[1] Dia Yang Pertama

470 384 62
                                    

"Saat aku tak lagi di sisimu, ku tunggu kau di keabadian."

***

Suasana pagi hari dengan hawa dingin yang sangat menusuk batin. Sekujur raga terbelenggu dalam dinginnya pagi. Pagi hari berhias kabut yang sangat tebal. Kabut yang sangat tebal mendekap seluruh jiwa. Berselimut mantel sangat tebal yang menghangatkan sekujur ragaku.

Aku, Novariana Azalea terbangun saat sang matahari menyapa pagi hari dengan senyumannya yang sangat mengagumkan hati. Senyumannya memancarkan kehangatan teriknya kala pagi hari yang sangat dingin. Kuraih kehangatan sang matahari dalam naungan jiwa yang dirangkul oleh hawa dingin pagi.

Setelah itu, aku pun bergegas untuk memulai kehidupan baru di sekolah baru, hari yang aku pijak pada awal bulan. Tepatnya bulan juli, aku menginjak masa putih abu-abu. Aku bersiap berangkat ke sekolah baruku, di mana sudah pasti dengan kisah dan cerita yang baru juga.

Suasana jalan yang sepi penuh damainya hati. Tiada kendaraan setitikpun yang menyapa mengitari jalan yang sangat lurus. Kurasakan hangatnya sang matahari sembari kutatap pohon-pohon berdiri tegak gagah dengan afsunnya penuh wibawa yang tangguh. Pohon-pohon yang berdiri kokoh membuatku kagum.

***

Setibanya aku di sekolah yang di sertakan warna cat hijau, terdapat beberapa tanaman di koridor sekolah tersebut. Hari ini aku mulai mengikuti acara mpls atau masa pengenalan lingkungan sekolah. Aku mulai memasuki ruangan aula, ruang di mana seluruh siswa dan siswi baru di pertemukan. Di dalam ruangan tersebut, tidak hanya terdapat siswa dan siswi baru saja, akan tetapi terdapat kakak osis yang sudah siap membimbing adik-adik baru ini.

Aku bersama dengan kelompokku duduk di bangku belakang, tepatnya di pojok ruangan. Aku mulai mencari teman baru, aku bertanya pada seseorang yang berada di sebelahku.

"Hai, siapa nama kamu?" tanya diriku.

"Eh hai, namaku Elsania. Kamu bisa panggil aku Elsa," jawabnya.

Belum banyak bertanya lebih, acara mpls telah di mulai. Di mulai dengan sambutan dari kepala sekolah di sekolah tersebut, hingga jajaran nya. Kemudian, kakak osis mulai memperkenalkan dirinya masing-masing beserta jabatannya.

Tanpa aku sadari ternyata ada salah satu kakak osis yang mirip dengan seseorang yang pernah kutemui sebelumnya.

"Eh sebentar, kok dia mirip dengan..." sahut batinku.

Beberapa saat kemudian, lelaki itu keluar dari ruangan tersebut melewati pintu belakang. Aku pun langsung mengambil gambar dirinya. Setelah itu, dia masuk kembali ke dalam ruangan. Aku menyadari bahwa dia tanpa sengaja melihat diriku saat sedang mengambil gambar untuk kedua kalinya.

"Aduh sialan, kok dia malah notice ke sini," batinku berbisik.

Aku mengumpat malu, berpura-pura tidak melihat dirinya, dan kembali mengikuti kegiatan.

***

Waktu istirahat tiba, seluruh siswa mulai berhamburan meninggalkan ruang aula. Aku pun mengikutinya.

Saat diriku berjalan menelusuri lorong koridor sekolah, tanpa di sengaja aku bertemu dengan sosok lelaki. Mungkin kalian sudah bisa menebak siapa dirinya? ya, dia Rizhandra Antaniogara, kakak osis yang serupa mirip dengan seseorang yang pernah kutemui pada masa laluku. Hati dan perasaanku saat itu jangan di tanyakan lagi.

Setelah itu aku melanjutkan untuk menelusuri area sekolah. lalu aku pergi ke koperasi yang terdapat tidak jauh dari ruangan aula.

RIZHANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang