Bab 5 | Ice Cream in Winter

9 1 0
                                    

-Sarah POV-

     Aku sudah menyelesaikan tugas akhirku pada malam ini. Ya, membuat adonan roti untuk besok pagi. Sebelum meninggalkan dapur, aku membersihkan sejenak dapurku. Aku menyikat meja stainless steel--tempat di mana aku membentuk roti--dengan sabun pencuci piring beraroma lemon. Setelah aku rasa sudah bersih, aku menyiramnya dengan air panas. Aku biarkan airnya jatuh di lantai dapurku hingga mengalir dengan sendirinya menuju selokan kecil yang berada di sudut dapur.

     Seperti biasa, hari-hariku terasa sangat melelahkan. Padahal aku tak menghabiskan waktuku untuk berkelahi. Aku hanya membuat roti dan menjualnya, tetapi yang aku rasakan seluruh tubuhku seakan tengah ditusuk duri hingga menimbulkan nyeri yang membuat tubuhku menjadi lesu seakan tak bertenaga seperti saat ini.

    Aku keluar dari dapur dan mendapatkan hampir seluruh roti yang kubuat hari ini nyaris habis. Hanya tersisa beberapa potong saja. Syukurlah, dengan begitu tak ada roti yang harus aku buang hari ini.

     Aku mengalihkan pandanganku menuju Sunny dan Yong Ju secara bergantian. Mereka tampak disibukkan dengan pelanggan yang terus berdatangan. Sebagian dari mereka menikmati kopi di sana, dan sebagian lainnya sedang duduk sambil menunggu pesanan kopi mereka selesai.

     Aku melangkah mendekati meja kasir. Ketika Sunny melihat ke arahku, aku berkata padanya "Aku keluar sebentar, ya." aku mengatakannya tanpa suara dan Sunny hanya mengangguk--karena sedang menerima pesanan dari pelanggan.

Aku alihkan pandanganku ke Yong Ju. Saking sibuknya, dia bahkan tak memiliki waktu untuk mendongakkan wajahnya dan terus tertunduk fokus pada racikan kopi yang sedang ia buat. Padahal aku ingin pamit, tapi yasudah tak masalah. Lagi pula aku hanya ingin ke rumah orang tuaku sebentar saja. Aku tak mungkin menundanya hingga esok. Bisa-bisa ayahku yang emosional itu akan datang dan mengamuk di toko.

Aku keluar dari toko dan disambut angin musim dingin yang amat menusuk. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, jadi maklum saja jika udara semakin dingin seperti ini. Lihat saja, dari yang aku lihat di layar ponselku, suhu udara di malam ini mencapai -2°C dan dipastikan bagi pengguna kendaraan berbahan bakar solar pasti tak akan bisa menjalankan kendaraannya, karena titik beku solar adalah -2°C. Biasanya bagi pengguna bahan bakar solar, mereka akan mencapurnya dengan suatu kandungan agar solarnya tak mudah membeku.

"Sarah, tunggu sebentar." Seseorang memanggilku ketika aku larut pada pembahasan solar yang membeku. Aku yang sudah melangkah jauh dari toko langsung berhenti melangkah dan memutar tubuhku untuk melihat siapa yang baru saja memanggilku. Ternyata itu Yong Ju--tengah melangkah terburu-buru menghampiriku.

     "Jangan minum tanpa mengabariku." kata Yong Ju sembari memasukkan 2 kantung hotpack ke dalam kedua saku jaket musim dinginku. "Dan ini ponselmu." terakhir ia memberikan ponselku--yang seingatku tadinya tertinggal di kamarku--tapi baru saja dengan sangat terburu-buru Yong Ju berlari menuju lantai 2 untuk mengambil ponselku karena tak ingin aku pergi tanpa membawa ponselku itu. "Kenapa kau suka sekali pergi tanpa membawa ponselmu? Kau tahu bagaimana repotnya mencarimu? Membawa ponsel saja kau tetap sulit di hubungi, apalagi tidak bawa?!!"

     "Kau sedang mengomeliku?" Aku sudah terlalu sering diomelinya. Aku tahu maksudnya baik, tapi lama-lama bosan juga. Lagi pula, aku masih jauh lebih kuat dibandingkan dia. Jadi, sekarang ini siapa yang harus mengkhawatirkan siapa?

     "Yak, aku begini karena--"

     "--sudahlah, aku pergi dulu. Tolong jaga toko sampai aku kembali. Aaa, tidak. Jika kalian sudah lelah, pulanglah. Tidak usah menungguku." dan aku sudah melangkah lebih cepat dari yang sebelumnya. Yong Ju masih berteriak di belakang sana, masih mengomeliku seperti tadinya tetapi sudah tak aku hiraukan. Pikirkanku sudah penuh dengan berbagai kemungkinan yang akan aku alami sebentar lagi. Semoga ibu sudah pulang.

WHEN WINTER COMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang