03. Bagian Changbin

313 51 12
                                    

Changbin mendesah kesal. Tumpukan dokumen tersusun tinggi di atas meja kerjanya. Dokumen sponsor, kerja sama, BLA BLA BLA, dalam bentuk beasiswa dan lain-lain untuk murid-murid berprestasi yang ada dalam naungan Yayasan Pendidikan milik keluarganya ini.

Alasan keberadaan dokumen segunung ini jelas karena beberapa mahasiswanya dari berbagai jurusan muncul ke permukaan publik dengan ide-ide dan kecerdasan mereka yang mencolok. Yah, dengan dunia yang mudah bergerak melalui media sosial, kepopuleran mahasiswanya yang tengah lomba ini atau turnamen itu dengan mudah tersebar.

Salah satunya yang paling terkenal adalah pemuda dari jurusan hukum yang diundang dalam acara TV debat politik. Dan ada juga tim basket dan tim voli dari universitasnya yang memenangkan pertandingan nasional.

Changbin secara jujur merasa bangga, tapi di sisi lain agak sedikit kesal karena menjadi orang pertama yang dihubungi banyak perusahaan untuk menyampaikan niat mereka merekrut mahasiswanya — karena Changbin jadi kekurangan waktu tenang.

Bersandar pada kursinya, Changbin menghela nafas menatap pemandangan dari balik jendela besar di dekat meja kerjanya. Cuaca sedang cerah, warna hijau dedaunan terlihat lebih cantik saat sinar matahari menyinari.

Sekali lagi, Changbin menghela nafas, rasa lelah berhasil buat dirinya melankolis nan dramatis, oh mungkin juga puitis.

"Udah?" Changbin melonjak kaget, sampai-sampai ia sudah memegang tempat bulpennya untuk ia lempar ke sumber suara.

"Lo ngapa sih Uyong! Bikin kaget aja."

"Yah elu, gue ketok-ketok pintu gak disahut. Gue nyelonong masuk manggil nama lu gak dijawab. Ngapa lo?"

"Capek dikit, pengen refreshing." Changbin menghela nafas lagi.

"Bau nafas lo lama-lama nih ruangan." Wooyoung memutar matanya, kesal dengan helaan nafas Changbin yang mungkin ke seribu kali hari ini.

"Ada apa?" Changbin bertanya, akhirnya penasaran kenapa temannya sekaligus sekretarisnya datang.

Wooyoung menyalakan gadget di lengannya, lupa dengan jadwal yang rencananya ingin ia ingatkan pada Changbin.

"Ini jadwal bulanan lo blusukan keliling univ." Wooyoung menjelaskan.

Changbin menarik nafas, siap menghela nafasnya sekali lagi sebelum Wooyoung menutup hidung temannya dengan brutal.

"Berhenti nafas aja sekalian lo!!!"

"Brengsekkkk!"

Keduanya saling menatap dengan sengit sebelum Changbin mengalah dan berdiri.

"Semoga jalan-jalan keliling univ ketemu Lixie." Meninggalkan Wooyoung, Changbin berjalan keluar ruangan.

Sekretarisnya itu mendengus keras, menyusul.

Biasanya secara acak tiap sekali dalam sebulan Changbin dan Wooyoung akan berkeliling area universitas atau sekolah-sekolah yang ada dalam lingkup Yayasannya untuk melihat kondisi. Entah kondisi pengajaran, fasilitas, lingkungan, dan murid serta gurunya.

Bukannya caper keliling-keliling tebar pesona meski Changbin selain tampan dan kaya raya, ia juga terkenal. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan aman, terutama kasus yang pernah dialami adiknya dulu. Changbin tidak ingin ada orang lain merasakan hal yang sama hanya karena mencari ilmu.

Dengan langkah santai, Changbin dan Wooyoung berjalan menaiki tangga menuju lantai tiga, setelah dua lantai dibawah usai ia periksa. Beberapa kali mereka mendapat sapaan dari mahasiswa, atau berhenti sebentar untuk mengobrol dengan dosen. Keakraban yang damai dan suasana santai itu jelas buat Changbin tersenyum lebar.

Fam 3 (spesial)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang