...
"Hello, doc" kalimat pertama yang keluar dari mulut pria bertuxedo abu abu terang itu, menyapa Brietta, dokter yang menyelamatkan hidupnya tahun lalu.
Sean, Dom, dan dua rekannya sangat kaget dan tidak mengira kejadian singkat tadi. Sean menatap kaget ke Brietta, selagi Brietta masih menatap heran ke mata Blade, mencoba untuk memproses apa yang terjadi.
"H.. Hello, michael blade" ujar Brietta terbata bata.
Sean melotot melihat dua orang itu saling mengenal. Tidak mungkin. Berarti memang benar tadi Brietta menelepon Mr. Blade.
"Ca.. Can you help us? Kamu bilang dulu kamu akan bantu saya unconditionally. Apakah saya kelewatan?" Brietta bertanya dengan berharap harap ini masih bisa diterima sebagai permintaan pertolongan.
Melihat Brietta seperti itu, Blade tidak kunjung memalingkan wajahnya dari Brietta. Dia tidak merespon apa apa. Brietta bingung dan dia takut semua sia sia.
Blade langsung berbalik badan dan berbisik dengan Dom. Dia menanyakan apa yang terjadi disini dan Dom dengan hormat turut memberikan penjelasan. Dom tidak kalah heran, bagaimana perempuan ini bisa berurusan dengan bos besarnya.
"Alright, i see. yes, saya memang bilang begitu. Saat itu saya bilang kalau Kamu yang butuh pertolongan saya. Tapi, sepertinya situasi ini adalah lelaki kepala tupai itulah yang membutuhkan pertolongan. Sorry, unfortunately, my offer tidak berlaku." Jelas Blade dengan suara berat yang sangat menyejukkan telinga yang mendengarnya.
Brietta merasa tidak terima dengan penjelasan Blade tadi. Bagaimana bisa begitu? Dia pikir. Tapi dia tidak mau menyerah, demi pacarnya yang bodoh ini dia akan membantu sebisanya.
"Apakah kamu bisa setidaknya meringankannya? Aku akan bayar sebisaku, tapi aku tidak bisa bayar semua sekaligus. Aku akan mencari pinjaman untuk membayarnya." Brietta masih ingin bernegoisasi dengan laki laki tampan itu.
"Nope, I don't think so. Laki laki tupai ini yang harus bayar. Lagipula kenapa kamu yang repot mau menyelesaikan ini. Laki laki brengsek ini yang berurusan dengan saya." Blade mengatakannya sambil berbalik badan dan perlahan mulai berjalan menuju pintu keluar, membelakangi mereka semua yang ada di ruangan itu.
"Saya akan melakukan apapun!" Teriak Brietta secara tiba tiba, yang berhasil menghambat langkah Blade. Blade berhenti seketika tanpa berbalik. Dia seperti berpikir.
Brietta bingung, dia takut apa yang keluar dari mulutnya barusan akan melahirkan masalah besar. Sean menatap pacarnya itu yang mulai berkeringat.
"Anything, you said?" Blade perlahan berbalik menghadap Brietta. Sekilas terlihat senyum tipis yang tercetak di bibirnya yang menggiurkan itu. Dia menaikkan satu alisnya, menyisakan tatapan nakal yang seakan bisa melakukan apapun yang dia mau kepada Brietta kapan saja.
"Y..yes.. anything. Asal Sean bisa terlepas dari semua ini." Jelas Brietta.
Senyum yang tadinya terlihat sekilas, lama lama semakin terlihat jelas di wajah Blade. Apakah ini pertanda baik? Atau justru ini akan memperparah keadaan?
Sean meraih tangan Brietta dan mulai berbisik. "Babe! Kamu gatau kita lagi berurusan sama siapa."
Mendengar itu Brietta menangkis genggaman Sean dan langsung melotot kearah Sean "Sebelum bilang begitu harusnya kamu pikir apa yang udah kamu lakuin sekarang!" Brietta menjawab Sean dengan ikut berbisik, selagi Blade masih menaruh pandangan ke mereka berdua. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dia lihat. Pasangan menyedihkan, Batinnya.
Blade masih diam berdiri menyaksikan pasangan itu berdiskusi. Bibir Blade tiba tiba terlihat naik dengan perlahan, diikuti dengan satu alisnya ikut pula. Dia seperti berpikir memegang dagunya yang baru di cukur itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Blade's Slave | 21+ ADULT STORY⛔
RomanceBrietta terjebak dalam situasi yang sulit. Pacarnya, Sean, terpergok melakukan kecurangan di salah satu kasino terbesar di dunia. Dia punya dua pilihan. Membantu Sean untuk bayar denda miliaran rupiah, atau menjadi jaminan dan di tahan oleh Mr. Blad...