...Brietta terbangun ketika mobil sampai di depan halaman satu rumah besar. Rumah bernuansa putih gading berpilar tinggi menyambut Brietta dan menyibakkan kekaguman dalam hatinya. Lampu kristal yang terang menggantung tinggi di atas langit langit teras pintu utama. Lantai marmer bercorak mewah melengkapi keindahan rumah itu.
Mereka turun dari mobil yang dibukakan oleh laki laki paruh baya yang tadi menyetir. Dari balik pintu yang baru dibuka, muncul seorang wanita paruh baya yang rambut hitamnya sudah tidak banyak lagi, dia berpakaian rapi. Dengan lembut wanita itu menyambut Blade dengan senyum hangat, menanyakan kabar dan bagaimana hari ini berlalu.
Blade hanya membalas dengan senyuman hangat. Wanita itu terlihat kaget melihat Brietta yang muncul di belakang tuan nya itu. Gesturnya seakan menanyakan siapakah wanita muda yang cantik ini.
"Ini Madam Rose. Dia yang mengurus rumah ini." Sebelum Rose menanyakan siapa Brietta, Blade mengenalkannya kepada Brietta.
"...Rose, ini Brietta." Lanjutnya tanpa menjelaskan siapa Brietta ini dan kenapa dia disini.
"Baik, tuan. Halo, Brietta. Saya Madam Rose, kamu panggil saja aku Rose. Ayo, masuk" Rose mulai berbicara, sambil mempersilakan mereka masuk.
Mereka disambut oleh pemandangan rumah khas amerika klasik. Bernuansa putih dilengkapi dengan aksen lampu kristal ditengah langit langit ruang tamu. Sofa beludru otentik berwarna krem melengkapi keindahannya.
"Rose, bawa dia ke kamarnya."
"Baik, tuan"
Sebelum Rose bisa mengajak Brietta ke kamar, Brietta merasa tidak bisa menerima diperlakukan seperti ini. Tanpa penjelasan, tanpa bicara apa apa.
"Ini dimana? ngapain disini? Kamu ngurung saya disini?" Tanya Brietta bertubi-tubi, membuat Blade pusing.
"Ini salah satu rumah saya. Disini tempatmu." Jelas Blade singkat
"Hah? Saya harus ambil barang barang saya." Ujar Brietta
"Sayang sekali. Saya tidak bilang kamu bisa keluar dari sini." Blade berbalik badan hendak pergi dari rumah itu.
Lah maksudnya gimana? Gue jadi tahanan gitu maksudnya?
"Hey kamu lupa saya dokter? Saya besok harus kerja! Saya gak bisa ninggalin kerjaan dan urusan saya! Saya ada operasi yang harus dilakukan." Teriak Brietta sambil mengejar Blade ke arah pintu.
"Sudah saya urus. Kamu diam aja disini." Blade masuk ke dalam mobil yang masih berada didepan teras rumah besar itu.
Belum sempat Brietta meraihnya, mobil panjang yang tadi dia naiki itu sudah beranjak pergi dari tempatnya, meninggalkan Brietta sendiri yang bertanya tanya. Rose melihat semuanya. Rose sepertinya mengerti situasinya.
"Nona Brietta, ayo masuk. Malam ini sangat dingin, hujan belum kunjung reda. Aku akan menyiapkan teh panas untuk nona." Rose menghampiri Brietta yang masih mematung di teras. Usapan lembut sampai di lengan Brietta, menenangkan Brietta yang tengah sesat dalam emosinya.
"Panggil aku Brietta aja, madam." Brietta merasa tidak perlu untuk meluapkan emosi kepada wanita paruh baya yang masih terlihat sisa sisa kecantikan dari masa mudanya ini.
"Kalau begitu, kau juga panggil aku Rose saja, hahaha." Rose menjawab Brietta diikuti ketawa kecil pada akhir kalimatnya. Brietta hanya membalasnya dengan senyuman.
Satu orang pelayan membawakan satu gelas berisi teh panas beserta kue kue kecil di atas nampan emas bercorak bunga. Rose yang memintanya. Brietta duduk di sofa empuk yang tadi dilihatnya itu, dan mulai menenangkan diri. Dia mulai menyisip teh tadi sebagai gestur menghargai Rose.
![](https://img.wattpad.com/cover/360159095-288-k25474.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Blade's Slave | 21+ ADULT STORY⛔
RomantikBrietta terjebak dalam situasi yang sulit. Pacarnya, Sean, terpergok melakukan kecurangan di salah satu kasino terbesar di dunia. Dia punya dua pilihan. Membantu Sean untuk bayar denda miliaran rupiah, atau menjadi jaminan dan di tahan oleh Mr. Blad...