Bab 3 | Drunk Kiss

22 1 0
                                    

     Mereka sudah berada di dalam taksi. Sebelum Sarah berulah, Yong Ju buru-buru membawa sahabatnya itu pergi dari sana. Jika tak segera di bawa pergi, bisa-bisa sahabatnya itu akan menciumi setiap orang yang melintas di hadapannya. Ya, benar sekali. Kebiasaan buruk Sarah ketika mabuk adalah menciumi siapa pun yang ia lihat.

   Saat ini saja Sarah sudah memeluk Yong Ju dengan gemas. Mungkin sebentar lagi akan ia cumbu bibir sahabatnya itu. Tapi tentu Yong Ju akan menghindarinya. Ia tidak mungkin membiarkan Sarah mencumbunya di dalam taksi. Setidaknya ia harus menahan serangan itu hingga mereka tiba di rumah Sarah.

     Sebelah tangannya memegang roti dan sebelahnya lagi tengah dipeluk Sarah--yang sejak tadi terus meracau tak jelas. Percayalah, itu bukan pertama kalinya ia menghadapi situasi itu. Yong Ju sudah menghadapinya selama hampir 9 tahun lamanya. Memang tak setiap saat Sarah akan menciuminya, tergantung semabuk apa Sarah pada saat itu. Dan jika dilihat dari betapa mabuknya Sarah malam ini, kemungkinan cumbuannya akan lebih ganas dari malam yang sebelumnya.

      Apa yang membuatnya sangat mabuk seperti ini?

     Perjalanan mereka menuju rumah Sarah memakan waktu yang lama diakibatkan adanya kemacetan panjang yang terjadi di jembatan--tak jauh dari lokasi rumah Sarah. Sepertinya ada kecelakaan.

     Sarah sudah tertidur setelah tadinya tak berhenti meracau yang membuatnya kelelahan hingga tertidur seperti itu. Caranya tidur pun sangat merepotkan. Ia bersandar pada bahu Yong Ju sambil memeluk lengan lelaki itu--membuat Yong Ju seakan tengah memikul beban yang amat berat di sebelah tangannya.

      Sikapmu selalu berubah 180 derajat ketika sedang mabuk. Aku bersyukur kau jarang seperti ini. Jika sering, mungkin aku akan semakin merasa kebingungan dengan sikapmu ini. Aish... Tanganku jadi mati rasa.

     Setelah terjebak kemacetan yang sangat lama, akhirnya mereka tiba di depan toko roti milik keluarga Sarah. Malam sudah sangat larut, tentu toko roti itu sudah tutup. Seharian ini Sunny pasti sudah kesulitan menjaga toko seorang diri--padahal biasanya selalu ada Sarah dan Yong Ju yang menemani.

     "Yak, sadarlah!" Ia tepuk pipi Sarah berkali-kali berharap wanita itu bangun dari tidurnya. Tapi yang terlihat Sarah hanya meracau dengan mata tertutup. "Di mana dompetmu? Kau harus membayar tagihan taksinya." Tanya Yong Ju sambil meraba kantong jaket Sarah--tapi dalam hitungan detik tangannya sudah dipelintir wanita itu. Kuat sekali. Membuatnya berteriak kesakitan. "Yak! Sakit!"

     "Tidak ada yang boleh menyentuh tubuhku!" Bentak Sarah masih dengan mata tertutup.

     "Memangnya siapa yang mau menyentuhmu?! Aku hanya mau mengambil dompetmu!" Balasnya langsung berteriak di samping telinga Sarah. Kini tangannya sudah dilepaskan. Sebelum sahabatnya itu kembali beraksi, Yong Ju buru-buru merampas dompet Sarah.

     Setelah membayar tagihan taksi, Yong Ju mulai menggendong Sarah di punggungnya. Tubuh Sarah terasa berat, dan itu masih diperparah dengan kenyataan bahwa ia harus membawa roti dan ponsel milik sahabatnya itu. Mereka menaiki tangga menuju lantai dua tempat tinggal Sarah, yang berada di atas toko roti. Meski Yong Ju sudah sering melakukan ini, tetap saja ia selalu kesulitan karena tidak memiliki cukup kekuatan fisik.

     Yong Ju sendiri bukan orang yang atletis. Berbeda dengan Sarah yang rajin berlatih bela diri sejak kecil, bahkan nyaris menjadi seorang polwan sebelum terlibat masalah yang membuatnya mendekam di penjara selama enam bulan. Saat itu ia memilih hidup sederhana, dan kini malah mengelola toko roti bersama keluarga. Ketika mereka akhirnya tiba di pintu apartemen Sarah, Yong Ju menekan kode kunci pintu elektronik dan mendorong pintu itu terbuka.

     Tanpa sempat menyalakan lampu, ia membaringkan Sarah di kasur. Ia melepaskan napas lega, merasakan beban di punggungnya lenyap. "Kalau tau akan serepot ini, seharusnya kau tidak minum sebanyak ini. Mau sampai kapan kau menyusahkanku seperti ini? Setiap kali sedang mabuk berat pasti selalu aku yang membawamu pulang."

WHEN WINTER COMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang