Puncak

78 15 3
                                    

Tepat jam 2 lebih 5 menit dini hari Taavi, Ardan, Jazmi dan Jefrey melakukan summit Attack.

Mereka mendaki ke puncak dengan semangat menggebu-gebu meski dalam kondisi cuaca yang sangat dingin.

Di tengah perjalanannya, mereka pun bertemu dengan beberapa rombongan lain yang juga memiliki tujuan yang sama dengannya.

Dan salah satu diantara para pendaki itu kebetulan ada yang merupakan kenalan Jefrey di komunitas kickboxing.

Karena selain menjadi anggota pecinta alam, pria berotot dan bertato yang merangkap sebagai kekasihnya Jazmi itu juga merupakan penyuka seni olahraga bela diri yang mengandalkan kontak fisik secara intens.

Intinya Jefrey itu memang menyukai semua kegiatan yang membutuhkan kebugaran fisik serta stamina yang kuat.

Adapun pria berotot lain yang merupakan kenalan Jefrey itu bernama Jonas, perawakannya hampir mirip dengan Jefrey hanya saja dia lebih tinggi beberapa centimeter darinya.

Dia orang yang ramah dan berwawasan luas. Bahkan jika dibandingkan dengan mereka berempat, pengetahuan Jonas tentang bagaimana caranya bertahan hidup di alam liar merupakan yang paling mengesankan.

Makanya ketika lagi-lagi Ardan terpeleset saat dalam perjalanan menuju puncak, Jonas bisa dengan sigap mengobatinya. Jadi tidak memerlukan waktu yang banyak bagi Ardan untuk memulihkan diri.

Sehingga mereka semua pun bisa sampai di puncak tepat waktu.

"Gue balik ke rombongan gue lagi ya." Karena merasa jasanya sudah tidak diperlukan lagi dalam rombongan Jefrey, Jonas pamit kepada mereka untuk bergabung kembali dengan rombongannya.

Tadi saat Ardan terpeleset, kebetulan jarak diantara kedua rombongan mereka memang tidak berjauhan.

Jadi Jonas yang mengetahui dari cerita Jefrey kalau kaki Ardan sudah pernah cedera dan dalam rombongan mereka tidak ada yang benar-benar ahli dalam bidang pengobatan, merasa kasihan serta langsung menawarkan diri menemani mereka sampai ke puncak.

Yang tentu saja hal itu langsung diterima dengan senang hati oleh semuanya, kecuali Taavi.

Dia mendadak jadi sangat pendiam sejak Ardan kembali terpeleset, bahkan saat diajak bicara pun Taavi sama sekali tidak fokus.

Pandangannya terlihat kosong, kulitnya pun menjadi sedikit pucat, bahkan bibirnya yang biasanya berwarna merah kecoklatan, kini nampak membiru (?)

"Ada apa dengannya?" Ardan sungguh merasa cemas ketika melihat penampilan kekasihnya. Dia yang awalnya paling ngotot untuk sampai ke puncak dibanding siapapun, kini malah mencoba untuk membujuknya agar Taavi mau turun duluan bersamanya.

"Bodoh amat lah dengan sunrise atau apapun itu, yang penting Taavi baik-baik saja." Begitu pikirnya.

Namun ketika Ardan tengah mencemaskan Taavi dan berusaha membujuknya, Jazmi dan Jefrey justru merasa sangat heran padanya. Karena menurut kedua sahabatnya itu, kondisi Taavi saat ini terlihat bugar bugar saja dan prima seperti biasanya.

"Masa sih?" Ardan bertanya kebingungan.

"Iya. Tidak ada tuh kulitnya yang pucat ataupun bibirnya yang membiru. Jangan-jangan kamu yang mulai mengalami gejala hipotermia atau acute mountain sickness, makanya kamu jadi berhalusinasi Ardan." Begitulah kata Jazmi pada Ardan.

(Saat di gunung, banyak penyakit-penyakit yang sangat bisa menyerang para pendaki, karena mereka mengalami kondisi yang sangat berbeda dari biasanya. Seperti halusinasi misalnya, yang disebabkan oleh beberapa kondisi medis diantaranya karena hipotermia, Acute Mountain Sickness (AMS), atau karena pengaruh obat-obatan terlarang)

Lost (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang