30. Pelampiasan amarah

78 4 0
                                    

Khaotung kembali dari club malam masih dengan perasaan mengganjal. Ia membuka pintu kamar, melepaskan sepatu, lalu menghempaskan diri ke atas tempat tidur. Dirinya tidak bergerak sama sekali untuk beberapa saat. Air mata mengalir dari kedua matanya tanpa sadar, tapi Khaotung tak memiliki tenaga untuk menghapusnya. Baru kali ini Ia merasa ingin menangis sejak perselisihannya dengan First beberapa hari lalu.

Setelah puas menghanyutkan diri dalam kesedihan yang tak berguna, Khaotung bangkit untuk mencuci muka. Ia bahkan memutuskan untuk mandi walaupun tahu Ia akan jatuh sakit jika mandi air dingin diatas pukul sebelas malam. Khaotung lalu naik ke atas kasur dan memejamkan mata untuk istirahat.

Pagi hari tiba lebih lambat dari yang Khaotung antisipasi. Tepat saat alarmnya berbunyi, Khaotung mematikan notifikasi di handphonenya dan bangkit dari posisi semula. Dengan langkah malas, Ia menuju kamar mandi untuk bersiap memulai harinya.

Dirinya memiliki dua kelas pagi itu, tetapi Khaotung memilih untuk melewatkan kelas karena mood yang jelek sejak pagi. Ia bersantai di cafe dekat kampus karena Ia tahu orang yang tak ingin dijumpainya pasti sedang berkutat di perpustakaan kampus. Sambil menunggu pesanannya diantar, Khaotung membuka handphone untuk berkeluh kesah di group biasanya.

Khaotung: ada yang free hari ini?

Jan: gua free. Sebenernya ada kelas tapi pengen skip aja.

Ciize: lu skip ga bilang. Gua sudah duduk manis di kelas nih.

Jan: kan lu ga tanya.

Khaotung: main aja yuk? Gua juga mager kelas.

Ciize: kemana? Bentar, gua lari dulu sebelum dosennya masuk.

Jan: apa ya yang seru? Mau nonton bioskop masa?

Khaotung: room smash?

Ciize: gas.

Jan: kalo itu, gamau ajak Book sama Mix juga?

Khaotung: coba lu kontak mereka. Gua rasa mereka lagi hangover sih, semalem entah sampe jam berapa di club.

Jan: kalian semalem ke club ga ngajak kita?

Ciize: sekarang gitu ya kalian, kali main ga pernah nawarin gua sama Jan.

Khaotung: bukannya kalian juga jarang ngajak kita?

Ciize: udah lah. Biarkan yang lalu berlalu. Sekarang mau main room smash aja nih?

Khaotung: gua di cafe, kalian kesini aja.

Jan: ok bentar, gua otw.

Ciize: sama.

Jan dan Ciize menyusul Khaotung yang tengah duduk santai di salah satu meja cafe sambil meminum kopi dingin. Kedua perempuan itu memesan minum masing-masing sebelum duduk di hadapan Khaotung.

"Tumben banget lu minum kopi pahit?" Tanya Jan begitu Ia duduk.

"Salah. Harusnya, tumben lu bolos kelas?" CIize membenarkan.

"Eh iya ya. Sejak kapan lu suka membangkang begini? Efek pacaran sama kak First bukan sih?" Tanya Jan.

"Ga lah. Orang dia murid teladan. Gua cuma bosen jadi anak baik, pengen ganti suasana." Kata Khaotung.

"Alasan lu. Aslinya sakit hati bikin kau pengen jadi berandalan kan?" Tebak Ciize.

"Bener banget." Jan setuju.

Khaotung menghela nafas. "Terserah kalian aja deh. Gua no comment."

"Biasanya yang no comment gini, tahu kalo ketahuan tapi takut membenarkan." Ujar Ciize.

LAST DANCE [FORCEBOOK AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang