211 22 0
                                    

Setelah kejadian itu aku pingsan selama 3 hari, orang pintar kekaisaran bilang aku terlalu banyak menggunakan kekuatan, setelah bangun pun tak ada yang berubah. felix mengatakan bahwa ayah dan athi akan menyantap makanan bersama dan mengundang ku tapi ku tolak mentah mentah

alena adalah pelayan pribadi ku, ia dekat dengan ku melebihi siapa pun di kekaisaran ini, ia mengajak ku untuk berkeliling di kota karna aku bahkan tak keluar dari kamar setelah kejadian itu, ya tapi siapa sangka ayah mengijinkannya semudah itu

alena dan aku pergi berdua keliling kota tanpa pengawal, ya lagian itu juga merepotkan sih. kami pergi ke berbagai pedagang, dan kami berada di alun alun. menikmati pertunjukan jalanan di alun alun dan berkeliling menikmati makanan olahan, tapi..

kami di culik dan di sekap

alena di ikat dan terus memohon untuk membebaskan kami, dan pada akhirnya hanya alena yang di bebaskan untuk membuat transaksi pelepasan ku

"kapan kita bunuh anak itu?"
"saat kita sudah pasti mendapatkan uang tebusannya"
"yang benar saja, bahkan pakaian nya lebih mahal dari pada rumah kita"
"berarti dia anak bangsawan kan?"

aku hanya anak berumur 6 tahun yang bahkan tak bisa berbuat apapun di situasi seperti ini, padahal aku putra mahkota, bisa bisanya.

sekitar beberapa hari yang lalu alena mengajak ku ke alun alun sambil memakan makanan ringan di pedagang gang kecil, tapi alena malah di pukul dari belakang menggunakan kayu, cukup membuatku terkejut. bukan hanya sampai di situ preman yang menyerang kami menyekap ku hingga pingsan.

tidak ku sangka, aku yang akan menjadi pemimpin kekaisaran malah mengalami hal ini. tidak apa jika harus mati lebih cepat, hanya saja aku tak mau mati di tangan preman ini, apa kata orang jika aku tidak mati dengan terhormat

"sudah 3 hari sejak wanita yang kita lepaskan untuk membawa uang transaksi, tapi tak kunjung ada kabar"
"pasti membutuhkan waktu untuk sampai kesini"

aku sudah hilang kesadaran selama 3 hari? pantas saja aku merasa lemas, haus dan lapar. kalau bukan mati di tangan mereka bisa bisa aku hanya akan mati kelaparan

"ughh, paman??" lengguh ku polos menatap mereka

"halo anak manis" lanjut preman itu tersenyum aneh

ugh, ini bukan gaya bicara ku. tapi aku harus berpura pura dahulu

"paman temannya ayah ya?" tanya ku dengan binar mata

"benar! aku adalah teman ayah mu"

"lalu ini dimana?" lanjut ku dengan wajah kebingungan

"ini adalah rumah paman"

preman yang terlihat hanya 2 apa karna yang lain sedang berjaga? atau benar hanya mereka ber2

"paman, aku lapar. ingin makan" dengan wajah polos menggenggam ujung bajunya

"ah, baiklah."

preman itu mendudukjan ku di kursi yang sudah terpampang makanan tergolong mewah, apa mereka berharap mendapatkan uang setelah ini maka dari itu mereka berfoya foya?

mungkin ayah tak akan membantuku, sepertinya dari pada kehilangan uang ayah lebih baik kehilangan ku. aku tak bisa bergantung pada harapan ayah

"kau begitu penurut ya, kau juga cantik untuk seorang laki laki. kau dari keluarga bangsawan ya?"

"aku tak mengerti, tapi aku sering di panggil seperti itu paman" jawab ku

benar, aku harus membuat mereka percaya aku bangsawan tanpa bilang bahwa aku putra mahkota, membuat mereka berharap dan memperlakukan ku dengan baik

beberapa saat kemudian aku tersadar, pantas saja ruangan tadi terlihat gelap, nyatanya itu ada di bawah tanah, dan alasan penjagaan mereka tidak ketat dan mengerahkan 2 orang menjaga ku karna ini adalah pesisir pantai, entah aku berada dimana dan apa aku bisa selamat. Yang pasti jika aku ingin keluar dari sini aku membutuhkan persiapan yang matang dan tidak melakukan hal seenaknya

keesokan harinya pada sore hari yang nyaman 2 perampok itu di hebohkan setelah mendapatkan kabar fakta yang mengatakan bahwa kekaisaran mengerahkan pasukan militer untuk mencariku dalam skala besar, perampok itu tak mengira bahwa yang mereka culik ini adalah putra mahkota

"kita bunuh saja dia, lalu kita kabur ke hark"
"tapi dia kan masih anak anak, apa perlu sampai di bunuh?!"
"dia itu putra mahkota! kita yang akan mati kalau dia selamat dan membuka mulut"
"kau pikir penculik putra mahkota akan di biarkan begitu saja?!"
"kau pergilah mencari kuda, anak itu biar ku bereskan"

terkejut mendengar percakapan mereka ku geledah beberapa laci lemari dan menemukan belati, tidak besar tapi ku yakin bisa membuat cedera

salah satu paman yang nampak membenciku sedari awal memasuki ruangan ku dengan kebingungan tak melihat keberadaan ku, tentu saja aku menyembunyikan diri. begitu sudah berada di belakangnya ku tusuk kakinya membuat ia terkejut kesakitan

"dasar bajingan kecil!!" umpat perampok itu mendorongku kuat hingga ku terjatuh membentur dinding

belum selesai merasakan pening di kepalaku akibat benturan, perampok mencekikku dan mengangkat ku  keatas cukup membuat ku hampir kehilangan kesadaran, tapi dengan sisa kekuatan ku menendang perut perampok dengan keras, kembali menancapkan belati sedang itu pada tangan yang ia gunakan mencekik ku.

walau masih sadar aku yakin ia tak punya kekuatan untuk mengejar ku dengan cepat ku keluar dari ruang bawah tanah ini dan menelusuri pesisir pantai

aku hanya ingin hidup dengan damai lalu mati, 4 hari yang ku habiskan terculik, kekaisaran baru mengirim pasukan mencari ku setelah 3 hari hilangnya aku

kalau aku adalah kakak yang harusnya menjadi ahli waris sah apa pencarian akan di lakukan secepat mungkin? kalau semisal bukan aku yang di culik melainkan kakak, apa jadinya juga seperti ini? lucu sekali

di saat seperti ini pun aku masih memikirkan diriku sendiri

aku terjatuh di pasir pantai, dengan tenang ku dengar desiran pantai dan aku kehilangan kesadaran ku

beberapa saat setelah itu hari sudah gelap dan rasanya tambah mustahil bagiku, aku mendudukkan diri ku melihat ombak pantai yang gaduh, mungkin mewakilkan perasaan ku saat ini

mungkin tak lama lagi ku akan mati, entah karna kelaparan dan lemah, atau karna ku menyerah pada diriku sendiri, ku genggam erat belati yang sedari tadi ku bawa itu, dan adanya satu cahaya mendatangi ku menarik perhatian ku

benar benar lucu, disaat aku mulai menyerah pada takdir, tapi akhir selalu saja membuat ku tak ingin merasa ingin mati

"hei, disini!" ucap ku lirih

tak peduli suara ku terdengar, entahitu pasukan pencarian atau malah perampok lainnya, aku benar benar sudah tak berdaya

dan tak keberdayaan ini
membuat ku takut

Rembulan ObeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang