8. Malam di Pantai

1 0 0
                                    

Ada dua hal yang paling tidak Keonhee sukai di dunia ini. Mentimun, serta suasana yang canggung. Lelaki itu selalu tidak menyukai suasana canggung. Semuanya juga tahu itu, sehingga orang-orang di sekitarnya sebisa mungkin menjaga suasana tetap baik. Mungkin ini juga salahnya, karena secara egois malah meminta Seungah untuk berjalan hanya berdua dengannya.

Gadis itu terlihat canggung. Tapi di sisi lain, juga terlihat senang. Pandangannya terlihat fokus memandang setangkai bunga bakung di tangannya sementara senyum terlihat mengembang di wajahnya. Baiklah, mungkin ini tidak akan terlalu canggung.

"Kau paling suka bunga apa, Seungah?" tanya Keonhee membuka percakapan.

Namun hanya deburan ombak yang menjawab pertanyaan Keonhee. Lelaki itu otomatis menoleh ke belakang dan ternyata gadis yang ditanyainya sedang berlutut di pasir pantai sambil menyentuh sebuah bintang laut dengan takut-takut.

Lagi-lagi Keonhee tersenyum geli melihat perilaku Seungah. Gadis itu penuh dengan kejutan. Terkadang terlihat seperti seseorang yang sangat rasional saat bekerja, seseorang yang tenang dan begitu profesional. Namun ketika sedang tidak bekerja, ternyata Seungah memiliki banyak sisi anak-anak.

Kalau menurut Keonhee, Seungah itu memiliki jiwa yang bebas, tapi tahu cara menempatkan diri. Terlihat penuh kekhawatiran, namun terkadang bisa mengambil risiko. Padahal baru sembilan hari ia mengenal gadis itu, namun Keonhee bisa membacanya seperti sebuah buku yang terbuka.

"Kau sepertinya punya kebiasaan suka berhenti tanpa bilang apa-apa ya. Jika kau ikut karyawisata, bukannya kau akan sering tertinggal di belakang?"

Seungah mengalihkan tatapannya untuk melihat Keonhee lalu cepat-cepat menunduk. "Maaf, tanpa sadar aku gampang terinterupsi di sini. Tempat ini benar-benar bagus, dan mungkin ini akan menjadi pertama sekaligus terakhir kali aku berada di sini. Aku ingin menikmati suasananya sebaik mungkin."

"Pergi ke tempat ini memang sulit. Sangat jauh, dan tidak banyak penginapan tersedia di sini. Aku juga tidak tahu kapan akan kembali ke sini. Jadi, sepertinya aku membuat keputusan yang tepat dengan menikmati suasana hari ini bersamamu. Kau membuatku menjadi lebih rileks, Seungah."

Gadis itu terlihat mengambil sesuatu yang terletak di sebelah bintang laut, lalu mengulurkannya kepada Keonhee dengan posisinya yang masih berlutut di pasir pantai. Bukankah ini terlihat seperti Seungah sedang melamar Keonhee, terutama dengan matahari senja yang memiliki kesan romantis ini yang menemani?

"Cangkang kerang ini terlihat bagus. Maaf, aku hanya bisa memberikan ini sebagai balasan atas bunga yang Anda berikan."

Keonhee kembali tersenyum. Ia bisa mendapatkan hampir segala hal di dunia ini. Namun Keonhee tidak tahu apakah ia bisa mendapatkan ketulusan seperti ini. Cangkang kerang kosong itu terlihat seperti bagaimana yang ada di pantai. Tapi, ketulusan di kedua mata Seungah membuat cangkang kerang ini terasa begitu berharga bagi Keonhee.

"Padahal kau tidak perlu membalasnya. Tapi, terima kasih. Akan aku simpan baik-baik di kamarku nanti di Seoul sambil mengingat bahwa ini adalah hadiah balasan dari Seungah."

Keonhee menerima cangkang kerang tersebut lalu meraih tangan Seungah dan menariknya untuk berdiri. Hal itu membuat Seungah kehilangan keseimbangan karena tiba-tiba ditarik. Namun, Keonhee dengan sigap langsung memeluk Seungah.

"Maaf aku tiba-tiba menarikmu. Aku hanya berpikir, sepertinya aku harus memegangmu supaya kau tidak tertinggal lagi di tengah jalan, di luar pengawasanku. Aku khawatir jika sampai ada hal buruk yang terjadi ketika kau terlepas dari pandanganku," bisik Keonhee pelan, tanpa menjauhkan dirinya dari Seungah.

Gadis itu nyaris terlalu nyaman berada di posisi ini. Namun ia segera tersadar dan mendorong Keonhee pelan, sukses melepaskan pelukannya. Kini Seungah benar-benar tidak tahu bagaimana ekspresinya saat ini. Perasaannya semakin campur aduk.

UNIVERSE (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang