Chapter 2: Zombie?

353 16 0
                                    

   Waktu telah menunjukan pukul 22.48, berarti kurang lebih sudah hampir 14 jam kami telah berada dalam ruangan ini.
   Kami duduk terpisah pisah di dalam ruangan, Aku, rivo, dan pak Yoga duduk di dekat pintu. Shania, Ve, dan Kinal duduk di sebelah lemari penyimpan bola. Sedangkan Alphine dan Josh duduk di dekat jendela.
   "Gua mau pulang" Keluh Alphine..
   "Iye, gue juga..." Kata Josh "Gue khawatir sama kedua orang tua gue."
(Semua teman- teman kami yang berubah menjadi gila saat ini sedang berjalan- jalan di seluruh penjuru sekolah . Harus ku akui mereka memang ganas, namun sangat bodoh, selain itu mereka juga berjalan cukup lambat. Kurasa selama kami tidak mengeluarkan suara gaduh yang memancing mereka, kami semua akan baik- baik saja.)
   "Gue takut adik gue kenapa- napa." Kata kinal, air mata tampak keluar dari matanya.
   "Tenang nal, Nabilah pasti baik- baik aja kok." Kata Veranda.
   "Iya ve bener" Kata Shania "Keluarga kita semua pasti baik- baik aja kok."
   "Nanti kalo kita udah berhasil keluar dari sini, kita pasti bakal bantuin nyari adiklu kok." Kata Veranda.

(Tadi siang sekitar jam dua, ada seorang pria yang sedang dikejar oleh segerombolan orang gila itu, dia berlari sekencang kencangnya sambil berteriak meminta tolong, kami semua berusaha untuk menolong pria malang itu, dengan berusaha mengalihkan perhatian orang- orang gila yang mengejarnya, namun sialnya dia malah terjatuh, dan sekarang seutas sosis pun keluar dari dalam perutnya. Namun entah bagaimana tubuh pria itu masih bergerak- gerak walau telah saling terpisah satu dengan yang lainnya, dia bahkan memakan sendiri tubuh bagian bawahnya.)
   Walaupun tubuh kami sangat lelah, namun tetap saja kami semua tidak dapat tertidur, kami terlalu takut untuk hanya sekedar memejamkan mata.
   "Cepet atau lambat kita harus keluar dari sini." Kata Pak Yoga "Kita gak mungkin terus sembunyi di sini."
   "Iya pak." Kata Rivo "Apalagi kita juga gak punya persediaan makanan."
   "Iya, benar." Kata pak Yoga "Kalau begitu besok kita semua harus nyoba untuk keluar."
   "Tapi gimana caranya pak?" Tanyaku. "Bapak sendiri kan tau pintu keluar kita udah dipenuhi sama orang- orang gila itu."
   "Kita bisa lewat pintu belakang." Kata Pak Yoga.
   "Tapi kan jalan ke bawah udah dipenuhi sama mereka pak." Kata Rivo sambil menunjuk ke arah Chandra Teman sekelasku yang kebetulan saja melintas di depan pintu.
   "Tuh!" Kata pak Yoga sambil menunjuk ke arah lemari peralatan olahraga. "Disana ada pemukul, dan semacamnya."
   "Kita harus nyusun rencana pak!" Kataku
(Dari kami bertujuh, menurutku Veranda adalah yang terpintar di antara kami semua, dia bahkan selalu rank 1 dari sejak aku mengenalnya. Sementara itu karena pak Yoga adalah satu- satunya guru yang masih tersisa, kami semua menganggapnya sebagai pemimpin. Selain itu, sebelum ia menjadi guru olahraga di sekolah ini, kudengar- dengar dia adalah seorang mantan atlet Judo yang cukup berpengalaman.) 

   "Woy semua, ayo ngumpul!" Rivo memanggil yang lainnya untuk berkumpul. "Kita harus nyusun rencana buat keluar dari sini."

Kami semua duduk berjejer, dengan pak Yoga berada di depan.
   "Rencananya besok kita bakal keluar lewat pintu belakang di lantai bawah." Kata pak Yoga "kita kan juga gak punya persediaan makanan, jadi kita gak mungkin bisa bertahan terlalu lama di sini."
   "Tapikan kalo sampe tergigit atau tercakar sama mereka, kita pasti bakal berubah jadi kayak mereka pak." Kata Veranda.
   "Di lemari ada pemukul dan sebagainya yang bisa kita pake buat ngelawan mereka." Kataku.
   "Karena kita sekarang ada di lantai 2 seenggaknya jumlah mereka nggak terlalu banyak kayak di lantai tiga." Kata pak Yoga "Sebisanya kita jangan sampai menimbulkan suara yang memancing mereka semua."
(Kami semua tampak was- was dengan rencana besok, biarpun kami memiliki senjata tetap saja keluar dari sini bukanlah hal yang mudah.)
   "Pak besok saya harus kerumah dan nyari adik saya!" Kata Kinal.
   "Iya nal. Tenang aja" Kataku "Kita pasti bakal bantuin lu buat nyari Nabilah ampe ketemu kok."
   "Iya, kita pasti bakal bantuin lu kok." Kata Veranda.
   "Kita pasti bisalah ke sana." Kata Rivo "Rumahlu kan cuma beda 2 gang doang dari sekolah."
   "Di belakang kan juga ada mobil saya" Kata pak Yoga. "Kita bisa pake itu."
(Kinal memiliki seorang adik bernama Nabilah, yang saat ini masih duduk di bangku smp kelas 3. Aku sempat beberapa kali bertemu dengannya saat sedang tugas kelompok di rumah Kinal. Tidak beda jauh dari Kinal, Nabilah juga adalah orang yang cukup bawel dan gesrek.)
   
   Tidak terasa saat ini sudah jam 2.48 pagi, dan kami semua masih juga belum beristirahat. Di luar keadaan cukup sunyi, bahkan suara lolongan anjing pun tidak terdengar, hal ini bertolak belakang dengan kondisi tadi siang, saat banyak orang- orang  berlarian dengan panik sambil berteriak teriak, mungkin saja kini mereka semua telah berubah menjadi mahkluk bodoh tak berotak itu.
   "Karena udah hampir pagi, mendingan sekarang kita semua istirahat." Kata pak Yoga.
Karena kami semua memang sudah sangat kelelahan. Setelah menumpuk beberapa barang di pintu untuk berjaga- jaga, kami pun segera tertidur dengan pulas.
 
   (Tidak juga bisa tertidur aku pun duduk- duduk di dekat jendela, Di jalan, beberapa orang terlihat sedang berjalan- jalan, maksudku tadinya mereka orang, mungkin sekarang sudah bukan. Beberapa terlihat cukup mengerikan, bahkan ada yang lehernya seperti patah.")
   "Dit!" Kata Ve
   "Bikin kaget aja lu" Kataku yang kaget karena Ve tiba- tiba saja muncul "lu kok belum tidur?"
   "Gitu aja kaget hahah." Kata Ve "Belom dit, gue gak bisa tidur kayaknya."
   "Sama." Kataku "Gua mau merem aja kagak bisa.?
   "Lu pasti kepikiran besok yah?" Kata Veranda
   "Iya, mudah- mudahan kita semua bisa keluar dari sini." Kataku "Gua kagak mau ampe jadi kayak mereka."
   "Dit kayaknya mereka tuh jadi gila bukan gara- gara rabies deh." Kata Ve.
   "Maksudnya?" Kataku.
   "zombie dit!" Kata Ve "Masa lu gak nyadar sih, masa orang gila, badannya udah kepisah masih bisa gerak."
   "Iya, gua juga nyadar, Cuma masa iya sih zombie beneran ada." Kataku "Kayak di film- film dong berarti, tinggal ancurin aja otaknya kalo gitu."

   "nah iya!" Kata Ve "Besok kita harus kasih tau yang lain berarti, seenggaknya kalo mereka itu emang zombie, kita berarti udah tau titik lemah mereka."
   "Kalo gua nonton di film- film sih mereka jalannya kan lambat banget." Kataku."
   "Coba deh lu perhatiin, mereka jalannya emang lambat kan?" Kata Ve sambil menunjuk kearah salah seorang di jalan.
   "Iya sih. Jalannya emang lambat banget." Kataku "Kakek- kakek jalannya juga pasti lebih cepet dari itu."
   "Semoga kita semua bisa keluar dari sini ya dit." Kata Ve.
   "iya, amin.. amin."
   "Dit besok pokoknya kita harus bantuin Kinal nyari adiknya yah, ampe ketemu pokoknya." Kata Ve.
   "Iya tenang aja, pasti gua cari deh ampe nemu." Kataku. "Apalagi kalo nyarinya di hati lu hahah."
(Ve, Kinal, dan Shania memang adalah sahabat baik sejak dulu, namun Ve lebih dekat dengan Kinal, mereka berdua memang terlihat bertolak belakang, yang satu sangat bawel, dan yang satunya lagi sangat pendiam, tapi harus kuakui, mereka berdua memang sangat solid. Pernah saat Ve sedang sakit, keesokan harinya Kinal pun juga sakit. Sangat kompak kan? hampir seperti orang pacaran bahkan.)
   
"sekarang mendingan lu tidur aja." Kataku "Daripada besok kecapekaan."
   "Lu aja gak tidur, malah mau nyuruh gue tidur." Kata Ve.
   "Bentar lagi juga palingan gua tidur kok." Kataku
   "Yaudah, gue tidur duluan deh, tapi lu janji yah bentar lagi tidur." Kata Ve.
   "Iya.. gua Janji." Kataku. "Udah sana tidur gih.
Ve pun kembali ke tempatnya untuk tidur, dan aku tentu saja tak tidur dan masih duduk- duduk memandangi keadaan di luar melalui jendela.

   Jika memang mereka itu adalah zombie, apa yang menyebabkannya? Virus? Uji coba pemerintah yang gagal? Atau apa? semua itu terus berputar- putar di kepalaku.




Zombie 48 (Fanfiction jkt48)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang