1. Melawan Perampok Dengan Roti

118 10 2
                                    

      "Seorang perampok bersenjata mengancam para pegawai bank. Namun tak terduga, aksinya itu berhasil digagalkan oleh seorang warga sipil pemberani yang berusaha untuk menjatuhkannya. Warga sipil ini menggunakan sebuah roti untuk melawannya. Walau dia bisa saja tertembak, tetapi dia tetap melawan perampok itu tanpa ragu. Dan siapa sangka, ternyata warga sipil ini adalah seorang wanita. Hal itu baru diketahui ketika masker dan topi yang ia kenakan terlepas—akibat perlawanan yang dilakukan si perampok. Wajahnya terlalu cantik untuk bisa mengalahkan seorang perampok bersenjata."

     Seorang lelaki tua berbadan gempal yang sedang menyaksikan berita di televisi itu langsung memperlihatkan raut penuh emosi. Meski wajah wanita yang ada di dalam berita itu tak terlihat jelas, ia tetap merasa yakin 100% bahwa yang sedang dibicarakan di berita itu adalah putrinya.

     Kumis dan sangarnya wajahnya menambah kesan seram, membuat kedua anak laki-lakinya—yang juga sedang duduk bersamanya di sofa—langsung berdiri menjauh darinya.

     "Cepat hubungi Sarah sekarang juga!" perintahnya dengan suara keras. Kedua anak laki-lakinya reflek terlompat kaget dan langsung melarikan diri dari rumah—karena jika tidak segera berlari, mereka bisa saja menjadi target amukan ayah mereka itu.

     Mereka berhenti di tepi jalan, selisih 5 rumah dari rumah mereka.

     "Cepat kau hubungi dia." Perintah Lee Dong Min—anak tertua di keluarga itu. Umurnya mungkin sekitar 41 tahun. Ya, dia sudah tua dan dia seorang duda beranak satu.

     "Kenapa aku? Kenapa tidak kau saja, hyung?" Sahut adik laki-lakinya—yang merupakan anak kedua di keluarga itu. Lee Jae Sun. Ia lebih muda 5 tahun dan dia sudah menikah. Hanya saja selama 5 tahun pernikahannya, Jae Sun belum dikaruniai seorang anak.

     "Yak! Kau ini, suka sekali melawanku." Dong Min adalah seorang detektif. Mungkin karena pekerjaannya itu, sang adik selalu patuh padanya.

     "Aku tidak membawa ponselku. Sedang aku cas di kamar." Jae Sun hanya seorang pengangguran yang hidupnya dinafkahi sang istri. Tetapi sesekali ia membantu di toko roti milik keluarganya. Ya, keluarga mereka mengelola sebuah toko roti.

     "Aish! Kenapa tidak kau bilang dari tadi!" Dong Min sudah mengambil langkah cepat menuju ke suatu tempat. Pakaiannya memang serba hitam dengan jaket kulit khas para detektif, tapi sandal yang ia gunakan berwarna pink dan ada kupingnya pula. Salah pakai sandal sepertinya.

     "Hyung! Kau mau ke mana?"

     "Ya mencarinya! Siapa tahu dia ada di toko atau barang kali sedang bersantai di rumahnya. Entahlah, kita cari tahu saja."

     "Ponselmu kan ada, hyung. Coba hubungi saja."

     "Ponselku ketinggalan di sofa."

     Pada akhirnya kedua kakak-beradik itu pergi bersama-sama mencari Sarah—adik perempuan mereka, yang merupakan anggota termuda di keluarga itu. Tapi ia tak semuda itu. Sarah sudah berumur 29 tahun.

     Mereka berjalan terburu-buru menuruni banyak tanjakan. Tak hanya rumah warga, ada banyak gedung kos-kosan dan gedung apartemen murah di sana. Kebetulan sekali lokasi pemukiman itu berdekatan dengan sekolah, kampus, dan gedung perkantoran. Jadi tak heran jika menemukan banyak kos-kosan di sana.

     Apartemen yang dimaksud pun bukan apartemen mewah yang memiliki konsep smart home. Hanya sekadar ruangan yang memiliki 1 atau 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan dapur yang terhubung dengan ruang keluarga. Karena itu bukanlah pemukiman tempat di mana orang-orang kaya tinggal. Di sana lebih banyak ditinggali mahasiswa dan orang-orang kantoran. Sebagiannya lagi warga lama yang memang sudah tinggal di sana sejak lama.

WHEN WINTER COMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang