Crimson bonds 02

3.8K 122 21
                                    

***

Sebelum berangkat, Katrin memastikan ia telah meminum Geruchsentferner. Ia mungkin bisa mati dibunuh jika lupa dengan hal sepenting itu. Tapi sejujurnya berangkat bersama dengan si Tuan Muda yang menyeramkan itu membuat Katrin ingin mati sekarang juga.

Katrin melarikan tatapannya kemana-mana sejak mereka masuk dalam kereta kencana yang mewah ini. Ia tidak berani membalas tatapan Klaus yang menatapnya tajam sejak tadi. Nampaknya pola dari baju yang Katrin pakai hari ini akan menjadi pusat perhatiannya. Mungkin, jika telah tiba di sekolah, Katrin berhasil menghitung jumlah kotak besar dan kotak kecil rok yang ia pakai.

Katrin juga tidak berniat memulai pembicaraan. Lagipula siapa dirinya yang berani mengajak si Tuan Muda untuk mengobrol?

Ketika kuda yang menarik kereta telah berhenti dan salah satu pelayan membukakan pintu untuk mereka, Katrin bernapas lega. Lalu ketika melihat si Tuan Muda tidak turun, Katrin akhirnya berinisiatif untuk turun terlebih dahulu. Namun, saat Katrin beranjak, tangannya dicekal oleh Klaus.

"Jangan pernah mengatakan pada siapapun kalau kau bekerja di rumahku!" ucap Klaus tajam. "Paham?"

Katrin bersumpah. Ia bisa melihat warna bola mata Klaus berubah menjadi merah gelap. Seolah Katrin adalah musuh yang harus dilenyapkan.

"Kau bisu?" bentak Klaus.

Katrin menggeleng. "T-tidak tuan. Aku paham.."

"Jangan panggil aku tuan di sekolah!"

"Baik!" tanggap Katrin lebih cepat.

"Hari ini kau meminum ramuanmu, kan?"

"I-ya."

"Bagus. Temui aku saat istirahat nanti."

Katrin mengangguk dengan penuh kegugupan. Ia bahkan tidak mengerti dengan maksud Klaus bahkan ketika Klaus melepaskan cekalan tangannya dan membuat Katrin nyaris kehilangan keseimbangan.

Setelah berhasil turun, Katrin menyaksikan kereta tersebut berjalan lagi menuju tempat yang berbeda. Katrin menghela napas sedih. Apa ia sengaja diturunkan jauh dari tempat yang seharusnya karena ia hanya seorang pelayan?

"Oh. Halo. Apa kau Katrin pelayan dari keluarga Nocthvolk?" seorang laki-laki tergopoh-gopoh menghampirinya. Tampilannya sangat rapi, persis seperti apa yang Katrin bayangkan. Bukan hanya dari pakaiannya, namun juga wajahnya.

"I-ya."

"Aku Luitgard, yang akan membantu mengurus semua keperluan murid di sini. Maaf aku terlambat menyambutmu. Sekarang ikut aku agar kau tidak terlalu terlambat masuk kelas." Luitgard berjalan dengan diikuti oleh Katrin di belakangnya. Tidak lama, Luitgard berhenti dan berbalik. "Pertama-tama, kau tidak bisa memasuki kelas tanpa memakai baju seragam."

Katrin kembali mengikuti langkah Luitgard ke sebuah ruangan mewah dengan puluhan seragam terpajang indah. Katrin tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. Tentang bagaimana atap ruangan itu sangat tinggi seperti di mansion keluarga Notchvolk, lukisan di langit-langit yang indah, serta ukiran-ukiran dan desain yang sangat natural bertema warna merah dan emas membuat Katrin seolah sedang berada di bangsal sebuah pesta dansa.

"Nah ini. Sepertinya akan cocok untuk ukuranmu. Jangan lupa sebelum pulang, temui aku di ruang guru untuk membawa seragam-seragammu yang lain."

Katrin mengangguk. Ia menuju ruang ganti yang berada di sudut ruangan sementara Luitgard sepertinya mengumpulkan seragam berbeda untuk hari lainnya. Setelah mengganti pakaiannya dan keluar dari ruang ganti itu, Katrin disambut senyum lebar Luitgard.

Katrin jadi ikut tersenyum. Jika dipikir-pikir, Luitgard sangat mirip dengan Severin. Bedanya, aura Luitgard lebih hangat. Matanya tidak setajam Severin.

ONE SHOT [FANTASY] 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang