Chapter 5

53 8 0
                                    

Hai

Sorry ya up nya lama

How's your day?

"Kita saling bermain peran. Kamu pura-pura tidak tau, aku pura-pura tidak menyukaimu. Hasilnya sama saja, kita tidak memiliki perasaan yang sama."

...

Beberapa hari setelah kejadian di kediaman Wingston. Tidak ada rumor tersebar. Hanya saja tersebar kabar bahwa keluarga Baron Dyakhsha tidak boleh memasuki wilayah Wingston lagi. Terdengar juga kabar jika Clara jatuh sakit setelah hari itu namun tidak ada yang berani berbicara tentang masalah ini. Termasuk keluarga Kaisar karena takut akan bermasalah dengan Wingston juga.

Bianca menikmati suasana hari ini di balkon kamarnya. Untuk sementara ia perlu istirahat dari pikiran yang tak perlu. Meski rumor tentang nya tak berkurang dan malah bertambah banyak itu tak ia ambil pusing. Badai pasti berlalu, dan hujan pasti reda. Ya, itu pikir nya. Rencana masa depan ia tunda dulu untuk kesehatan tubuh nya.

Tok tok tok

"Masuk" Bianca berjalan memasuki kamar kembali. Pintu terbuka menampilkan Angga yang tersenyum manis dengan membawa sebuah nampan berisi beberapa cemilan.

"Pagi Adikku" sapa Angga
"Pagi kakak. Apa yang membuat mu datang sepagi ini? Bukankah kakak ada latihan? Dan itu kakak membawa apa?" Tanya Bianca bingung.

"Aku mengambil libur hari ini. Dan ini, aku membawakan beberapa cemilan untukmu. Apa kau mau ikut dengan ku hari ini?"

"Kemana?" Tanya Bianca balik.

"Rahasia. Kau akan senang jika sampai disana. Pakaian baju yang nyaman untuk bersantai" Bianca hanya mengangguk setuju tanpa menanyakan apapun lagi. Setelah itu Angga keluar dan Bianca bersiap untuk sarapan lalu pergi dengan kakak nya.

...

Angga turun terlebih dahulu dari kereta kuda. Kemudian ia mengulurkan mengulurkan tangan nya kepada Bianca. Tanpa menunggu lama bianca meraih tangan itu. Mereka tiba di sebuah rumah yang terlihat sederhana. Angga menggandeng tangan Bianca menuntun nya untuk memasuki rumah itu.

"Kak rumah ini terasa begitu nyaman. Apa ini milik kakak?" Tanya Bianca sambil tetap berjalan bersama Angga.

"Tentu saja. Namun, bukan ini yang ingin ku tunjukkan padamu" kaki Angga keluar dari rumah itu dan berdiri tepat di sebuah kebuh yang tampak berwarna merah.

"Wah! Stroberi!" Teriak Bianca melihat kebun Stroberi yang begitu luas dengan buah yang siap dipanen.

"Kau suka?"

"Tentu saja kak ini yang terbaik!" Bianca melepas tautan tangan mereka dan berlari seperti anak kecil ke arah salah satu pohon stroberi. Ia sangat takjub.

Di kehidupan sebelum nya ia hanya bisa melihat pohon ini di tv saja. Ia tak punya waktu luang untuk pergi memetik langsung buah merah itu dari pohon nya.

"Syukurlah. Tak sia-sia aku membuat kebun ini beberapa tahun yang lalu. Aku berpikir suatu saat kau bisa tersenyum lagi melihat buah kesukaan mu ini" Bianca menatap kakak nya. Bagaimana bisa buah kesukaan nya sama dengan buah kesukaan Bianca yang asli.

"Mengapa kau melamun? Jika kau mau petik saja aku akan mengambil kan keranjang di dalam" Bianca tersadar dan mengangguk. Ia tak ingin memikirkan hal yang tidak perlu. Yang terpenting ia harus memetik banyak buah ini agar ia bisa memakan nya dirumah nanti.

"Eummmm. Enak!" Bianca memakan satu buah itu. Rasanya sangat manis, ditambah disini masih alami dan masih frees.

Tak lama Angga datang dengan keranjang yang berukuran sedang. Ia melihat Bianca tak menyadari keberadaan nya saat sedang asik menikmati buah itu. Rasa bahagia seketika menyelimuti nya, ia kembali mengingat bagaimana Bianca kecil dengan lahap memakan stroberi saat mereka liburan ke pulau sebelah. Mungkin sejak saat itu ia mulai mempelajari bagaimana menanam stroberi yang baik ditempat nya. Usahanya membuahkan hasil. Kini adiknya yang dingin mulai menjadi sehangat matahari lagi. Ia berharap Bianca bisa lebih tegar kedepan nya dan tak lagi berharap mencintai orang yang tak tau menghargai nya.

...

Hari mulai gelap. Angga mengajak Bianca pulang, ia rencana untuk menginap namun pekerjaannya membuatnya harus pulang. Bianca kegirangan menatap keranjang yang penuh dengan stroberi. Bahagia sekali rasanya ia sekarang memiliki apa yang ia mau.

"Bianca ku harap tak ada kesedihan di wajah mu lagi. Aku tidak ingin adikku yang ini sakit lagi kau mengerti?" Angga menatap lembut adiknya. Bianca mengangguk.

"Terimakasih kakak. Aku senang atas apa yang kau berikan hari ini" Bianca kini tersenyum manis. Melihat itu Angga mengacak - acak rambut Bianca sambil terkekeh.

"Eh! Ada sesuatu yang ketinggalan. Tunggu lah disini jangan kemana - mana kau mengerti" pinta Angga lalu meninggalkan Bianca sendiri di gerbang. Bianca tidak takut jika ada orang jahat yang ingin menyakitinya ia tinggal patahkan tangan nya.  Ia pernah belajar ilmu bela diri dulu itu sangat berguna bagi wanita mandiri sepertinya.

Bianca mengedarkan pandangannya lalu tak sengaja matanya berhenti tepat pada anak laki-laki yang terduduk tak jauh dari tempatnya berdiri. Anak laki-laki itu memeluk kedua kaki nya. Penampilan nya kumuh dan acak - acakan. Seperti nya dia pengemis. Merasa iba Bianca menghampiri nya ia terpaksa melanggar perintah kakak nya. Ia pun berjanji pada dirinya jika tak akan lama.

"Hey mengapa kau disini? Dimana orang tua mu?" Tanya Bianca. Namun anak laki-laki berambut coklat panjang hingga menutup sebelah matanya itu tak menjawab.

"Eum apa kau lapar? Ambil ini, semoga ini berguna untuk mu" Bianca memberikan satu gelang emas dan sedikit stroberi nya. Anak itu tetap tak bergeming. Bianca bingung harus melakukan apa. Wajahnya yang tak nampak sehingga agak sulit untuk Bianca berkomunikasi.

"Bianca!" Teriak Angga. Bianca langsung panik ia pasti akan dimarahi kakak nya setelah ini.

"Tunggu lah disini. Aku akan kembali bersama kakak ku" Bianca lalu pergi meninggalkan anak itu sendiri. Ia lalu menghampiri kakak nya.

"Bianca! Kau dari mana saja? Bukankah sudah kakak bilang tetap disini jangan kemana- mana" Bianca hanya menelan ludahnya. Ia sudah siap untuk dimarahi lagi.

"Tadi aku menghampiri seorang anak laki-laki. Letaknya tak jauh dari sini" jelas Bianca mendapat tatapan bingung dari kakaknya.

"Anak laki-laki? Dimana?" Tanya Angga kebingungan. Bianca menoleh ke belakang saat ingin menunjuk ia terkejut karena tak mendapati anak itu ditempat tadi.

"Dimana? Tidak ada orang disini Bianca" ucap Angga melihat sekitar tak ada siapapun kecuali mereka berdua.

"Kak aku tidak bohong. Barusan aku menghampiri anak itu dan memberinya gelang serta stroberi ku sedikit. Aku juga sudah menyuruhnya untuk menunggu tetapi kini dia hilang" Bianca merasa aneh sendiri. Angga mengajak nya langsung pulang mungkin saja Bianca kelelahan hari ini. Karena tidak mungkin jika ada seseorang yang masuk. Angga telah melarang siapapun ke wilayah ini kecuali tukang kebun. Dalam perjalanan pulang Bianca tertidur di kereta. Hari ini dia dan Bianca cukup bersenang - senang menghabiskan waktu bersama tanpa tau apa yang menunggu mereka dirumah.

To Be Continued~

Janlup Vote and Comment!

Gue bikin cerita itu pake otak dan tangan. Jadi seenggaknya kalian vote lah biar gue tambah semangat nulis nya.

Jangan pelit vote.
Kata temen gue tuh orang pelit kuburan nya sempit.

BIANCA ROSELLIA WINGSTON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang