04. Bagian Hyunjin

271 54 18
                                    

Sebagai seorang model muda yang sedang naik daun, yang impact name-nya gak bisa dilawan. Bang Hyunjin lagi duduk santai dengan aura glamornya yang angkuh di sebuah pesawat pribadi yang disponsori brand internasional ternama, untuk menghadiri acara fashion show sebagai Brand Ambassador mereka yang terbaru.

Bang Hyunjin di usia muda, sudah menjadi pemuda paling diinginkan semua ibu sebagai menantu, juga diinginkan para anak muda sebagai kekasih, dan terlebih lagi artis yang paling dicari di seluruh dunia.

Di salah satu wawancaranya dengan majalah ternama, yang dicetak sebagai edisi khusus "Bang Hyunjin" sebuah pertanyaan kritis dilontarkan pada pemuda awal dua puluhan itu, yang penjualannya segera menjadi ledakan atas jawaban cerdasnya.

"Apa yang membuat kamu, yang semula hanya selebgram anak sekolah sampai jadi anak kuliah, bisa jadi model internasional? Apakah ada pengaruh kekuatan Crazy Rich Bang Fam yang mendukung?"

Hyunjin tersenyum simpul sebelum menjawab pertanyaan itu, "Bang Fam adalah dasar, sebuah pondasi. Tapi pada intinya, alasan saya bisa ada dititik ini, hingga dikenal banyak orang sebagai Hyunjin si model tampan hanyalah satu,"

Hyunjin memberi jeda, senyumnya terlihat ramah tetapi lebih lebar, "Lahirlah tampan dan berbakat seperti Bang Hyunjin."

Saat majalah itu rilis, para kakak dari Hyunjin tidak berhenti meledeknya karena begitu percaya diri, sedangkan ketiga adiknya yang lain menjahilinya dengan membuat banyak salinan majalah itu dan menempelkannya di setiap dinding rumah.

Hyunjin tidak malu, pokoknya dia tidak merasa terganggu dengan kelakuan keenam saudaranya. Tapi, begitu Felix-nya berbicara, Hyunjin segera terdiam, lalu menangis sendirian.

"Alasan kak Hyun, bisa ada dititik luar biasa kayak sekarang bukan hanya karena lahir tampan dan berbakat. Tapi, karena kak Hyun terlahir sebagai kakak Felix hehe." Felix terkekeh lucu saat mengatakannya, dan Hyunjin menyetujui ucapan adiknya yang paling mungil itu.

Seketika hati dan pikirannya menyesal tidak menjawab seperti jawaban Felix. Pasti ia akan membuat dunia lebih gonjang ganjing kayak bumi dijadiin bola sepak.

"Make up-nya udah, Hyunjin." Tepukan ringan di bahunya membuat Hyunjin yang sedari tadi memejamkan mata selama make up, kini membuka matanya.

Sebagai model BA dari brand ternama, Hyunjin di hari pertama fashion show ini akan berperan sebagai model dari pakaian dan beberapa tas keluaran baru musim ini. Lalu di hari berikutnya ia hanya akan duduk menyaksikan acara yang sama. Lalu hari selanjutnya adalah dinner party dengan founder, staff, dan model lainnya.

Hyunjin melalui hari dengan kabur setelahnya.

"Kamu melihat tas itu cukup lama. Menyukainya?" Hyunjin menoleh dengan sedikit terkejut saat suara dari founder brand terdengar disisinya.

Sebuah tas sengaja dipajang saat dinner party dilaksanakan, satu-satunya tas yang dibuat khusus dengan edisi terbatas. Tas yang kemungkinan hanya dimiliki oleh orang-orang elite saking mahalnya.

"Ya, aku melihat tas ini cocok untuk adikku Felix. Dia pasti menyukainya juga." Pria paruh baya itu terkekeh kecil, sudah mengetahui rahasia umum kalau seluruh saudara Bang memiliki sikap dan sifat lebih posesif pada si mungil Felix itu.

Dan jelas tidak akan mengejutkan siapapun jika yang pertama kali Hyunjin sebut adalah adiknya itu.

"Kamu bisa mendapatkannya, hadiah dariku untuk adikmu." Pria itu berujar santai, Hyunjin menatapnya dengan tidak percaya.

"Omong-omong, apakah kamu tidak berniat mengambil beberapa yang lain untuk saudara-saudaramu?" Pria itu bertanya, setelah mengayunkan tangannya santai sebagai kode kalau ia tidak masalah memberikan tas untuk Felix, saat melihat modelnya itu terlihat ragu.

Asistennya segera mengenakan sarung tangan khusus, bergerak dengan elegan meraih tas tersebut, lalu menyerahkannya pada sang pria sebelum tas berpindah tangan lagi pada Hyunjin.

"Mereka bisa membelinya sendiri, sir." Hyunjin dengan acuh mengangkat bahunya.

Pria itu tertawa, "Adikmu yang lucu itu juga bisa membelinya, bukan begitu? Adikmu tentunya tidak mungkin kekurangan uang untuk membeli sebuah tas dari brand kami."

Hyunjin mengangguk, "Anda tentu benar, sir." Hyunjin tersenyum lembut sambil mengelus tas di tangannya.

"Tapi, Felix lebih memilih menggunakan uangnya untuk hal lain. Bocah itu lebih memilih membeli untuk saudaranya dan anak-anak didiknya daripada untuk dirinya sendiri." Hyunjin melanjutkan.

Tuan Founder dengan aura kebapakan tersenyum mengerti. Informasi yang Hyunjin sebut pun juga bukan rahasia kalau si mungil dari keluarga Bang terlalu lemah lembut dan penuh kasih pada sesama makhluk hidup.

"Mungkin bisa ku titipkan ini untuk Felix?" Tuan Founder mengeluarkan secarik kertas glamor dari saku jasnya, menyerahkannya pada Hyunjin yang menatap bolak-balik antara kertas di tangannya dan wajah Tuan Founder.

"Kalau adikmu bersedia, kami bisa menjadikannya model kami di masa depan?"

Hyunjin menyipitkan mata dengan perasaan sangsi, "Sebagai kakak, sir, saya tidak rela keimutan adik saya disebarluaskan secara internasional. Tapi, saya akan memberikan kartu nama anda pada Felix, sebagai formalitas dan sopan santun."

Tuan Founder tertawa puas, beberapa fotografer mengabadikan kejadian itu untuk menjadikannya sebagai headline berita mereka. Kejadian langka melihat Tuan Founder bisa ekspresif pada modelnya.

"Bukan main sifat posesifmu sebagai kakak, kan?" Hyunjin hanya mendengus, Tuan Founder geli dengan kelakuan modelnya itu.

Tiba-tiba Hyunjin terlihat lesu. Tuan Founder mengerutkan kening bingung akan perubahan suasana yang tiba-tiba dari modelnya.

"Ada masalah, Hyunjin?"

"Sekarang saya merindukan Felix, sir."

*

"Hei, Jey." Dengan nada lesu, Hyunjin jatuhkan tubuhnya pada sofa di ruang kerjanya bersama Yeji di kafenya.

Yeji melirik sedikit pada Hyunjin, tanpa balas menyapa, lalu melanjutkan kembali pekerjaannya.

"Lo gak mau nanya gitu kenapa balik-balik dari luar negeri gue letih lesu lemes lunglai?? Sedangkan ini udah seminggu gue balik???" Hyunjin duduk tegak, menatap Yeji yang sekali lagi hanya melirik dan masih sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya.

"Paling juga karena gak ketemu Felix, kan?"

"IYAAA!!!" Hyunjin berseru dramatis, menjatuhkan lagi tubuhnya di sofa sambil berpura-pura menangis di bantal yang ada.

"Gue udah lesu kelamaan di LN berharap nyampe rumah bisa ketemu Lixie, tapi Lixie justru ikut olimpiade di luar kota dan baru balik bulan depan?!!! Gimana bisa hidup begitu tidak adil sampai-sampai gue gak bisa nge-charge energi dengan meluk cium adek gueee?!" Yeji yang mendengarkan hanya mengangguk sedikit, menyeruput cangkir kopinya, dan kembali mengetik di laptop.

"Lo bayangin, Jey, masa gue harus gak ketemu Felix hampir sebulan?! Kenapa adek gue harus sesibuk iniii huhuhu Lixieee plissss cepet pulanggg kakak kangennn huhuhu."

"Kenapa gak lu telpon aja?" Mulai kesal dengan sikap dramatis Hyunjin, Yeji menyahuti rengekannya.

"Gak bisaaa di telepon!!! Ada jadwalnya Lixie boleh megang ponsel, dan gue gak bisa tanya kapan Lixie bisa gue telepon!!!" Setelah Hyunjin mengeluh begitu ponselnya bergetar, ada panggilan masuk.

"Siapa sih yang nelpon! Gue lagi galau malah diganggu!!!" Hyunjin dengan malas-malasan mengambil ponselnya yang tertindih bantal sofa, berniat melihat nama penelepon dengan kesal Hyunjin justru terbelalak semangat dengan tersenyum lebar.

"Halo Lixie!!!" Dan selama setengah jam berikutnya Yeji harus mendengarkan nada manja dari Hyunjin yang mengobrol dengan sang adik.


——04: Bagian Hyunjin, selesai

Fam 3 (spesial)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang