four

11 4 0
                                    

Menurut Jevanya sarapan kali ini menjadi sarapan yang berbeda dari biasanya, tiada ucapan demi ucapan apapun yang dilontarkan ketujuhnya termasuk Jevanya.

Bahkan Haidar yang selalu meramaikan suasana, jadi terdiam dan milih fokus menyantap makanannya.

"Bang."

"Anya mau minta maaf."

"Lo kesambet aー



jangan perduliin Haidar," kata Leo, tangannya dia pake buat bekap mulut Haidar "lanjut."

Melihat sikap abangnya yang seperti itu membuat Jevanya tersenyum sebagai ucapan terimakasih "anya mau minta maaf," ulangnya

"Karna nilai anya yang anjlok kemarin. Anya janji, anya bakalan berusaha biar anya dapet nilai sempurna."

"Jevanya?" Ucap mereka bersamaan, terkecuali Aldi yang masih enggan menatap Jevanya

"Ini beneran kan Jevanya yang gue kenal?" Tanya Jian, namun Jevanya sama sekali enggan untuk membalasnya

"Gak biasanya lo bersikap sedramatis ini."

"Bila perlu anya bakalan ikut kelas tambahan atau yang lainnya supaya anya bisa dapet nilai bagus," lanjut Jevanya berapi api

Kakak kakaknya langsung pada bengong setelah denger Jevanya berbicara. Mereka wajib heran sih, karna sepanjang mereka hidup sama Jevanya gak pernah tuh mereka denger Jevanya ngomong kayak gini.

'Pasti ada maunya nih!' Pikir mereka

"Sekali lagi Jevanya minta maaf ya bang?"

Lalu ketujuh kakaknya langsung menatap lekat Jevanya terutama Aldi. Ia seperti tengah mempertimbangkan sesuatu, amat jelas terlihat dari sorot matanya.

Sebenarnya bukan tanpa alasan Jevanya berbicara seperti itu, agar ponsel nya cepat dikembalikan tanpa ada keributan yang terjadi diantara Aldi dan Jevanya.

Ia berharap semoga saja dengan rencananya, semuanya akan berjalan sesuai dengan apa yang ia harapkan.

"Lo belajar yang rajin aja itu udah cukup, lo gak perlu ikut kelas tambahan atau yang lain," kata Aldi acuh, lalu menaruh gelas bekas ia minum dengan kasar

Aldi pun bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan, sebelumnya Aldi sudah mengisyaratkan Jevanya untuk mengikutinya.

Karna Jevanya punya firasat baik untuk ini, ia langsung berdiri dan mengekori Aldi.

.

.

.

"Ngapain kak kita ke kamar lo?"

Aldi gak jawab, ia malah beranjak dan ngambil sesuatu dari laci di kamarnya.

"Emangnya lo mau ya barang berharga lo satu ini gue sita selamanya?" Ketus Aldi dengan ponsel Jevanya yang berada di genggamannya

"Ya jelas mau lah!" Sahutnya bersemangat

"Eits gak semudah yang lo kira ya buat dapetin ini," Aldi kembali menarik ponselnya saat Jevanya mencoba meraihnya

"Janji dulu sama gue, mulai sekarang dan seterusnya lo harus rajin belajar!"

"Iya bang gue janji sama lo, gue bakal rajin belajar," kata Jevanya tak sabaran "mana sini handphone gue kak!"

Tepat pada saat barang tersebut tiba di pemilik yang seharusnya, ia langsung senang bukan kepalang! Bahkan saking senengnya, Aldi aja sampe dipeluk erat sangat erat sama Jevanya.

Jevanya gak tau aja kalau Aldi itu udah senyum senyum sendiri karna liat tingkah adiknya itu.

"Kalau kayak gini kan gue jadi makin sayang sama lo dek, maafin gue yah?"

.

.

.

Hal yang pertama kali ia lakukan saat ia kembali ke kamarnya adalah membanting diri di kasur, tak lupa tangannya sibuk mengecek pesan pesan yang ditampilkan dari apk ijo tersebut.

Ternyata bener kata Nara sama Anggi, banyak banget yang cariin dia. Entah itu dari room chat pribadi atau grup, pokoknya banyak banget deh!

Tapi pas Jevanya diving chat kebawah, ia nemuin satu chat dari nomor yang gak dia save dikontak nya. Karna penasaran akhirnya nomor itu yang pertama ia buka chat nya.

+62 8xxx

Ini gue Jayden, lo keluar dari kelas musik? Msk lgi gk!

tbc.
‎ ‎

don't skip vote and comment after reading this stories, thank you!

‎ ‎‎𝒊𝒗. ‎ brother  :  nct dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang