Bab 2 - Feel

263 36 8
                                    

Barra memandang Hariz dan Aray bergantian. Di depan, Hariz berusaha keras memasukan pola ke ranjang. Saat Barra melihatnya, Hariz kembali mencetak poin. Pandangannya beralih pada Aray. Anak itu asik bermain game di ponsel Barra. Kenapa tidak pakai ponsel sendiri? jawabannya karena ponsel Aray ponsel kentang. Daripada Barra emosi melihat Aray mengeluh ponselnya lambat, lebih baik dipinjamkan saja ponselnya.

Kalau Barra? dia mah santai sambil makan keripik.

Berhubung jam pelajaran kosong, mereka memanfaatkan waktu untuk bersenang-senang. Sebenarnya itu hanya berlaku untuk Hariz dan Aray saja, karena sekarang Barra bosan. Tidak banyak yang bisa dilakukan.

Barra tiba-tiba teringat sesuatu. Ia menoleh pada Aray, memintanya untuk segera menghentikan permainkan. Barra ingin mengatakan sesuatu yang serius. Tapi Aray yang sedang fokus pada permainan membuat Barra sulit berbicara padanya.

"Ray, dengerin dulu!"

"Ngomong tinggal ngomong, sat."

"Kapan kita latihan lagi?"

Yang ditanya terdiam. Tidak peduli dengan permainan yang masih berlangsung. Pertanyaan Barra justru membuat Aray salah tingkah. Diam-diam mencuri pandang ke arah Hariz. Meminta cowok itu untuk membantunya menjawab. Tapi Hariz sama sekali tidak melirik ke arah mereka membuat Aray ingin mengerang putus asa.

"Anu, Bar. Riz, sini dulu!"

Hariz tidak langsung menghampiri mereka. Dirinya masih sibuk mendribel bola. Setelah berhasil memasukan bola untuk kesekian kali, barulah Hariz menghampiri. Menaikan alis seolah bertanya ada apa.

"Barra nanyain kita latihan kapan?"

"Apa pertanyaan gue terlalu sulit sampai lo harus tanya Hariz dulu?" Tanya Barra heran. Ia melihat gelagat aneh dari Aray. Bahkan Hariz pun terdiam cukup lama untuk kemudian menjawab.

"Sebelum jawab, gue tanya dulu. Kapan terakhir kali lo ikut kita latihan?"

Barra terdiam. Ia tidak ingat. Sudah cukup lama Barra tidak bergabung untuk latihan. Ia selalu mangkir dengan berbagai alasan. Yang pasti, sudah hampir satu bulan Barra tidak ikut latihan. Selama itu juga, Barra tidak mendengar berita tentang band nya sama sekali. Hariz dan Aray tidak pernah cerita bagaimana saat latihan atau rencana tampil.

Barra pikir, semua berjalan lancar. Baik Hariz ataupun Aray tidak mengeluh apapun tentang band nya. Tapi melihat raut wajah mereka, Barra pikir sesuatu tengah terjadi.

"Nggak ingat kan? Oke, dengerin penjelasan gue dulu, jangan disela. Hampir sebulan, Bar. Bukan waktu yang sedikit buat sesuatu terjadi. Kita paham, lo mungkin punya kesibukan lain yang nggak bisa diceritain. Tapi, Bar... kita kesulitan. Tanpa satu atau dua orang, kita kacau."

Aray menepuk pundak Hariz. Lewat matanya, mengisyaratkan pertanyaan, apakah ini waktu yang tepat untuk memberitahu Barra?
Hariz membalas dengan anggukan. Menurutnya, ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakan band mereka. Untuk kelanjutan dan masa depan band yang telah berdiri hampir satu tahun.

'Galaxy' band yang terdiri dari lima anggota. Band independen yang tidak terikat pada sekolah atau agensi apapun. Band yang dimulai oleh mimpi besar dari masing-masing anggota.

Berat bagi Hariz untuk mengatakan ini pada Barra. Apalagi Barra termasuk orang yang ambil bagian dalam terbentuknya Galaxy. Barra yang kembali menyatukannya dengan 2 anggota lainnya. Hariz memang sempat bimbang. Tapi sekali lagi, ini demi kelanjutan dan masa depan Galaxy. Mereka punya tujuan sejak band itu didirikan dan mereka tidak bisa melupakannya.

"Kita latihan saling mengandalkan satu sama lain. Kekosongan lo coba kita tutup dengan anggota lain. Lama-lama kita bisa saling selaras. Gue drummer, Jayden bassis, Aray keyboard, dan Arjun ambil double jobdesk, vokal dan gitar. Awalnya kita mau cari personel lain buat ngisi kekosongan. Tapi kita tau, nggak gampang bangun bonding tanpa akrab dulu."

Identitas (Who I Am?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang