...
"thankyou for saving my life. sebagai gantinya, saya akan menolong kamu saat kamu butuh pertolongan. unconditional. call me if you need anything.
08XXXXXXXXXX
Michael Blade"...
What??
Brietta sangat bingung dengan apa yang ditemuinya pagi itu. Sangat banyak pertanyaan yang bergantian muncul di layar kepalanya.
Dia ini siapa? dia kemana? apa lukanya udah gapapa? kapan dia perginya? wait.. Michael Blade? siapa orang ini?!
Tak lama setelah dia memenuhi pikirannya dengan pertanyaan, dia memilih untuk tidak menghiraukan apa yang terjadi tadi malam. anggap saja tidak terjadi apa apa. Dia hendak membuang kertas tersebut, tetapi entah mengapa niatnya terurungkan. Dia melihat lagi nomor telepon yang tertera disana. dia mengambil ponselnya dan akhidnya menyimpan nomor itu.
yah, gak ada salahnya juga. siapa tau bisa diandalkan
........Satu Tahun Kemudian........
Brietta turun dari mobilnya membawa dua kopi dingin dari cafe kesukaannya. Dia memasuki rumah sakit menggunakan baju formal yang sangat memanjakan mata siapapun yang melihat ke arahnya. celetukan sepatu tingginya selau menemani dia kemanapun dia pergi.
Pagi ini ternyata Vera datang terlambat, batang hidungnya belum terlihat. Dia meninggalkan salah satu kopi di meja ruangan temannya itu, lalu dia lanjut berjalan ke arah ruangannya. Dia membuka ponselnya, hendak mengabari kalau dia sudah membawakan titipan temannya itu. Brietta hari ini tidak ada operasi, hanya melakukan observasi dan melayani pasien rawat jalan.
Vera akhirnya muncul juga dari ketiadaannya tadi. Vera menghampiri Brietta ke ruangannya, hendak berterima kasih kepada temannya itu.
"Thanks for the coffee ya biyaa, i owe u one!" Ucap vera setelah menyeruput kopinya.
"No big deal. How's your mom? baru pulang dari Jerman, kata lo?" Tanya Brietta mengingat obrolan mereka di telepon tadi malam.
"She's okay. a bit jet lag katanya. but she's totally fine. ya gimana gak fine, pulang pulang bawa dua koper isinya barang incaran dia semua" Vera tertawa kecil sambil menggulingkan bola matanya, berbicara tentang mamanya.
"Speaking of the devil, my eyes immediately fell on THAT beautiful baby when i entered. Birkin, is it not?" Vera berbicara tentang tas berwarna biru terang yang berada di atas meja Brietta.
"Birkin it is! Sean yang beliin. Gue juga kaget tiba tiba dia beliin ini."
"WHAT? SEAN? yakin? dia gak ngerampok kan? setau gue pacar lo kere." Vera tetap lanjut menyisip kopi ditangannya. kali ini dia sudah duduk di sofa.
"I don't really know. maybe he managed to get the money? i don't really care. it's the thought that counts"
...
Jam pulang sudah terlihat di layar ponselnya. Selagi membuka jubah putih yang dikenakannya seharian, ada panggilan masuk dari ponselnya.
Sean❤️ is calling...
"Halo, sayang" Suara Sean terdengar panik dari seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Blade's Slave | 21+ ADULT STORY⛔
Roman d'amourBrietta terjebak dalam situasi yang sulit. Pacarnya, Sean, terpergok melakukan kecurangan di salah satu kasino terbesar di dunia. Dia punya dua pilihan. Membantu Sean untuk bayar denda miliaran rupiah, atau menjadi jaminan dan di tahan oleh Mr. Blad...