[4] ada yang aneh dari wulan

105 23 0
                                    

Hari ini Mazaya sudah enakan, walaupun bekas cengkraman di tangannya berubah jadi memar, dia nggak masalah, yang penting dia udah nggak pernah digangguin lagi sama sosok yang datang ke mimpi dia yang berasa nyata— malah kayaknya emang nyata soalnya Mazaya disakiti, ada bercak tangan di kasur dan jejak kaki ke arah jendela kamarnya.

Mazaya banyak-banyak berdoa ke Tuhan untuk selalu dilindungi, begitu salah satu cara dia untuk survive punya penglihatan istimewa begitu.

Di hari minggu pagi ini, Mazaya mau ngajakin Wulan pergi ke gereja yang tempatnya nggak jauh dari apartemen, bisa jalan kaki doang.

"Wulan?"

Sekali manggil, nggak ada jawaban.

"Wulan?" panggilnya lagi sambil ngetok pintu kamar Wulan, "Gak ikut gereja lo?"

Akhirnya Wulan bukain pintu kamarnya, tapi nggak sepenuhnya, cuman dikit doang.

"Gak ikut gereja lo?" tanya Mazaya dengan pertanyaan yang sama.

"Duluan aja, gue yang sore," sahut Wulan dan menurut Mazaya itu suara terdingin yang pernah Mazaya dengar dari Wulan dalam beberap waktu belakangan ini.

"Ya udah kalo gitu," balas Mazaya, "Lo gak lagi sakit kan? Kenapa sih pintunya gak dibuka lebar sekalian."

Mazaya menarik paksa pintu kamar Wulan supaya dibuka, tapi yang ada si Wulan malah marah-marah ke Mazaya.

"Udah sana lu pergi aja gereja!"

Dibentak begitu, Mazaya jadi sedih, kesal, kecewa, karena nggak nyangka Wulan bakalan bentak dia.

"Ya udah lo gak usah bentak-bentak gue juga!" sahut Mazaya nggak kalah ngegas, terus dia mutusin untuk langsung keluar dari unit dan ninggalin Wulan yang bertingkah aneh.











🐶🐰










Selesai gereja, Mazaya nggak mau langsung balik, dia rencananya mau beli jajan. Selesai beli jajan pentol berkuah itu, Mazaya duduk sendirian di kursi dekat pos satpam, dia masih belum mau balik ke apartemen, soalnya kalau ingat kejadian tadi si Mazaya bete maksimal.

"Mazaya!"

Mazaya menoleh ketika namanya dipanggil, ternyata di sana ada Zoya dan kedua kakaknya yang ternyata sehabis gereja juga.

"Halo Kak Oyak!" sapa Mazaya sambil berdiri dari kursinya. Si Zoya nyamperin Mazaya yang disusul sama kedua kakaknya.

"Halo Teh Reyna," sapa Mazaya dengan sopan, "Halo juga Kak Ais."

"Halo Zaya, udah makin gede aja ya," ujar Reyna, si Ais yang nama aslinya Faizza mengangguk setuju.

"Kok sendirian aja? Wulan mana?" tanya Zoya.

"Di apartemen tuh, gatau kenapa dia tadi sensitif banget, mana pake segala marah-marah gak jelas," sahuy Mazaya.

"Mungkin lagi dapet?" celetuk Faizza.

"Setau gue bukan jadwalnya dia sih Kak," sahut Mazaya.

Si Reyna ngeliat Mazaya sendirian jadi kasian, makanya si paling tua itu ngajakin Mazaya untuk makan dulu sama dua adiknya.

"Zaya, makan dulu yuk sama kami, nanti Teteh yang bayarin," ujar Reyna.

"Ih gak usah Teh Reyna, gak enak tau," sahut Mazaya sesopan mungkin.

"Udah ikut aja," balas Faizza, "Kapan lagi ditraktir sama Teh Reyna kan?"

Ya udah jadi si Mazaya ikutin aja apa maunya mereka. Lingkungan gereja udah mulai sepi sebelum mereka pergi.

one floor above us | annyeongzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang