chapter 2: Big boss.

253 27 4
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

Typo bertebaran..

*****

"Bagaimana kuliah mu hari ini, Feli?"tanya Catherina.

Saat ini mereka berdua tengah bersantai di ruang tengah sambil menonton drama kesukaan Felicia. Sudah sering terjadi, Catherina akan selalu menanyakan keseharian anak gadisnya itu. Untuk menjaga bahwa hubungan keduanya tidak akan pernah jauh.

"Nothing special, semuanya sama seperti di kampus lama ku."jawab Felicia.

"Sungguh?, Apakah kau sudah mendapatkan teman baru?"tanya Catherina lagi.

Felicia mengangguk.

"Bagaimana hubungan ibu dengan Ken?"Tanya Felicia, kali ini giliran gadis itu yang bertanya.

"Kami berdua baik. Bahkan bisa dibilang kita jadi semakin dekat"jelas Catherina. "Kenapa kau bertanya?"

Felicia menggeleng. "Hanya ingin tahu "jawab nya.

Catherina menatap anak gadisnya sejenak. Sebenernya dia tahu tujuan Felicia menayangkan itu kepada nya. Felicia masih trauma dengan pernikahan nya yang sebelumnya. Meskipun Gadis itu tidak pernah bilang secara lisan. Tapi melihat gerak geriknya membuat Catherina paham.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan ibu. Ibu pernah bilang kan padamu, ibu akan lebih berhati-hati lagi dalam memilih pasangan"

"Dan Sekarang ibu sudah menemukan nya, ya. Ibu percaya dengan Ken, bahwa dia sangat menyayangiku dan kau sebagai putri ku."jelas nya.

Felicia mengangguk, kemudian memeluk ibunya. Sungguh demi apapun dirinya tidak rela jika ibunya harus merasakan sakit hati lagi. Cukup ayahnya saja yang menyakiti ibunya.

"Semoga saja itu benar"ucap Felicia.

****

Dua orang pria bertubuh kekar memasuki ruangan yang di dalamnya sudah di tunggu oleh sang atasan. Hawa panas mulai menjelajahi setiap inci tubuh pria itu. Ini lah yang sangat menegangkan, ketika mereka berhadapan langsung dengan sang tuan.

Mereka lebih baik di kirim jauh keluar negeri, Dari pada harus bekerja berdekatan dengan sang tuan. Tuanya itu sangat kejam, dia tidak akan segan segan menghabisi siapapun yang menghalangi langkahnya.

"Kenapa bisa gagal?"tanya tenang, dengan mata tajamnya menatap kearah bawahannya.

"Saat kapal kita hendak mendarat. Tiba tiba saja kami mendapat sinyal dari orang yang bertugas disana. Bahwa kami tidak bisa berlabuh, karena dermaga itu tangah di awasi oleh sektor keamanan setempat."jelas nya dengan hati hati.

"Apa kau tidak berbohong?"tanya nya.

Kedua pria langsung menggeleng cepat. "Tidak tuan, kami berkata sejujurnya"

Sang tuan mengangguk, yang membuat kedua pria itu sedikit merasa tenang. Jika tuan nya itu sudah mengangguk itu artinya mereka aman.

BLOOD AND TEARS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang