Chapter 1: Chaos

688 21 3
                                    

Pagi itu keheningan sekolahku tiba tiba saja pecah saat aku dan ketiga temanku Rivo, Alphine, dan josh yang sedang dihukum berdiri di lapangan karena terlambat melihat satpam sekolah kami, pak Joko terkapar lemas setelah diterkam oleh seorang pria aneh, awalnya pak Joko hanya berusaha untuk mengusir pria itu yang tiba- tiba saja masuk ke sekolah kami, namun pria itu justru menyerang dan menggigit lehernya.
Aku tidak bisa melihat jelas seperti apa rupa pria aneh itu, jarak kami dari pos satpam memang cukup jauh, kami juga masih dipisahkan oleh sebuah pagar besi kecil, yang digunakan untuk memisahkan antara lapangan dan tempat parkir
"itu cepetan tolongin ayo!" kataku
Sontak aku dan teman temanku segera berlari kearah pak Joko untuk mencoba menolong. Langkah kami semua terhenti saat tiba- tiba saja Pak Joko yang tadinya terkapar lemas di lantai bangkit dan mulai berjalan dengan langkah terseret seret bersama pria aneh itu ke arah kami.
"Pak Joko!!!" Andrew berteriak berusaha memanggil pria berusia 40 tahunan itu, namun tak ada jawaban, justru mereka bedua berjalan ke arah kami. Pak joko dan pria aneh itu kini semakin dekat ke arah kami, dari jarak ini aku mulai bisa melihat wajah pria asing itu dengan jelas, dan ternyata rupanya jauh lebih mengerikan dari yang ku kira, wajahnya begitu pucat hampir seperti bukan manusia, maksudku, dia memang manusia, tapi kurasa dengan rupa seperti itu, dia lebih cocok dikatakan sebagai mayat hidup.
"Lari... ayo lari cepetan masuk ke dalem" teriak Rivo "Mendingan sekarang ki... kita cepetan masuk ngasih tau ke yang lain." kami pun segera berlari ke arah sebaliknya untuk masuk ke gedung sekolah.
Saat menoleh ke belakang kulihat Wajah mereka tampak seperti orang gila berjalan ke arah kami, seperti seekor hewan buas yang berusaha menangkap mangsanya.
Di sisi lain, teriakan- teriakan ketakutan mulai menggema, dari kejauhan sebuah asap pekat juga terlihat mengepul di langit. Dari luar gerbang beberapa orang terlihat mencoba masuk ke dalam sekolah, tampang mereka tak jauh beda dengan pria pucat itu, jelek, seperti mayat.
PRANNNGG
"ARGGGGGGGHHHHH" Teriakan terdengar dari mereka berdua.
Tak lama orang- orang yang mencoba masuk tadi, kini sudah ada di depan pintu, menjulurkan tangannya, mencoba menangkap kami.
(Kami semua sangat beruntung, pintu sekolah kami terbuat dari besi yang cukup tebal dan berat untuk setidaknya dapat menahan mereka berdua untuk masuk.)
"Woi!" Kataku "biar lebih aman, Itu loker barang kita geser aja buat nahan pintunya."
Kami berempat segera bahu membahu mencoba menggeser loker barang untuk menahan pintu
"Sialan!" Kata Josh "Kenapa jadi kacau gini sih.."
Setelah semua telah selesai, kami segera berlari sekencang kencangnya melewati lorong- lorong kelas menuju kearah kelas kami di lantai 3, meninggalkan orang- orang aneh itu, yang masih saja terus berteriak- teriak tak terkendali.
keadaan sekolahku pada hari itu memang cukup sepi dikarenakan siswa kelas 10 dan 11 yang sedang mengikuti retreat di daerah Puncak. Sehingga hanya menyisakan 3 orang guru di kantor, 2 orang petugas kebersihan sekolah bernama Iwan dan Agus yang entah sedang menghilang kemana, serta kami siswa kelas 12.
(Siswa kelas 12 di sekolahku hanya berjumlah 26 siswa, yang dipisah menjadi dua kelas, 16 orang siswa kelas ips, dan 20 orang siswa kelas IPA.)
"Woi! Itu di depan banyak orang gila!" kataku "Pak joko tadi tiba- tiba aja diserang sama mereka"
(Ya tentu saja teman- teman kelasku tidak ada yang percaya, mungkin mereka kira itu hanya akal akalan kami berempat untuk terbebas dari hukuman.)
"Dit ada apa sih sebenernya?" Tanya kinal dan Veranda yang menghampiriku "Iya, ada apa sih?"
"Itu ve tadi pak joko tiba tiba aja diserang sama pria aneh di bawah, lehernya digigit. Gua sama yang lainnya tadinya mau coba nolong, tapi kita semua malah dikejar sama mereka."
"Mereka siapa?" Tanya Kinal. "Kok malah ngejar?"
"Ya sama pak Joko dan orang aneh itu lah, kita terus langsung lari ke dalam dan ngunciin mereka Diluar." Kataku "Mungkin pria itu mengidap rabies, terus pak Joko jadi ketularan."
"Jadi dari tadi berisik- berisik di luar tuh, gara- gara itu doang? Kata Kinal "Terus asep yang tebel itu dari mana?" Hampir saja aku lupa, tentang asap tebal itu. setelah melihat asap tebal itu, wajah Kinal dan Ve mulai tampak percaya kepada kami.
(Tanpa kami tau, beberapa guru ternyata memeriksa keributan yang ada di lantai dasar.)
Melihat loker yang kami letakan untuk menghalangi pintu, bu rebeka tampak kebingungan, kebingungannya semakin bertambah, saat melihat pak Joko, yang malah juga ikut berteriak- teriak bersama orang- orang lainnya.
"Pak Joko?" tanya bu Rebeka guru ekonomi kami. "Loh k-"
Bu rebeka yang mungkin tak sadar berdiri terlalu dekat dengan pintu tanpa sengaja tercakar oleh salah seorang, orang gila itu.
"Aaauu!"Bu Rebeka yang kesakitan segera memegangi tangannya.
"Bu, Ibu gak apa apa?" Tanya pak Frans guru matematika kami.
"Nggak pak, gak apa- apa. kata bu Rebeka "ini Cuma tergores kayaknya."
(Karena Kinal dan Ve sepertinya masih terlihat kurang mempercayai penjelesanku, akupun mengajak mereka berdua untuk melihat keadaan di lantai bawah)
"Kagak percaya gue, lu pasti lagi bercanda kan dit" kata Kinal.
"Ngak nal, liat nih muka kita, kita gak lagi becanda." Kata Alphine "Lu kagak liat asep yang tebel itu apa?"
"Nih ayo mendingan kita langsung periksa aja di bawah, gimana?" kataku
"Ok... ayo." Kata Veranda yang dari tadi hanya diam saja mendengarkan.
Kami berenam pun berjalan meninggalkan kelas ke arah tangga untuk menuju ke bawah, dan Sorakan terdengar dari dalam kelas yang masih saja menganggap kami hanya bercanda.

"Pak.. Bu... jangan deket deket sama pintu." Teriak Josh.
"Naik Kesini pak.. Bu." Kata Rivo. "Di bawah bahaya!" Mendengar teriakan Josh guru- guru mulai menjauh dari pintu dan berjalan ke arah tangga, wajah mereka semua tampak sangat panik dan ketakutan.
Melihat kekacauan yang terjadi di bawah, Ve dan kinal pun akhirnya percaya dengan perkataan kami.
"Dit itu pada kenapa?" Tanya Kinal. "Gue, jadi takut ngeliatnya, masa itu gara- gara rabies sih(."
"Iya kan?" Kataku "Ini yang dari tadi gua maksud."
"Iya. Itu kayaknya bukan karena Rabies deh." Gumam Veranda "Kalo karena rabies gak mungkin sampai kayak gitu."
Perkataan Ve dan Kinal mulai membuka pikiranku, memang benar, kondisi orang- orang dibawah terlalu parah bila disebabkan oleh rabies, mereka tampak terlalu menyeramkan, terlebih setelah kuperhatikan, ada beberapa orang yang kulit wajahnya seperti sobek hingga menampakan gigi- gigi mereka, dan bahkan sepertinya ada beberapa orang yang anggota tubuhnya tidak lagi lengkap.

(Apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana bisa tiba- tiba saja semua sudah sekacau ini. Pikiranku terus berusaha untuk mencerna apa yang sedang terjadi sebenarnya.)

"Anak- anak, mereka yang di depan itu pada kenapa sebenarnya?" Tanya Pak Yoga guru olahraga kami panik.
Guru- guru yang telah sampai di lantai 3 mulai membanjiri kami semua dengan pertanyaan. Yang tentunya membuat kami binggung untuk menjawabnya.
"Ceritanya panjang pak." Kata Josh "Bapak harus bantuin kita buat ngasih tau anak- anak yang dikelas, mereka semua pada kira kita cuma bercanda."
"Iya, lebih baik kita segera ke kelas, kami juga sepertinya harus memberitahukan mengenai hal ini." Kata pak Yoga.
"Bu itu tangannya kenapa?" Tanyaku.
"oh... Tadi ibu kecakar sama salah seorang yang di bawah" kata bu Rebeka "Ini cuma Kegores kok."
Sejujurnya firasatku kurang enak mengenai luka itu, Jika memang hal ini dapat menular melalui gigitan, mungkin saja hal ini juga dapat menular melalui cakaran, hal ini membuat bu rebeka sangat pantas untuk aku waspadai, terlebih lagi, wajah bu Rebeka terlihat sangat pucat, serta matanya juga sedikit memerah.
Kami pun berjalan kembali ke kelas untuk memberi tau mengenai apa yang sedang terjadi kepada anak- anak yang lain, semoga saja kali ini mereka bisa mempercayi apa yang kami semua tadi maksudkan.
"Vo phine tolong panggilin yang lain, suruh keluar kelas." Kata pak Frans. "Iya pak." Jawab Rivo dan Alphine kompak.

(Seluruh anak kelas 12 kini telah berkumpul di luar kelas, kami berenam pun membaur dengan anak- anak yang lainnya, mereka terlihat masih binggung mengenai apa yang sebenarnya terjadi).

"Nal ada apaan sih emang?" Tanya Shania yang menghampiri Kinal "Kok kayaknya panik banget."
"Yang tadi Adit sama temen- temennya ngomong tuh bener shan, mereka gak cuma becanda, malah keadaannya jauh lebih parah sekarang." Kata Kinal Panik. "pokoknya gawat banget."
"Parah gimana maksudnya?"
(Bu Rebeka yang tangannya tercakar mulai menunjukkan tanda tanda aneh, matanya semakin memerah, dan nafasnya mulai memberat.)
"Anak- anak, di depan keadaanya sedang sangat kacau, dan ada beberapa orang yang mencoba masuk ke dalam sekolah. Pak Joko satp-"
"ARGGGHHHH!!!"
Tiba- tiba saja bu Rebeka menggigit pundak pak Frans, sontak kami semua kaget, dan lari ketakutan.
"Tuh shan! itu maksud gue dari tadi." Kata Kinal yang menarik tangan Shania untuk lari.
Bu rebeka mulai menyerang anak- anak yang sedang berlarian.
Teman- temanku yang tergigit semuanya tiba- tiba saja bangkit dan belagat aneh, gejala mereka sama seperti pak joko sebelum ia tiba- tiba saja menjadi gila.
Sialnya, saat aku sedang bingung menebak- nebak apa yang sedang terjadi, bu Rebeka tiba- tiba saja sudah berada tepat di belakang Veranda..
"Veee!!!" Teriakku "Awas"
Aku segera berlari kearahnya dan mendaratkan tendangan keras tepat ke arah kepala bu Rebeka hingga ia roboh ke lantai.
"Lari!!!" Teriakku.
"Kemana?" tanya Ve panik.
"Ke ruang olahraga!"Teriak pak Yoga.
Kami pun segera berlari ke arah tangga untuk menuju ruang olahraga yang ada di lantai 2 sekolah kami, meninggalkan lantai 3 yang semakin kacau, sekilas aku mencoba melihat situasi di lantai dasar, syukurlah orang orang gila yang semakin banyak itu masih tertahan di luar.
(Ruang olahraga kami memang cukup luas, dan selain itu pintu ruang olahraga juga cukup kokoh, jika misalkan tiba- tiba saja terjadi hal yang tak kami inginkan.)
"Cepat.. cepat!" Teriak pak Yoga.
Setelah semua orang sudah masuk, pak Yoga pun segera menutup pintu..


Zombie 48 (Fanfiction jkt48)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang