Bel pulang telah berbunyi, menandakan seluruh mata pelajaran hari ini telah selesai. Seluruh siswa dan siswi bergegas untuk pulang.
Terdengar nada dering yang berasal dari handphone milik Sabiru, ia membuka handphone nya, terlihat bubble chat yang dikirim oleh kakak nya, Arka.
"Pulang sekolah mampir ke supermarket, beliin bahan makanan buat dirumah pakai uang yang gue kasih ke lo kemarin." Ucap Arka dalam pesan Whatsapp tersebut.
"Tapi, Bang. Aku harus kerja kelompok hari ini, kenapa nggak abang aja yang beli? Lagipula, supermarket nya searah sama arah pulang abang." Balas Sabiru
"Gak usah banyak omong, Sabiru. Nurut atau lo gak usah pulang kerumah!" Balas Arka dengan kasar
Sabiru pun tak membalas pesan dari kakaknya tersebut. Ia langsung menutup handphone miliknya tersebut dan menuruti apa kata kakaknya.
Tak lama kemudian seorang laki-laki datang menghampiri Sabiru, laki-laki tersebut adalah Adipta, mereka berdua memang sudah sepakat untuk kerja kelompok setelah pulang sekolah.
"Sabiru! Hari ini kita jadi kan kerja kelompok bareng? Tanya Adipta.
"Eee duh, Dip. Kayaknya hari ini aku gak bisa deh, gimana kalau besok aja? Tanya Sabiru.
"Yah.. Oke deh, Sa. Sampai ketemu besok, ya!" Ucap Adipta dengan senyuman yang merekah dan segera pergi meninggalkan Sabiru.
Sabiru pun berjalan kaki menuju halte, ia akan pergi ke minimarket terlebih dahulu. Dimana jarak minimarket tersebut jauh dari rumah Sabiru dan harus menggunakan taksi untuk kesana. Terlihat sebuah taksi menghampiri Sabiru dan cepat-cepat ia memberhentikan taksi tersebut dan menuju minimarket.
Sesampainya di minimarket, ia mencari apa yang harus dibeli kali ini. Sekitar 15 menit, kantong belanja milik Sabiru sudah penuh dan semua keperluan sudah dibeli. Ia pun menuju kasir untuk membayar barang belanjaan miliknya tersebut. Setelah itu, Sabiru langsung keluar dari minimarket, terlihat awan yang sudah menghitam dan gerimis kecil. Dengan cepat Sabiru lari menuju halte, berharap segera ada bus atau taksi yang lewat dan menghampiri Sabiru. Namun, baru ada 5 menit setelah Sabiru sampai di halte, hujan turun dengan deras, Sabiru hanya duduk di halte dan terus menunggu transportasi umum.
Sudah 2 jam Sabiru duduk disini, awalnya ia berfikir hujan akan reda sebentar saja, namun ternyata ia salah, saat ia memilih berteduh sebentar di halte, hujan tak kunjung reda sampai ternyata sudah memakan waktu dua jam lamanya. Sesekali ia bolak-balik mengganti posisi duduknya. Dingin sangat menusuk, terlebih Sabiru memang sudah mengenakan seragam yang sedikit basah sebelumnya.Ditambah baterai handphone Sabiru yang lowbat, membuat ia semakin bingung harus berbuat apa, dan jalan satu-satunya adalah menghubungi kakaknya dan meminta tolong agar ia bisa dijemput untuk pulang.
"Bang Arka, tolong jemput aku di halte dekat minimarket. Disini dingin banget, bang. Transportasi umum belum ada yang lewat sama sekali." Ketik Sabiru pada pesan yang dikirim untuk kakaknya.
Berharap kakaknya akan membalas pesan tersebut. Namun ternyata pesan tersebut sama sekali tidak dibaca oleh kakaknya. Walau harapan akan digubris sedikit, Sabiru befikir maka anggap lah pesan yang ia kirim itu adalah pemberitahuan untuk kakaknya jika ia telat pulang.
Saat Sabiru sedang berusaha menghangatkan dirinya dengan cara menggosokan kedua tangannya dan sesekali meniupnya, mata Sabiru tidak sengaja menatap kearah jalan. Mata Sabiru menyeringit melihat satu motor yang sedang melaju dari arah sana. Ia seolah tak asing dengan motor tersebut, motor yang kini kian dekat dan usai beberapa detik, motor itu berhenti tepat didepan Sabiru.
"Ayo naik, disini dingin." Ucap laki-laki dari motor tersebut.
Sabiru tak menyangka yang ada didepannya itu adalah Adipta. Sesekali ia mengusap matanya barangkali ia salah orang.
"Sabiru! Ayo naik, jangan bengong!" Ucap Adipta dengan nada yang sedikit tinggi.
Sabiru masih diam terpaku didalam halte tersebut, Adipta pun langsung turun dan memakaikan jas hujan dan helm kepada Sabiru. Kini Sabiru sadar bahwa benar yang didepannya itu adalah Adipta, ia mengenakan jas hujan dari Adipta, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Sabiru langsung menuruti perintah Adipta yang menyuruhnya naik ke motornya tersebut, tanpa berlama-lama Adipta bergegas pergi mengantarkan Sabiru. Derasnya hujan kala itu, ditambah angin yang bertiup kencang, membuat Sabiru reflek memegang erat Adipta.
Sesampainya dirumah Sabiru, ia sangat berterima kasih kepada Adipta, mungkin jika dia tak datang, Sabiru akan bermalam di halte tersebut.
"Adipta, makasih banyak ya, aku gak tau kalau tadi kamu gak dateng dan jemput aku." Ucap Sabiru sedikit meringis.
"Its okay. Yaudah gih sana masuk, disini dingin" Ucap Adipta.
Sabiru pun bergegas masuk kedalam rumahnya dan pergi meninggalkan Adipta, sesekali ia menoleh kebelakang memastikan lelaki tersebut sudah pergi, namun ternyata ia masih disana dengan motornya dan memandangi Sabiru, Adipta tidak mau pergi dulu sebelum melihat Sabiru benar-benar masuk kerumahnya.
Sesampainya didalam rumah, terlihat Arka yang sudah berdiri diruang tengah dan menghampiri Sabiru.
"Plakk.." dengan keras Arka menampar Sabiru.
"Gatau diri lo ya! Gue Cuma suruh lo ke minimarket, bukan pacaran!" Bentak Arka.
"Dia temen aku, bang! Aku gak akan pulang hujan-hujan begini kalau dia gak dateng!" Teriak Sabiru sambil menangis terisak.
"Halah, berisik lo!"
"Plakk.." Satu tamparan mengenai pipinya lagi, Sabiru langsung melempar tas belanjaan tersebut dan berlari menuju kamar sambil menangis. Dengan cepat ia mengunci kamar miliknya tersebut dan berlari kearah pojokan kamar dan duduk memeluk dirinya sendiri sambil menangis terisak.
"Mau kemana lo, bocah gatau diri!"
"Buka gak pintunya, Sabiru!" Teriak Arka.
Sabiru hanya berdiam diri dan menangis terisak dalam kamarnya tersebut, ia sama sekali tidak mau membukakan pintu untuk kakaknya tersebut. Hal ini sudah sering terjadi dan menimpa Sabiru, ia hanya bisa menangis dalam kamar dan mengurung diri selama emosi kakaknya tersebut belum reda.
Sampai jumpa di tanggal 10 Januari yaa untuk part selanjutnya! Jangan lupa tambahkan ini ke library kalian!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Sabiru
Fiksi RemajaDalam kelopak-kelopak kehidupan, sebuah perjalanan seorang perempuan bernama Sabiru yang penuh warna terbentang luas. Ditemani oleh seorang kakak tempramental sebagai teman seiring tumbuh dewasanya. Meski atmosfer rumah sering kali terasa tegang, se...