WARNING!! 19 +!!!
Deen mengerjap perlahan, menyesuaikan cahaya yang menusuk retina matanya. Deen ingin beranjak, akan tetapi sesuatu menahannya agar tetap berada ditempatnya dengan posisi terbaring telentang. Seketika panik menguasainya, samar ia mendapati kembali penggalan kejadian setelah ia keluar dari gerbang kampusnya, mobil, wanita berpakian hitam, dan saputangan. Mata Deen terbelalak. Ia diculik. Ia meronta pelan, tapi percuma, kedua tangannya terikat di kedua sisi tiang diatas kepalanya. Deen gemetaran. Berbagai spekulasi menghantam otaknya, mulai dari penculikan, pembunuhan, tebusan. Ia tak menyadari kalau ada seseorang lagi yang berada didalam ruangan itu, seseorang dengan wajah dingin yang menatapnya dalam. Seakan merasa diawasi, Deen menolehkan wajahnya kearah sofa disisi kanan ranjang tempatnya terikat. Nafas Deen tercekat, wajahnya sedikit memerah. Buru-buru ia memalingkan wajahnya kesisi sebaliknya agar tak menatap orang yang sedari tadi menatapnya intens. Seorang pria yang hanya mengenakan kimono mandi tipis berwarna hitam yang menampilkan otot liat disepanjang tubuhnya. Keringat dingin mulai membanjiri tubuh Deen. Entah kenapa ia merasa panas disekujur tubuhnya.
Pria itu tersenyum tipis, amat sangat tipis. Nyaris tak terlihat bila kau tak benar-benar memiliki mata yang tajam. Pria itu beranjak pelan menuju kearah Deen, langkahnya pelan namun tegas. Deen menyadari hal itu, ia menyadari kalau ia kini dalam bahaya. Bagaimana tidak? Ia diculik, diikat diatas ranjang, dan berada bersama pria yang hanya mengenakan kimono tipis nyaris telanjang. Nafas Deen memburu, degup jantungnya berdetak tiga kali lipat dari yang seharusnya. Pria itu duduk disisi ranjang yang membuatnya sedikit bergoyang, tubuh Deen menegang, ia menutup rapat-rapat kedua matanya. Deen memekik tertahan ketika sebuah tangan dingin mengusap keringat yang membanjiri keningnya. Ia berbalik menatap kesamping, matanya bertubrukan dengan sorot mata kelam yang menghanyutkan. Dengan sedikit gemetar, Deen bringsut menjauh, meski ia tahu itu tak akan berhasil.
"A-pa yang k-kau inginkan dariku, tuan?" suaranya bergetar. Deen dapat menangkap sorot mata tajam itu menatap tepat kedalam matanya. Susah payah Deen menelan ludahnya, tubuhnya benar-benar terasa panas dan menyakitkan.
"Aku bisa meringankan rasa sakitmu, Deen." Singkat. Tapi kata-kata yang diucapkan dengan suara serak itu membuat detak jantung Deen kembali melaju cepat. Semburat merah kembali terlihat dikedua pipinya.
"B-bisakah kau melepasku, tuan? In-i menyakitkan..., dan..., tubuhku benar-benar terasa panas. Ak-u mohon..." Deen kehilangan suaranya, ia terengah. Menekan rasa panas dan sakit disekujur tubuhnya. Pria itu mengusap pelan lengan Deen seringan bulu, menghantarkan rasa menyengat yang menggodanya untuk mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh. Deen merapatkan biburnya rapat-rapat. Ia tak ingin menjadi jalang dihadapan pria ini. Ia selalu menjaga sopan santunnya dimanapun ia berada, dan sekarang, hanya dengan sentuhan pria itu Deen merasa ingin meledak.
"Tubuhmu semakin sensitif, Deen. Kalau kau ingin tersiska seperti ini hingga esok aku tak keberatan, tapi...,"
"Tapi apa?" Deen sudah melupakan sopan santunnya. Rasa panas mencekiknya hingga ia ingin berteriak. Pria itu menyeringai. Seringaian yang langsung mengirim sinyal tanda bahaya pada Deen.
"Kau akan tersiska dan akan melukai dirimu sendiri, dan aku tak menjamin apa esok kau masih bisa bertahan hidup."
Deen membeku. Jika boleh, ia lebih baik mati dengan menahan rasa sakit dan panas ini daripada menerima tawaran pria asing dihadapannya. Deen menyadari, seseorang sudah memberikannya obat perangsang dosis besar. Ia berani bersumpah, bahkan saat ini ia masih perawan. Akan tetapi, sedikit tidaknya ia tahu beberapa jenis obat-obatan, dan salah satunya adalah yang sudah mempengaruhi dirinya hingga menjadi wanita jalang seperti ini. Ia masih memikirkan nasib kakak semata wayangnya apabila ia menyerah dengan keadaannya saat ini. Bathinnya berkecamuk. Panas dan sakit semakin menguasainya, tapi sebuah sentuhan yang kembali mengirim gelenyar Panas ditubuhnya membuatnya kehilangan akal seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reach To You
RomanceMike Hoston. Pria keras kepala yang pantang menyerah. Ia kaya, tampan, dan apapun yang ia inginkan harus menjadi miliknya. Hidup selama 28 tahun tanpa pernah memiliki rasa tertarik akan lawan jenis. Tapi, suatu kecelakaan mempertemukannya dengan gad...