prolog

53 20 13
                                    

Bismillah..

Happy reading...
****

Sinar mentari menyorot menembus jendela yang tertutup gorden tipis. Membuat wanita dengan pajamas merah yang sedang tertidur perlahan membuka matanya menyesuaikan cahaya penglihatannya.

Wanita dengan satu anak itu mengumpulkan kesadarannya lalu melihat ke sisi kanannya, terlihat putri kecilnya yang masih tertidur pulas dengan boneka kelinci di pelukannya. Rana melihat ke sisi kiri yang berisi suaminya yang masih tertidur dengan membelakanginya.

Rana mengikat rambutnya lalu menyelimuti tubuh sang putri, Rana segera beranjak dari tempat tidur lalu berjalan ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelahnya ia akan mengerjakan pekerjaan rumahnya sebelum putrinya terbangun. Saat keluar kamar mandi, Haya, putrinya sudah membuka mata dengan polosnya.

"Halo, Haya." Rana menyapa balita yang sedang duduk mengumpulkan kesadarannya. Tangannya terulur menggendong tubuh gembul anaknya.

Haya tersenyum manis melihatkan gigi kelincinya. "Haya, tunggu disini ya, amma mau ambil cemilan kamu." Rana menyimpan Haya di tempat duduk khusus balita.

Pandangan balita itu terfokus menonton televisi yang sengaja Rana nyalakan agar bisa mengerjakan pekerjaan rumah dengan aman tanpa Haya mengikutinya. Rana memberikan cemilan untuk menemani Haya menonton siarannya.

Rana memulai kegiatannya, dari mulai menyapu, mengepel, membereskan mainan, dan lainnya. Belum beres Rana mencuci piring suara tangis Haya terdengar nyaring di telinga Rana. "Haya, amma disini. Sebentar, ya." Rana mencuci tangannya lalu meninggalkan cucian piring yang belum selesai.

"Uuu... Anak cantik kenapa? Sepi, ya? Kita bangunin appa, ya." Rana membawa Haya kedalam gendongannya lalu berjalan kearah kamarnya untuk membangunkan suaminya.

Rana menyimpan Haya tepat disebelah suaminya, membiarkan putrinya membangunkan suaminya yang tertidur damai.

"Appa.." tangan kecil Haya menepuk wajah sang ayah dengan pelan. Aarav terusik dan mencoba untuk membuka matanya menyesuaikan cahaya yang masuk. "Appa.." Haya kembali memanggil Aarav.

"Mas, bangun, kamu jaga dulu Haya, aku mau beres-beres," ucap Rana seraya menarik kasar selimut yang menutupi setengah tubuh suaminya. Dengan sedikit terpaksa Aarav mengubah posisinya menjadi duduk dan memangku Haya.

Melihat itu Rana kembali keluar dari kamarnya untuk membereskan pekerjaan rumah yang tadi sempat di tunda.

Satu jam Rana habiskan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Namun Rana kembali ke area dapur untuk membuat sarapan pagi keluarga kecilnya. Sedari tadi suara gelak tawa Haya terdengar jelas di indra pendengaran Rana, membuat dirinya tenang.

Seberesnya dengan membuat sarapan Rana segera kembali kedalam kamar untuk mengambil Haya dan menyuruh Aarav untuk bersiap-siap.
"Haya, mau sarapan yang mana?" tanya Rana seraya meletakkan Haya di kursinya.

Haya menunjuk sarapan kesukaannya. Dengan tangan kecilnya Haya memakan sarapan itu dengan lahap. "Pintar sekali anak amma ini," ucap Rana seraya mengecup kening putrinya.

***

Sore hari tiba, Rana baru saja menidurkan Haya karena sedari tadi siang tiba-tiba Haya rewel tak mau di tinggal. Bahkan dirinya belum makan siang karena mengurus Haya.

Rana menyiapkan makanan untuk dirinya dan mulai menyantap makan siang yang terlewat. Pandangan Rana tak luput dari Haya yang sedang tertidur.

Tinggal beberapa suap lagi Rana menyelesaikan makannya, tiba-tiba Haya beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan kearah Rana dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Dengan cepat Rana menggendong Haya untuk menenangkannya, ternyata Haya demam, suhu badannya meningkat.

"Sebentar ya, amma hubungi appa untuk pulang." Rana menggendong Haya lalu berjalan mengambil ponselnya di meja kamarnya.

Rana membuka ponselnya lalu mencari nomor suaminya, dering tapi tak diangkat. Rana mencoba beberapa kali menghubungi tapi tetap tidak ada jawaban. Tanpa menunggu panggilan dari suaminya Rana segera bersiap dan membawa Haya ke klinik terdekat.

Saat sampai di klinik Haya langsung ditangani oleh dokter anak. Disitulah Rana merasa bersalah pada putrinya. "Maafkan, amma, Haya. Amma belum bisa jaga Haya dengan baik." Rana mencium tangan sang putri yang sedang tertidur di kasur pasien.

Pukul sembilan malam, Rana baru sempat keluar dari ruangan Haya. Rana pergi menuju kantin rumah sakit untuk membeli makanan pengganjal perut.

Sebelum memasuki area kantin Rana lebih dulu melipir ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Saat melihat dirinya di pantulan cermin, rasanya ingin menangis menumpahkan rasa sesak dalam hatinya.

Tangannya mengepal dan hatinya berteriak. 'boleh saya beristirahat sebentar? kembali ke masa sebelum mengenalnya.'

****

Tertulis Indah (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang