Senang, sebuah kata yang sering disatukan dengan indah, namun seringkali menyimpan rahasia kepedihan di balik senyum. Kebahagiaan terkadang hanyalah lapisan tipis yang menutupi kekosongan dan ketidakpastian yang mengendap di lubuk hati seseorang.
Ketika senang datang, ia mungkin seperti bunga yang mekar di taman indah, tetapi di balik pesona itu terkadang terdapat kekhawatiran bahwa momen bahagia itu hanya sementara. Bahkan, terkadang senang datang bersama bayang-bayang kekhawatiran akan kehilangan kenyataan bahwa kebahagiaan itu tidak bisa dipegang selamanya.
Senang yang tak selamanya indah juga bisa merujuk pada pengorbanan atau kecewa yang tersembunyi di balik senyuman. Terkadang, untuk membuat orang lain bahagia, seseorang mungkin harus menyembunyikan perasaan sendiri atau menahan keinginan pribadi. Dalam senang yang diperlihatkan ke luar, bisa jadi ada pengorbanan yang tak terlihat yang melandasi momen kebahagiaan itu.
Dew melihat pacarnya yang berbinar menatap tas-tas branded di dalam etalase kaca. Dia sendiri memilih duduk di sofa sesekali pikirannya mengawang.
Sudah 5 hari Nani pergi, tidak ada kabar sama sekali. Bahkan sopirnya yang biasanya dia beri kabar—luput dari perhatiannya.
Joong... Alis Dew berkerut, kenapa dia baru mengingat pria itu? Dew merogoh ponselnya, setidaknya jika dia tidak memiliki nomor ponselnya—dia bisa menemukan akun media sosialnya.
"Sayang," Dew menahan diri sejenak. Dia terserah tipis pada wanita itu. Sena.
Dalam pertemuan yang seharusnya penuh kebahagiaan dengan pacarnya, bayangan tentang Nani seperti hantu yang menghantuinya. Meskipun kehangatan dan tawa bersama pacar terasa nyata, pikirannya terpecah, terseret ke janji pernikahan.
Tiap senyuman pacarnya terlihat samar, disaingi oleh kenangan tentang senyum Nani. Pernahkah dia tersenyum padaku? Meskipun berusaha menikmati momen bersama, dirinya terjebak dalam dualitas pikiran, dihantui oleh pertanyaan dan keputusan masa depan yang sulit. Ada surat perceraian yang menunggu nya di rumah.
Sentuhan pacarnya terasa hangat, namun dibandingkan dengan bayangan pelukan Nani yang kadang-kadang muncul di tengah malam, rasanya seperti hanya menyentuh permukaan tanpa mendalam.
Mungkin canda dan obrolan dengan pacar membawa tawa, tetapi di baliknya terdapat gundah gulana yang sulit disamarkan. Waktu yang seharusnya menjadi pelarian dari kehidupan yang rumit, kini menjadi medan pertempuran batin yang sulit dihindari. Mungkin, pada akhirnya, dia harus menghadapi konflik internal ini dan menemukan kedamaian di tengah-tengah kebingungan perasaannya.
-+-
"Oh... Kenapa?"
Nani yang duduk di sofa dengan tangan menopang dagu menatap Joong dengan alis terangkat.
"Kemungkinan... Besok pagi."
"Siapa?" Tanya Nani menatap Joong curiga.
"Ayah mu." Mata Nani masih memicing, mencari jejak kebohongan Joong.
Helaan nafas lembut selanjutnya. "Sebaiknya kau istirahat, nanti malam kita masih memiliki jadwal. Wajahmu sudah sangat menakutkan, tahu."
Nani tahu. Akhir-akhir ini dia tidak bisa tidur dengan baik. Bahkan sampai kelelahan. Rasa lelah itu terasa seperti beban yang tak terangkat dari pundaknya. Setiap langkah terasa berat, seolah-olah kelelahan fisik juga merasuki jiwa dan pikirannya. Mata yang perlahan terpejam, mencoba menyembunyikan kelelahan yang terlukis jelas di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) [BL] Little Husband-Short story✓
FanfictionTidak ada kehangatan, hanya dingin membeku dan jarak yang semakin memisahkan diantara keduanya. Bagaimana mereka akan memperbaiki hubungan rumah tangga mereka?