayan Clara masuk lalu membawa nya pergi dari sana.Angga terlihat Marah mendengar keputusan ayah nya, namun ia tidak bisa membantah ucapan orang tua nya. Dan mungkin, bagi Angga itu bukan keputusan yang tepat. Namun, bagi Bianca itu sudah cukup. Kini ia akan menunggu apa lagi yang terjadi setelah ia menyulut api.
Yuhuu!! Update lagi nih jangan lupa Vote dan Comment biar aku semangat.
Vote dari kalian berharga bgt buat aku nulis.