Masa lalu : Eden

26 3 0
                                    

"WOI, Nah sudah ku beliin"

Nathan kembali dari luar dengan keadaan yang cukup mengenaskan, badannya penuh dengan lumpur, dan rambut yang acak acakan.

"HAHAHAHAHAH LU NGAPAIN BEJIR, KAYA IKUT NINJA WARRIOR"

"Astaga, lu ngapain jir"

Ray tertawa sangat lepas dan Adrian khawatir sekaligus ingin tertawa, dan Dooshik hanya menahan tawanya, sedangkan Eden merenung.

"Den lu napa?"

"Oh gapapa, aku cuma kepikiran kenapa mama sama bapa ku ga bolehin aku masuk jurusan Arsitektur"

"Lah iya juga kenapa emang? Lu kan suka gambar kenapa lu masuk jurusan Farmasi?"

"Jadi... "

___________________________________________

Eden terlahir di keluarga yang bisa di bilang cukup kaya, ibunya adalah seorang apoteker yang cukup terkenal dan ayahnya adalah dokter bedah. Eden selalu di paksa belajar oleh orang tuanya dan jika dia membantah maka ayahnya akan menghukumnya.

10 tahun yang lalu

"Ayah, aku ingin menjadi pelukis terkenal"

Ayah Eden lalu menatap sinis kepada Eden yang masih berumur 8 tahun.

"Apa maksud mu menjadi pelukis terkenal? Tidak akan ayah izinkan, kamu harus menjadi dokter atau apoteker, pelukis adalah pekerjaan yang tidak menentu dan tidak berguna"

"Tapi-"

"Tidak ada tapi tapi, sana ke kamar dan belajar, jika nilai mu di bawah 90 lagi akan ayah hukum"

"Iya yah, maaf"

Eden lalu pergi ke kamarnya dengan perasaan yang cukup kecewa, tapi dia tau dia tak akan bisa melawan orang tua nya.

"Kenapa yah.. Kok ayah marah kalo aku mau jadi pelukis terkenal.. Aku udah lelah buat belajar, aku juga mau istirahat.."

Tiba tiba pintu ruangan Eden terbuka dan Eden melihat ibunya yang masuk secara perlahan.

"Eden, maafin ibu yah.. Ibu ga bisa ngebantah ayah mu, ibu juga mau kamu jadi apa yang kamu mau, tapi ayah mu tidak setuju, maafin ibu ya.. Ibu ga bisa bantu banyak.."

"Iya bu.. Ibu ga salah ko.. "

Ibu Eden pun langsung memeluk Eden dan mengelus kepalanya dengan lembut, Eden yang masih kecil tentu saja menangis, dia terisak karena dia juga kesakitan karena ayahnya selalu memukul tangannya menggunakan penggaris.

3 tahun kemudian Eden tumbuh besar menjadi orang yang sangat pendiam dan menjadi orang yang tidak mau memperlihatkan ekspresi/emosi.

Eden selalu mendapatkan ranking 2 atau 1 di kelasnya, tetapi Eden tak pernah bahagia dengan pencapaiannya, dia selalu berpikir kenapa dia harus lahir di keluarga seperti itu.

Beberapa tahun kemudian Eden pamit ke orang tuanya untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, saat itu Eden menyewa kosan yang cukup besar untuk dirinya sendiri.

"...Lebih baik aku bersih bersih daripada merenungkan hal yang ga penting"

Time skip : esok harinya

Eden pun ke kampus dengan hati yang berat dan muka yang pucat karena kelelahan, dan tiba tiba seseorang menepuk pundaknya dan itu membuat Eden terkejut.

"hah siapa?!"

"Si ray, siapa lagi coba"

"Loh lu kuliah di sini juga? Jurusan apa?"

"Aku farmasi, ku  tebak lu juga, iya gak?"

"Iya, yok kita bareng aja"

"Yaudah ayo"

Ray dan Eden pun menuju ke ruangannya bersama, mereka terus berbincang dan Eden baru mengetahui bahwa teman temannya yang lain juga kuliah di kampus ini.

"Weh, aku kan ngekos sendiri ya, kosannya tuh gede, Lu mau ikut ngekos sama aku ga, Ray? Nanti kalo ketemu aku mau ngajakin yang lain juga"

"Yaudah boleh deh"

Saat jam pulang Ray mengajak Eden untuk bertemu teman lama mereka, setelah berbincang cukup lama Eden pun mengajak mereka untuk tinggal di kosan bersama Eden dan Ray.

Mereka semua setuju karena kosan yang di tinggali Eden memiliki tempat yang strategis dan juga dekat dengan kampus. Mereka pun pulang kerumah masing masing untuk mempersiapkan barang dan Eden mengirim lokasi kosannya.

Time skip : setelah 30 menit

"Eden! Bantuin kami angkat barang dongg"

"Iya sabar"

Setelah 2 jam bersih bersih mereka pun bersantai di ruang tamu sambil menonton TV.
___________________________________________

"Ya pokoknya ayah ku ga ngebolehin sih"

"Oalah, entar, ciloknya ga kemakan njir"

Ray, Adrian, dll yang mendengarkan Eden berbicara terlalu fokus kepada Eden dan tidak ingat memakan ciloknya yang sudah dingin, tamat 😍🌹

This Is Cogil! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang