YANG BERUMUR DI BAWAH 18 TAHUN STOP DISINI‼️
...
Gila ya gue?? Bego banget!! Bisa bisanya gue ga sadar kancingnya belum gue tutup??!! Apa dia liat? Aarghhhh malu bangett!!!
Brietta masih berada di belakang pintu kamarnya. Rasanya kepalanya mau meledak karena malu. Dia tidak ada lagi rasa berani untuk menunjukkan batang hidungnya didepan Blade.
Brietta menuju kasurnya. Dia tersadar juga oleh sesuatu.
Kenapa dia ada di sini? Pikirnya.
Bukannya dia bilang ini tempat gue? Ini kan salah satu rumahnya. Kalau dia bilang begitu berarti dia ada tempatnya sendiri kan?
Tak lama, Brietta mendengar suara keras dari kolam renang. Dia mendegar suara air yang sepertinya telah dimasuki oleh suatu benda besar.
Dia berenang? Tengah malam buta begini?!
Brietta merasa dia perlu mengecek nya, tidak tau kenapa. Dia penasaran dan sedikit berharap untuk bertemu laki laki itu lagi. Jujur saja, tadi Blade terlihat sangat seksi. Dia mau memandangnya lagi.
Tiba di area kolam renang, Brietta mendapati laki laki tidak berbaju, hanya bercelana pendek hitam, menampakkan badan berbentuk indah yang gagah. Punggung nya yang lebar memperlihatkan otot otot miliknya yang dia dapatkan dari berbagai rutinitas olahraganya. Cahaya di dalam air memantul di badan nya yang kekar itu.
Blade sedang berenang.
Brietta melihatnya. Tidak memanggil dan tidak berusaha untuk menunjukkan keberadaannya. Dia cukup menikmati pemandangan di tengah malam itu.
Brietta melihat Blade berenang dengan tempo yang santai, tetapi lama kelamaan mulai terlihat sedih. Gerakan tubuhnya mulai melambat dan kayuhannya terlihat lemas. Air yang bersatu dengannya seakan mencerminkan apa yang lelaki itu rasakan.
Blade tiba tiba terdiam di tengah kolam sedalam dua meter itu. Dia tidak kunjung menaikkan wajahnya ke permukaan air.
Brietta yang melihatnya cemas. Apakah dia baik baik saja? Batinnya.
Dia masih terdiam, berharap Blade segera memunculkan kepalanya. Sudah beberapa saat, Brietta tidak bisa menunggu lagi. Dia takut terjadi apa apa.
Tanpa berpikir panjang Brietta langsung berlari dan menyeburkan dirinya kedalam kolam, dan dengan cepat berenang menuju Blade yang tengah terambang di tengah kolam itu. Brietta meraih tangan Blade. Tidak ada respon. Blade tidak bergerak!
"MICHAEL! MICHAEL!! HEYY!! MICHAEL BLADEE!!!" Teriaknya sambil mengangkat wajah Blade yang terlihat pucat dan bibir yang membiru. Brietta menepuk nepuk wajah blade berharap Blade bangun. Tidak juga. Brietta dengan susah payah menarik blade menuju pinggir kolam. Dia mengangkatnya dengan sekuat tenaga.
Brietta berhasil mengangkat Blade ke pinggir kolam. Dia membaringkan Blade dan mulai melakukan CPR. Dia terus menekan dada Blade dengan panik.
Setelah satu-dua menit dia melakukan CPR, Blade terguncang terbatuk batuk, mengeluarkan air didalam tubuh nya.
Ah.. syukurlah..
Blade akhirnya sadar. Blade sangat terlihat pucat. Bibirnya yang tebal itu membiru, dia kedinginan.
Brietta segera mengambil handuk dan menyelimuti seluruh badan Blade. Dia melihat bekas luka di perut Blade, yang dijahit oleh kedua tangannya sekitar satu tahun yang lalu.
Kepala Blade bersandar di pangkuan Brietta. Dia melihat kedua mata Brietta, yang lagi lagi menyelamatkan hidupnya. Blade masih terdiam, keduanya saling memandang. Sorot mata Brietta sangat menunjukkan bahwa dia sangat khawatir sekaligus lega.
Dia tidak banyak bertanya, hanya memastikan bahwa laki laki itu sudah sadar sepenuhnya dan tidak ada kondisi lain yang membahayakannya.
"Are you okay, Michael?" Tanya Brietta kepada Blade yang masih tersandar di pangkuannya.
Blade tidak menjawab sama sekali. Dia hanya mengedipkan kedua matanya secara perlahan tanpa memalingkan pandangannya dari kedua mata Brietta.
Kali ini salah satu tangan Blade perlahan naik, meraih wajah Brietta. Dia menggiring tangan besarnya itu hingga kebelakang telinga Brietta. Satu tangannya sudah cukup memegang setengah dari kepala Brietta yang mungil. Tetesan air dari rambut Brietta yang basah terjatuh jatuh di wajahnya.
Blade mengangkat kepalanya, selagi tangannya menarik wajah Brietta mendekat. Kini jarak kedua wajah mereka hanya beberapa senti.
Apalah yang dipikirkan oleh Brietta, tapi tatapan Blade sangatlah memabukkan. Dia tidak menunjukkan gestur penolakan sama sekali. Dia memandang kedua mata Blade yang sedikit sayu, bibirnya yang tebal itu mulai memerah. Tetesan air mengalir dari wajahnya, melewati bibirnya, hingga akhirnya jatuh ke dadanya. Oh, begitu seksi.
Bibir blade terlihat sangat menggiurkan. Blade melihat lurus ke kedua mata Brietta, lanjut melihat Brietta yang ternyata sedang menggigit bibir bawahnya. Tidak hanya Brietta, Blade juga sangat menikmati pemandangan dihadapan matanya itu.
Rambut panjang Brietta yang basah, bibir merah muda yang siap dia lumat kapan saja. Piama putih yang basah memudahkan Blade untuk melihat apa yang didalamnya.
Blade menarik wajah Brietta lebih dekat, sehingga bibir mereka bertemu. Tanpa basa basi, Blade melumat bibir brietta secara lembut, namun memabukkan. Brietta menerima ciumannya tanpa adanya penolakan. Tangan Blade perlahan berpindah ke belakang kepala Brietta, menekan wajah Brietta lebih dekat. Lumatan diantara kedua bibir mereka terasa sangat nikmat. Nafas hangat mereka bertemu diantara udara malam yang dingin ini.
Brietta menikmati setiap lumatan yang diterimanya. Sepertinya dibawah sana ada yang ikut tergelitik pula. Dia merasakan geli diantara kedua pahanya yang kencang itu.
Tangan Blade perlahan turun, memegang leher perempuan yang sedang diciumnya itu. Dia merasakan tangan Brietta menelusuri rambutnya. Ah, tidak tahan lagi.
Blade melepas ciumannya, tanpa melepaskan pandangannya dari mata Brietta. Kini bibir Blade mendekati leher wanita itu dan mulai mencicipinya. Salah satu tangannya perlahan menuju sesuatu dibadan Brietta. Tanpa melepas kecupannya di leher wanita itu, tangan besarnya menemukan payudara Brietta yang rasanya sangat pas di genggamannya.
Brietta kaget dan tidak sengaja mengeluarkan suara indah dari mulutnya. Mendengar suara itu, Blade semakin terbakar untuk menelusuri wanita itu.
Blade kembali mencium bibir Brietta, sambil menarik Brietta. Sekarang posisi mereka berubah. Blade berhasil membalikkan dirinya sehingga dia sekarang berada di atas. Brietta terbaring tersandar di paha Blade, membuka akses bebas untuk Blade menuju ke menu utama.
Ciuman mereka tidak terlepas, suara suara indah terdengar lirih selagi tangan blade meremas payudara Brietta dengan lembut. Merasa tidak cukup, Blade memasukkan tangannya kedalam baju Brietta, kembali meraih buah dadanya dan mulai memainkan puting wanita itu.
Brietta tersesat dalam kenikmatan. Tangan Blade semakin tidak terkendali. Tidak lagi di dada, sekarang tangan Blade semakin menuju ke bawah. Blade melepas ciumannya, dan memilih untuk melihat ke bagian bawah Brietta. Dia meremas paha Brietta yang indah itu dan mulai membukanya. Tatapan kembali tertuju ke mata Brietta. Brietta sedikit terlihat ragu, dia tidak menuruti arahan tangan Blade yang hendak membuka kakinya itu.
"It's okay.. I'll do it slowly" bisiknya, meyakinkan Brietta.
Blade kembali mencium bibir Brietta. Tangan blade perlahan kembali menuju keantara paha Brietta. Menyelipkan jemarinya masuk kedalam celana piama yang tipis itu. Sedikit lagi dia mencapai apa yang dia mau.
Brietta secara tiba tiba melepas ciumannya seakan tersadar dengan kegilaan yang sedang dia lakukan sekarang. Dia melepaskan dirinya dari genggaman Blade. Dia berdiri tegak dan langsung beranjak pergi dari hadapan Blade tanpa mengatakan apapun.
Fuck! What have i done?!
...
to be continued°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Blade's Slave | 21+ ADULT STORY⛔
RomanceBrietta terjebak dalam situasi yang sulit. Pacarnya, Sean, terpergok melakukan kecurangan di salah satu kasino terbesar di dunia. Dia punya dua pilihan. Membantu Sean untuk bayar denda miliaran rupiah, atau menjadi jaminan dan di tahan oleh Mr. Blad...