Chapter 4: First meet

130 15 2
                                    

HAPPY READING.
.
.
.
.

TYPO BERTEBARAN..

****

Seorang pria paruh baya yang terkulai lemas di sebuah kursi lipat dengan seluruh tubuh yang terikat rantai. Tidak lupa dengan sang dominan yang terus mencecar nya agar sang pria paruh baya membuka mulut mengenai gagal nya barang yang ia kirim.

"Masih tidak mau mengaku, huh?"ucap vitto, benar vitto lah sang dominan tersebut.

"Kau tidak akan mendapatkan informasi apapun dari ku"ucap sang pria paruh baya tersebut.

Vitto mengepalkan tangannya kuat, mengambil sebuah pistol di dalam saku nya dan menodongkan pistol tersebut di kening pria paruh baya itu.

"Akan ku biarkan kau hidup, jika kau memberi tahuku siapa yang telah menyuruh mu melakukan itu"ucap vitto.

Pria paruh baya itu terkekeh. "Silakan jika ingin membunuh ku, dengan begitu kau tidak akan mendapatkan apapun"kekeh nya.

Brukk..

Vitto menendang kursi tersebut hingga membuat pria itu terjungkal ke belakang membentur sebuah dinding.

"Sialan!!, Cepat katakan siapa yang menyuruhmu bajingan!"marah vitto.

Layaknya seorang kesetanan,Vitto memukuli pria tersebut dengan membagi buta.

Anak buah vitto mencegah sang tuan yang hendak menancapkan belati Tersebut ke bagian dada pria paruh baya tersebut.

"Tuan, kami sudah mendapatkan lokasi tempat dari anak pria ini tinggal, menurut sumber anak itu tinggal di sebuah apartemen yang terletak di dekat dermaga tempat pria ini bekerja"jelas sang anak buah.

Vitto tersenyum menyeringai.

"Baiklah jika cara kekerasan tidak mau membuatmu membuka mulut, aku akan menggunakan cara lain"pungkasnya, kemudian bangkit dari atas tubuh pria paruh baya tersebut.

"Jangan sentuh anakku sialan!!"teriak pria paruh baya.

"Kau yang membuat ku ingin menyentuhnya"ucap vitto.

"Ah.. bagaimana jika kejantanan anak anak buah ku masuk kedalam lobang surga nya?, Anak mu pasti akan berteriak kenikmatan karena dapat merasakan surga dunia yang belum pernah di alami sebelumnya"

Pria paruh baya tersebut mengepalkan tangannya kuat, dan menatap nyalang kearah vitto.

Menyerah.

Pria paruh baya tersebut akhirnya merobohkan dinding pertahanan yang ia bangun kuat kuat. Hell, memang nya ayah mana yang tega membiarkan anaknya di perlakukan seperti itu.

"Polytechnic university_"

"_kau bisa menemukan seseorang yang kau cari disana"ucap sang pria paruh baya tersebut.

Vitto termenung sejenak. Polytechnic?. Batinya.

"Aku sudah memberikan apa yang kau mau, sekarang lepaskan aku dan jangan sentuh anakku"pinta pria paruh baya tersebut.

BLOOD AND TEARS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang