tok... tok... tok...
"Anya?" Panggil seseorang "gue masuk ya?"
Beruntung, pintunya tak dikunci, jadi ia bisa menyelusup masuk tanpa harus menunggu orang yang punya kamar membukakannya.
Tepat saat Jian membuka pintu ia melihat pemandangan yang tidak menyenangkan yang membuatnya langsung berteriak.
"Anya lo ngapain?!" Teriak Jian, tangannya tengah berusaha menarik kembali adiknya yang sempat ingin melompat dari jendela seperti apa yang ia lihat saat ini
"Gila lo ya? Masih muda udah mau bunuh diri aja."
"Ih kakak mah, ngapain pake dihalangi segala sih? An─
stres lo lama lama, ya kali gue ngebiarin lo mau bunuh diri gini."
'bang Jian kebanyakan nonton sinetron nih' batin Jevanya
"Bunuh diri mulu yang lo omong kak, siapa juga lagian yang mau bunuh diri. Inget ya kak, pemikiran gue gak sependek yang lo kira."
"Terus kalau lo gak mau bunuh diri, lo mau ngapain?" Tanyanya
"Astaghfirullah, bunuh diri lagi," kata Jevanya, lelah dengan abangnya yang satu ini
"Coba liat dibawah sana, apa itu masih bisa disebut dengan bunuh diri?" Tunjuk Jevanya
"Keychain anya jatuh, jadi tadi tuh mau ngambil bukan bunuh diri," jelas Jevanya "dah sekarang jangan ganggu anya, anya mau berusaha buat ambil lagi tuh barang."
Namun sebelum Jevanya ingin beranjak, Jian sudah lebih dulu muncul didepannya yang nyaris ngebuat Jevanya mau jatuh tapi gak jadi.
"Gak usah diambil," ucapnya tiba tiba "daripada nyawa lo yang jadi taruhannya, mendingan gue beliin aja yang baru."
"Yang bener bang?" Tanyanya, antusias
"Gak, gak bener," kata Jian, kaki jenjangnya langsung melangkah kearah pintu keluar
"Thank's bang!" Karena Jevanya beneran seneng gak ketulungan, akhirnya dia peluk tuh kakaknya bahkan sampai Jian menjerit pula
"Lepasin gak! Lo sebenarnya meluk atau mau bunuh gue sih?!"
.
.
.
Sekarang udah masuk ke jam makan malam, tapi gak ada niatan Jevanya sama sekali buat keluar kamar.
Bukan karna ia punya dendam sama Aldi, akan tetapi ia terlalu mager untuk berjalan.
Dia lebih milih guling guling di kasur daripada ia harus keluar kamar menuju meja makan yang menurutnya jaraknya itu amat sangat jauh.
Padahal hanya butuh lima belas langkah untuk sampai kemeja makan, tapi justru hal itulah yang menjadi hal jalan terjauh baginya.
"Laper banget sumpah, mana gabut lagi," Jevanya baru menyadari jika sedari tadi ia terus berdiam diri dikamar tanpa memasukan makanan apapun kedalam mulutnya
Kemudian ia mulai turun dari ranjang kasur miliknya dan memeriksa isi kulkas yang berada di kamarnya dan ternyata isinya kosong.
Dengan terpaksa ia harus pergi ke indo april bual beli ramyeon instan, karena saat ini dia cuma pengen makan itu.
Selama diperjalanan, Jevanya bener bener kayak anak ilang. Kalau biasanya ia kemana mana ia selalu pakai headset, sekarang mah cuma bisa celingukan gak karuan.
Sesampainya di indo april ia langsung mengambil ramyeon favoritnya dan minuman kaleng di lemari pendingin dan tak butuh lama ia sudah bisa keluar dari sana.
"Jev!"
"Abang?" Gumam Jevanya pelan "ngapain disini?"
"Bang Aldi nyuruh gue buat ngikutin lo, makanya gue disini," jelas Chasya "sekarang ayo balik!"
"Kagak lah bang, anya mau pulang sendiri," tolak Jevanya mentah mentah
"Kalau gue ngikut lo pasti bang Aldi liat terus marahin gue kayak tadi."
"Lo duluan aja," suruh Jevanya
"Lo ngusir gue nih ceritanya?" Tanya Chasya
"Emangnya lo gak takut ya jalan sendirian, mana banyak pohon gede kayak gini, emangnya lo mau ya ketemu sama mba kun kun?"
"Ih abang kok malah di spill sih namanya, nanti ka─
'hihihi...'
"Yah kakak itu suara apaan?" Namun yang ditanya malah udah pergi duluan meninggalkan Jevanya sendirian di sana
'hihihi... hihihi...'
"TOLONG JANGAN MAKAN GUE, GUE GAK ENAK, PAIT LAGI! KABUR!!!!"
.
.
.
"Gila, lo beneran dikejar sama mba kun kun?" Kaget Nara
"Ya gak dikejar juga, tapi suaranya itu bikin gue merinding."
"Gue juga nyesel banget karna gak cepat cepat ikut bang Chasya, kan jadinya gue ditinggal," sambung Jevanya
"Lagian lo nya juga ngapain pake sok jual mahal segala? Kan jadinya kena tinggal," kata Anggi
"Tapi btw, hp lo mana?"
"Disita bang Aldi."
"Hampir anak anak pada nyariin lo dan kita berdua bingung lah mau jawab apa," ucap Nara berapi api
"Kalau bukan kak Jayden yang nyariin gak usah diomong."
Bugh
"Nara bangsat, sakit ege!"
"Suruh siapa lo ngomong kayak gitu? Lagipula ngapain sih masih ngejar ngejar tuh anak. Orang dianya aja gak suka sama lo."
Omongan Nara kali ini ada benarnya juga, Jayden gak suka sama Jevanya, masih aja dikejar kejar.
Tetapi mau seberat dan sesulit apapun caranya buat dapetin Jayden, dia bakalan terus berpegang teguh pada keyakinannya. Yaitu bisa mendapatkan hatinya Jayden Zyandra.
"Lo diem aja deh ra, gue yakin pasti suatu saat nanti dia bakalan suka sama gue."
"Kalau mimpi itu jangan ketinggian, kayak lo bisa nge gapainya aja," kata Anggi
"Lo kan pendek, jadi mana bisa nge gapai."
Pletak
"Anya, sini gak lo!"
tbc.
don't skip vote and comment after reading this stories, thank you!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝒊𝒗. brother : nct dream
Kurzgeschichten"Inget ya jev, lo itu nggak boleh pacaran! Dosa tau gak?!" ー hiatus & random typing ! ー start : 26 april 2023 end : ft. hyunsuk, yoshi, junkyu, jaehyuk of treasure