Dia menyeret lelaki itu dengan mudah, menjauhkannya dari sekelompok orang yang tampak kacau karena menghindari gas yang bisa membuat sebagian dari mereka pingsan.
Sejenak, dia berhenti dibalik tembok. Hanya demi memuaskan rasa penasarannya serta rasa rindu yang tiap hari meminta dipenuhi. Namun tidak ada yang bisa dia lakukan untuknya.
Lelaki itu bertahan, menutup hidung dan mulutnya dengan lengan, sedang berusaha menarik rekannya yang pingsan keluar dari kepulan gas yang makin menipis.
"Suhyeok-a! Kita perlu cari tempat aman untuk mereka. Tidak efisien pulang dengan menggandeng orang-orang pingsan ini."
Lee Suhyeok, lelaki yang dia perhatian sejak tadi menoleh pada rekannya dan mengangguk. Segera menyeret Taeman ke dekat empat orang teman mereka yang pingsan.
"Aku akan pergi memeriksa gedung ini dulu, jika tidak ada zombie, kita pakai tempat ini untuk istirahat sambil menunggu yang lain sadar."
"Perlu ditemani?"
"Tidak."
"Baiklah. Hati-hati."
Dia melihat Suhyeok pergi. Laki-laki itu masuk ke dalam gedung di sebelah mereka. Sebelumnya mempersiapkan senapan untuk melindungi diri dari mahluk haus darah yang bisa saja berada di dalam sana.
Tidak ada yang akan menganggu Suhyeok di dalam gedung itu, karena dia bisa mendengar keheningan di dalam sana. Indera pendengaran supernya tidak mendeteksi zombie. Suhyeok aman dan itu membuatnya bernapas legah.
"Namra-ya."
Dia menoleh karena panggilan itu. Dan menemukan seorang pria dengan mata sayu yang khas tengah memandangnya dari balik topi hitam yang nyaris menutupi penglihatannya.
"Ayo."
Namra mengangguk. Dia mengintip sekali lagi pada sekelompok hunter itu sebelum mengikuti temannya yang lebih dulu pergi membopong tubuh Chiyeol yang masih tidak sadarkan diri.
"Kau mengenal para hunter itu?"
Pertanyaan dari lelaki yang berjalan di depannya menarik perhatian Namra. Laki-laki itu sama sekali tidak berbalik, namun suara lirih yang terdengar dalam pertanyaannya membuat Namra melontarkan pertanyaan yang sama.
"Bagaimana denganmu? Apakah ada seseorang yang familiar untukmu, Yeon Sieun?"
Langkah kaki Sieun tiba-tiba berhenti, membuat Namra ikut terdiam. Dia memandang punggung Sieun dengan alis berkerut heran.
Lama hening melingkupi mereka, Sieun akhirnya bersuara, "salah satu dari mereka. Teman sekolahku. Dia teman dekat pertamaku."
Namra merapatkan bibir. Nada getir yang mengiring kata-kata Sieun turut menyayat hati Namra. "Aku juga. Aku melihat dua orang familiar di antara kelompok itu."
Mereka sama-sama pilu, karena harus bersebrangan dengan teman mereka dan orang yang mereka sayangi.
"Apa kau tidak apa-apa mereka menjadi hunter? Mereka memburu kita," tanya Sieun
Namra terdiam, sejenak memikirkan pertanyaan Sieun. Dan pertanyaan itu muncul dalam benaknya "bagaimana jika dia dan Suhyeok berhadapan? Sementara mereka adalah dua mahluk yang berbeda sekarang. Bagaimana Namra, half-zombie harus menghadapi Suhyeok yang adalah seorang hunter?"
Sieun paham setelah menunggu lama dan tidak mendapat jawaban. Dia mengerti perasaan Namra. Mereka telah menjadi mahluk yang berbeda, dan sementara mereka bertahan hidup ditengah rasa lapar yang membabi buta, teman-teman mereka hidup untuk memburu para mahluk kelaparan itu. Meski mereka masih memiliki sisi manusia, mereka tidak bisa lagi dikatakan manusia. Sieun paham.
Di tengah dunia yang hancur, nasib justru mempermainkan mereka.
Dua half-zombie itu berjalan menyusuri kota, melintasi gang-gang sempit agar presensi mereka tidak nampak oleh intaian para hunter yang menjarah sekitar tempat itu. Butuh beberapa jam sampai mereka tiba di tempat aman mereka sendiri. Dimana para half-zombie yang mereka selamatkan juga tinggal di sana.
"Namra-ya, Sieun-na. Siapa itu?" Seorang gadis mendekat, menjadi yang pertama menyambut kedatangan mereka di kamp yang mereka buat seadanya.
Beberapa half-zombie melirik sejenak dengan penasaran, namun dengan cepat berlalu karena memiliki pekerjaan yang harus mereka lalukan.
Di tempat ini, mereka berkumpul. Membagi tugas pencarian makanan -tentu saja mereka hanya memburu zombie- dan sedikit mengolahnya. Terlihat dari beberapa zombie yang dirantai dan diseret menuju ruangan belakang oleh beberapa half-zombie lain. Mereka juga menugaskan beberapa half-zombie terlatih untuk mencari dan menyelamatkan kaum mereka yang masih berkeliaran diluar sana.
"Namanya Chiyeol. Kami menemukannya bersama sekelompok hunter," jawab Namra.
Gadis itu menutup mulut syhok. "Apa dia baik-baik saja?"
"Sepertinya dia mengenal beberapa hunter itu. Mereka terlibat sedikit percakapan. Kami menolongnya saat dia hampir tersudut. Dia baik-baik saja," sahut Sieun.
"Yoonseo-a, aku perlu...oh, hei, kalian sudah kembali? Membawa orang baru?"
Seorang laki-laki datang dan ikut masuk dalam obrolan mereka. Dia kemudian menunduk, memperhatikan wajah dari lelaki yang pingsan. "dia pingsan?"
"Kami harus melakukan sesuatu untuk mengalihkan perhatian para hunter," sahut Namra. Membuat lelaki itu mengangguk.
"Tahu siapa namanya?"
"Namanya Chiyeol," Yoonseo memberitahu sembari tersenyum tipis.
"Sieun-na. Bawa dia masuk. Dan Yoonseo, bisakah kau membantu Sieun. Aku perlu bicara dengan Namra."
Yoonseo mengangguk dan segera pergi menyusul Sieun yang telah lebih dulu berlalu. Menyisakan dua orang yang masih berdiri di tempat mereka.
"Aku melihatnya. Dia ada di sana sebagai hunter," ujar Namra setelah hanya ada mereka berdua di sana.
"Lee Suhyeok?"
Namra menelan saliva, dia menunjukan sedikit kegelisahan yang tidak bisa dia tunjukan di hadapan Sieun sebelumnya.
"Cheongsan-na. Apa yang harus kita lakukan?"
Lee Cheongsan tertengun. Dia mengerti kegelisahan Namra. Suhyeok adalah teman mereka, teman yang pernah berjuang hidup bersama mereka ketika mereka berusaha melewati maut bertahun-tahun lalu. Namra masih menyimpan kenagan miliknya yang banyak diisi oleh Suhyeok, dan Cheongsan punya miliknya sendiri. Bahkan, saat mendengar kabar Suhyeok, Cheongsan ikut mempertanyakan nasib gadis itu, gadis yang dia rindukan.
"Apa dia ada di sana juga?"
Tanpa Cheongsan menyebut nama, Namra sudah tahu siapa yang lelaki itu maksud. Jadi dia segera menggeleng, membuat Cheongsan mengembuskan napas berat yang terdengar oleh indera pendengaran tajam Namra.
"Hanya ada Suhyeok dan Kak Hari yang kukenal. Dia dan yang lain tidak ada di sana," ungkap Namra, sedikit menyesal. "Apa kau berfikir, dia akan menjadi hunter juga?" Namra melanjutkan dengan pertanyaan.
Cheongsan mengusap kasar wajahnya dan mendesah pelan. "Kuharap tidak. Sebaiknya dia hidup tenang di penampungan dan tidak terlibat dengan ini lagi."
Namra merapatkan bibir, mengangguk menyetujui ucapan Cheongsan. Dia berharap, hanya Suhyeok dan Hari yang harus dia temui sebagai hunter, dia tidak ingin menemui yang lain dijalan lagi.
To Be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴄᴏɴᴛʀᴏʟ ➳ᴄʀᴏssᴏᴠᴇʀ
Fanfiction"Apa yang membuat manusia lebih baik dari pada monster?" Crossover | Fanfiction All Chara Drama Series Alternatife Universe