"Woi dit bangun!" Kata Alphine
"i..iya ini gua udah bangun kok." Kataku yang masih setengah mengantuk. Karena tadi malam hampir tidak tidur, dan sekarang tubuhku terasa ditiban batu untuk bangun.
"Udah pagi nih, kita harus siap- siap."
Pagi itu yang lain tampak sangat sibuk, pak Yoga mengeluarkan banyak barang dari dalam lemari penyimpanan, seperti tongkat pemukul, raket, dan sebagainya. Sementara itu Josh dan Rivo membantu pak Yoga dengan memasukan beberapa barang ke dalam tas. Shania, Kinal, dan Ve juga ikut membantu mereka.
"Kok gua kagak dibangunin dari tadi sih?"
"lu tuh udah dibangunin dari kapan tau." Kata Alphine "Lunya aja yang tidurnya kayak kebo kagak mau bangun- bangun."
"Gua kagak bisa tidur semalem heheh." Kataku sambil sedikit tertawa.Setelah bangun aku pun segera ikut membantu yang lain untuk bersiap- siap. Keadaan diluar masih sama saja tentunya, masih dipenuhi oleh teman- teman kami dengan muka bodohnya yang berusaha untuk membunuh kami.
"Dit pasti lu semalem gak langsung tidur kan pas gue tidur?" Tanya Ve.
"kagak, gua langsung tidur kok." Kataku "Tapi dua jam kemudian kira- kira heheh."
"Tuh kan!" Kata Ve "Untung lu gak kita tinggal, gara- gara gak bisa bangun."
"Cieee pagi- pagi udah berantem aja nih." Kata Kinal sedikit meledek.
"Iya nih. Pagi- pagi udah pacaran aja hahah." Kata Shania
(Sebelum kegilaan ini terjadi Ve memang cukup dekat denganku, rumahnya yang hanya berbeda 5 rumah ke depan dari rumahku membuat kami menjadi cukup dekat, bahkan terkadang aku juga mengantarkannya pulang pergi ke sekolah.)
"Yuk!" Kata pak Yoga "Udah siap semua. Mendingan kita sekarang segera keluar dari sini."
Setelah semua telah siap, pak Yoga menyuruh kami semua untuk membawa barang- barang yang mungkin akan kami butuhkan.
"Di sana ada tongkat dan sejenisnya, kalian bisa ambil salah satu." Kata pak Yoga.
Andrew dan Josh mengambil sebuah tongkat pramuka yang cukup panjang, sedangkan Josh, Kinal, dan Shania mengambil sebuah tongkat pemukul. Karena tongkat pemukul yang tersisa hanya tinggal satu aku pun memberikannya kepada ve, sementara itu aku mengembil sebuah raket tenis sebagai senjata, semoga saja raket ini dapat cukup berguna.
"Ve ini buat lu aja deh." Kataku.
"Yakin?" Kata Ve "Lu terus pake apaan dong, kan tinggal sisa raket itu doang."
"Yaudah raket itu juga gak apa- apa." Kataku "Gua kan gini- gini jago berantem hahah."
"Serius dit!" Kata Ve "Ini bahaya tau!"
"Iya, tenang aja." Kataku "Raket ini masih lumayan bisa berguna kok."
Setelah kami semua telah memilih senjata, Pak Yoga mencoba mengecek keadaan di luar melalui rongga kecil pada pintu.
"Aman!" Kata Pak Yoga "Mereka lagi jalan berpencar- pencar sekarang, kita cukup diem- diem keluar tanpa suara, dan semuanya bakal sesuai rencana."
"Pak, tunggu!" Kataku "kayaknya mereka semua tuh bukan cuma gila deh."
"Maksudnya? Kata Pak Yoga.
"Iya pak, mereka tuh begitu bukan karena gila." Kata Ve "Kemarin pas saya ngobrol sedikit sama Adit, kami kira kayaknya mereka semua itu zombie pak."
"Zombie?" Kata Josh.
"Iya Josh zombie yang kayak yang di film- film." Kataku "Berarti untuk membunuh mereka semua kita cukup ancurin aja otaknya, mereka pasti bakal langsung tumbang."
Di sebelah lemari penyimpanan ve melihat cukup banyak tumpukan Koran dan majalah bekas yang sudah tak lagi terpakai.
"Pak ini ada majalah sama Koran, Kalo emang kita bakalan tertular dari gigitan atau cakaran, kayaknya ini bakalan berguna deh."
"Maksudnya?" Tanya pak Yoga.
"Kita bisa pake ini buat pelindung tangan." Kata Ve "Saya pernah nonton ini di film"
(Seisi ruangan tampak bingung bercampur kaget mendengar apa yang baru saja aku dan Ve katakan, mungkin mereka sedikit tidak percaya bahwa hal segila dan seaneh ini sampai bisa terjadi.)
"Iya, kita bisa pakai itu." Kata Pak Yoga "Entah mereka zombie atau bukan, seenggaknya majalah & Koran itu bisa sedikit ngelindungin tangan kita."
Kami semua pun segera menggulungkan majalah bercampur Koran itu ke pergelangan tangan kami, lalu kami pun juga mengikatnya dengan tali.
(Sesuai rencana sebelumnya kami akan keluar lewat pintu belakang di lantai bawah menuju mobil pak Yoga, yang menjadi masalah adalah, siapa yang akan membuka pagar pintu belakang untuk kami semua dapat keluar, itu akan memakan waktu pastinya.)
"Ok, sekarang ayo kita kebawah dan keluar dari sini!"
Pak Yoga membuka pintu dan segera memukul Ahmad yang kebetulan saja lewat dan mencoba menyerang, kini otaknya pun telah berceceran di lantai, Jika saja situasinya sedang tidak semenegangkan ini, mungkin kami semua sudah muntah melihatnya.
Setelah memecahkan beberapa kepala teman- teman kami sendiri, akhirnya kami pun sudah hampir dekat dengan tangga. Kami berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikitpun, kami tentunya tidak mau membuat diri kami sendiri menjadi makanan berjalan.
Saat kami berada di tangga, Josh menjatuhkan pak frans yang berusaha menyerangnya. kini wajah guru matematika itu sangatlah menyeramkan, kulit pipi dan tangan telah sedikit sobek, sebelum dia terkapar dia hanya meraung raung bodoh sambil berusaha menggigit tangan josh, mungkin riwayat Josh akan tamat, jika saja tumpukan Koran dan majalah tidak menghalangi gigitan guru matematika itu ke tangannya.
"Kampret! Hampir aja gua mati." Kata Josh."Ssssttttt!!!" Rivo bergumam.
Sialnya teriakan itu ternyata cukup keras untuk memancing seluruh teman- teman kami dari lantai atas untuk turun ke bawah dan mengincar kami semua.
AARRRRGGGGGHHHH!!!!
"LARI!!!" Teriak Kinal.
Kami semua segera berlari sekencang- kencang dengan panik menuruni tangga ke bawah, akhirnya kami pun sampai di pintu belakang.
beberapa zombie yang salah satunya adalah Chandra teman sekelasku ternyata berhasil mengejar kami ke sini,
Namun pak Yoga segera memukul kepalanya hingga hancur, dan Chandra pun akhirnya tumbang, dengan kepala yang bocor mengeluarkan banyak darah.
"Kalian semua cepetan lari dan masuk ke dalam mobil, Ini kuncinya" Kata pak Yoga sambil memberikan kunci mobil kepadaku.
"Loh pak, bapak gimana?" Tanyaku.
"Saya tinggal di sini, buat menghalangi mereka." Kata Pak Yoga.
"Nggak pak!" Kata Shania "Kita semua harus keluar dari sini, temasuk bapak."
"kalo saya nggak begini gak bakal ada yang keluar, kita semua bakalan mati!" Kata pak Yoga.
"Tapi kan.... " Kata Kinal.
"Udah cepetan keluar, kalian masih harus buka pager belakang, mereka udah dekat." Kata pak Yoga "Beberapa anak telah terlihat di belokan, tentunya mereka bukan lagi manusia, ataupun teman kami. Sambil berjalan cukup lambat, mereka terlihat seperti kesetanan untuk memakan kami. Mereka berdatangan semakin banyak, dan kuhitung- hitung jumlahnya sudah hampir enam belas'an
"UDAH SANA!!!" Teriak pak Yoga sambil berlari kearah kerumunan itu.Dia menjatuhkan beberapa zombie dengan cukup mudah, namun tentu saja itu tak akan berlangsung selamanya, lama- kelamaan dia pasti akan kelelahan.
"Ayo, kita gak boleh ngebiarin pengorbanan pak Yoga sia- sia." Kata Rivo. "Kita harus ke mobil!"
"Bangsat!" Teriak Josh "Ini semua gara- gara gua!""Udah Josh.." Kata Rivo "Sekarang yang paling penting, kita harus bisa keluar dari sini."
Kami semua pun dengan berat hati akhirnya meninggalkan pak Yoga sendirian, dan berlari masuk ke dalam mobil, sementara itu Josh berlari ke arah pagar untuk membukakan pagar agar mobil bisa lewat, di depan pagar ternyata juga terdapat beberapa zombie, mereka langsung berusaha untuk menyerang Josh.
Namun gerakan zombie yang lambat membuat mereka menjadi cukup mudah untuk dibunuh, setelah memukul kepala salah seorang zombie hingga lepas, Josh pun segera berlari kembali masuk ke dalam mobil.
Dari arah belakang teriakan pak Yoga terdengar cukup keras. tentu saja teriakan itu adalah tanda bahwa Pak Yoga telah ditumbangkan oleh zombie- zombie itu.
(Kami semua merasa bersedih atas pengorbanan pak Yoga untuk menyelamatkan kami semua, namun kami pun tak bisa berbuat apapun, untuk menolongnya. Saat ini jumlah kami berarti hanya bertujuh, dan kami pun juga tak tau harus kemana.)
Mendengar teriakan itu kami segera memacu mobil dan menabrak bebera zombie yang berdiri menghalangi dan keluar dari sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombie 48 (Fanfiction jkt48)
HorrorKIAMAT. Mungkin itulah satu kata yang bisa menjelaskan semua kegilaan ini. Dari hari ke hari jumlah manusia terus menurun, hingga mungkin nanti akhirnya tidak akan ada lagi yang tersisa, selain zombie- zombie bodoh itu. Saat ini Indonesia telah d...