part 1

1 0 0
                                    

Namaku Sabiru, saat ini aku hanya tinggal berdua dengan kakak laki-laki yang bernama Arka setelah ditinggal selamanya oleh ibu, dan ayah yang sudah pergi dengan wanita lain serta memiliki keluarga baru. Sedikit tentangku, aku benci keramaian dan hal yang berbau sosialisasi. Namun, harus bagaimana lagi? mungkin jika aku tidak memaksakan diri untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar, orang lain pasti tidak mau berteman denganku.

Pagi ini aku sudah berada dikelas dan duduk di bangku baris pertama. Wajahku masih lusuh oleh kantuk yang menyerang, entah sejak kapan aku suka duduk dibagian depan. Namun, disinilah tempat yang pas untuk dapat lebih jelas memperhatikan materi yang diberikan.

"Sabiru, bu!" dengan semangat berkobar, aku mengangkat tanganku tinggi-tinggi, lekas-lekas aku menjawab.

"Jumlah molekul gas nitrogen dalam tabung bervolume 4L adalah 1,6 x 1022 molekul!"

"Benar sekali, Sabiru." Guru tersebut menyahut dengan tak kalah antusiasnya.

Inilah aku, Sabiru. Nilaiku memang belum mampu menembus 1 monster teratas, yaitu Adipta. Akan tetapi, dibandingkan dengan siapapun dikelas ini, ambisiku adalah yang terkuat.

Bel istirahat berbunyi, menandakan jam pelajaran pagi ini telah usai. Seluruh siswa bergegas menuju kantin, begitupun Sabiru.

​"Sa, denger-denger habis ini kita ada jamkos. Kamu mau ikut aku liat pertandingan anak basket gak?" Tanya Hanin, teman sekelas Sabiru.

​"Hmm, kayaknya aku mau baca-baca buku aja deh, Nin" Jawab Sabiru.

​"Oke gapapa, aku duluan yaa" Ucap Hanin sambil bergegas meninggalkan Sabiru.

​Sabiru melangkah keluar dari kantin dengan langkah-langkah tenangnya. Perlahan, ia berjalan menuju taman sekolah yang sunyi, tempat favoritnya untuk berdiam diri dan merenung.

Di bawah pohon rindang, Sabiru duduk di bangku beton, menyandarkan tubuhnya sambil melihat anak-anak yang riuh di lapangan basket. Matanya terfokus pada buku yang selalu dibawanya ke mana pun, sebuah novel fiksi ilmiah yang selalu menjadi teman setianya. Ia membaca dengan antusias, meresapi cerita yang membawanya ke dunia fantasi yang berbeda.

Tak lama kemudian, seorang laki-laki menghampirinya dan duduk di bangku sebelah Sabiru. Ia adalah Adipta, seorang lelaki dengan julukan smart boy yang selalu tampak bersemangat. Adipta menatap Sabiru dengan senyuman ramahnya.

"Hai, Sabiru, lagi baca buku apa?"
Sabiru menoleh, sedikit terkejut oleh kehadiran Adipta. Tidak seperti biasanya, Adipta menyapa nya kali ini.

"Oh, hai, Adipta. Ini buku novel kesukaan aku," jawab Sabiru sambil tersenyum tipis.

"Wah, kayaknya bagus. Aku juga suka baca novel." Ucap Adipta.

Sabiru hanya tersenyum mengiyakan perkataan Adipta. Namun tampaknya kali ini Adipta lebih ceria dan semangat dari biasanya.

"Ngomong-ngomong Sabiru, kita sekelas, tapi aku belum pernah ngobrol sama kamu sebelumnya." Ucap Adipta dengan raut wajah bingung.

Sabiru merasa sedikit risih karena kehadiran Adipta. Karena memang mereka sangat jarang berkomunikasi, Sabiru juga jarang mengobrol dengan lelaki di sekolah ini. Dengan cepat Sabiru menutup buku novel yang sedang ia baca tersebut, ia menarik nafas kali ini dengan sedikit panjang.

"Kayaknya aku harus pergi, aku rasa disini tempatnya kurang nyaman dan sedikit panas." Ujar Sabiru. Tanpa basa-basi ia langsung bergegas pergi meninggalkan Adipta yang masih duduk di bangku taman tersebut.

Dia SabiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang