33. Rahasia kita bersama

68 5 0
                                    

Keempat sahabat itu lanjut bertukar cerita hingga larut malam. Setelah puas, satu per satu dari mereka kembali ke kamar masing-masing. Tersisa Book yang masih menemani Khaotung di dalam kamar sesuai permintaan sang pemilik kamar.

"Book, lu ingat waktu itu gua sempet nanya fwb sama lu?" Khaotung memasang raut wajah serius.

"Iya. Kenapa? Lu masih minat kah? Bukannya sudah balikkan sama pacar lu?" Tanya Book.

"Bukan. Tapi gua ga sengaja itu." Khaotung menggigit bibir.

"Itu apaan?"

"Gua ga sengaja tidur sama anak kampus kita." Khaotung akhirnya mengaku. "Tapi ini sebelum gua baikan."

Book termenung sejenak. "Sekali doang?"

Khaotung ragu-ragu menggeleng lalu mengangkat 4 jari.

Nafas Book tercekat.

"Gua harus gimana?" Tanya Khaotung.

"Sampai sekarang masih atau udah lu selesaiin?"

"Terakhir tiga hari yang lalu."

"Lu- di tempat dia kan, bukan disini?" Book menunjuk kasur yang dia duduki.

"Sekali doang disini. Pertama kali." Khaotung malu-malu menjawab.

Book langsung loncat dari kasur. "Jorok!" Ia langsung begidik. "Mending tadi lu ga usah kasih tau gua deh."

"Kan tadi lu sendiri yang nanya." Khaotung memutar bola mata.

Book menyeret kursi untuk duduk. "Spill dikit dong. Seenak itu kah dia?" Ia mengangkat alis dengan jahil.

"Harus banget cerita itu? Lu aja ga sudi pasti kalo gua suruh bandingin pacar sama fwb lu." Balas Khaotung tak terkecoh.

"Susah sih itu. Masalahnya gua belum pernah sama kak Force."

"Sumpah? ini kak Force yang terlalu konservatif atau lu yang kurang memancing dia ke arah sana?" Canda Khaotung.

"Gua ga kayak lu ya. Sekalinya punya pasangan langsung unboxing. Bisa aja kan kak Force menghargai kalo gua belom siap gitu?"

"Haha lucu. Sama pacar sok suci, padahal fwb-an sama sahabat sendiri."

"Ga usah menghujat gua. Kan gua sejauh ini belum keciduk." Book menjulurkan lidah.

"Lah gua kan juga engga keciduk."

"Tapi lu merasa bersalah kan? Berarti lu udah kalah."

Khaotung melempar bantal ke arah Book. "Sori ye, muka gua ga setebel lu punya."

"Jorok banget. Ini pasti bekas lu sama si itu kan." Book menendang bantal yang terjatuh di lantai. "Eh tapi gua kenal ga sama ini orang? Jangan-jangan anak hukum ya? Stres berat kerja tugas, tiba-tiba cipokan di perpus?"

"Bukan woy! Kalau anak hukum kan gua sudah punya. Kating jurusan desain, kak Podd namanya."

"Ohh. Lu nih ceritanya ngumpulin pokemon di kampus toh. Boleh, boleh."

"Baru juga dua. Belom jadi pokemon dong." Kata Khaotung. "Gua juga ga berencana nambah sih. Pusing tau menduakan."

"Lemah lu. Dah buruan putusin aja ga si daripada merasa bersalah mulu." Usul Book.

"Putusin kak Podd maksud lu?" Tanya Khaotung.

"Lu mau putus sama kak First?" Book tanya balik.

"Gila apa? Mana mungkin gua mutusin pacar gua. Baru baikan juga."

"Noh, noh. Ga rela kan lu? Apa bagusnya kak First sih? Gua lihat cuma berprestasi doang, muka juga b aja dia."

"Enak ya lu menghujat pacar gua. Ga lihat kak Force lu sendiri? Modal baik dikit langsung lu terima."

LAST DANCE [FORCEBOOK AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang