001

879 102 29
                                    

Chanbaek Area
Boys' Love
Yaoi

Written by: ©JungB

Senin, 15 April 2024

This is just a fanfiction. So, please take it with grain of salt. If you dislike it, just leave or skip it. Do not make any fuss by leaving any kind of harsh words or spreading hatred in the comment section. For those who want to give me suggestions, advices, or critics, the door is widely open. Last but not least, reader's discretion is adviced. Thank you.

~Enjoy reading~

The New 'Me'

Malam ini, ia ditemani deras hujan disertai gemuruh hebat. Biasanya, gelapnya langit dikepung oleh ribuan manik-manik. Tetapi, sepertinya dunia sedang ingin menangis, menunjukkan kesedihannya.

Itulah dugaan di tengah kepala cantik milik Byun Baekhyun ketika ratapannya menembus jendela kaca. Duduk di ranjang putih dilingkupi kesunyian.

Saat kelereng cokelatnya sengaja terjatuh ke paparan cahaya layar ponselnya, jarum jam berada tepat di angka 22.59.

"Sudah tengah malam." Ia bergumam sendu. Padahal dia hanya duduk termenung seperti patung. Tapi tidak terasa ketukan waktu begitu cepat berlalu.

Helaan napasnya memberat ketika bersiap-siap akan berbaring demi menemui alam mimpinya. Tetapi, bunyi berdenting menghalau keinginannya dan menarik minat bola mata cokelat untuk memeriksa sebuah notifikasi yang masuk.

Tubuh ringkih yang semula berbaring di bangsal dingin mendadak menegak dibarengi sepasang sabit yang melebar sempurna. Suaranya memekik tertahan tatkala membaca pemberitahuan di ponsel.

"Ah, benar! Kenapa aku bisa lupa?! Ini adalah hari dimana babak terbaru dari cerita favoritku rilis. Ish, dasar pelupa!"

Jari jemarinya nampak sibuk membuka dan menekan layar pipih agak tergesa seolah tidak ingin ketinggalan. Membawanya ke cerita bergambar yang berjudul "Please, Look At Me!". Sebut dia penggemar setia karena selama lima bulan menjalani perawatan di rumah sakit akibat penyakitnya, kisah fiksi inilah yang senantiasa menemaninya untuk membunuh waktu, rasa jenuh, dan lelahnya.

Sayangnya, alih-alih diliputi suka cita, harapannya justru meluncur bebas ke dasar paling dalam akibat babak terbaru yang sama sekali tidak memuaskan ekspetasinya.

"What the...? Kenapa nasib pemeran utama protagonisnya semengenaskan ini? Apa penulisnya memiliki dendam pribadi atau bagaimana? Bisa-bisanya membiarkan ketidakadilan memenangi keadaan! Aish ..."

Seiring kekesalan memuncaki, tanpa disadari gawai digenggaman tangan terlepas dan tergeletak di ubin dingin kamar rawat inap. Lalu, melempar kepalanya ke bantal empuk sembari menyorot langit-langit kamar dengan bengis.

"Andaikan aku bisa masuk ke dalam cerita dan menggantikan posisi si pemeran utama, aku pastinya menumpas habis mereka yang kelakuannya lebih buruk dari babi itu!!!" Ishhhh..." Begitulah isi tuturnya selaksana sumpah.

Hanya gara-gara alur kisah fiksi membuat dadanya porak poranda dan sesak. Menuntun tangan-tangan kurus menghantam bangsal berulang-ulang, seakan-akan alas di bawahnya merupakan samsak tinju untuk kepalan tangannya yang mungil.

The New 'Me'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang