[vii] Permintaan Maaf

129 23 51
                                    

[Jemima]
Wed, 12.00 pm

mima...

ya, kak vyna?

halim masuk gak hari ini?

masuk kok kak
kenapa emang?

mukanya murung gak?

kayak biasa aja sih aku liat

udah ada senyum belum
dalam sehari ini?

??
duh maaf ya kak
aku gak gitu merhatiin sih, jujur
lagian kenapa deh?
tumben kak nanyain halim mulu?

gapapa hehe

pasti kenapa-napa
lagi berantem ya?

iya ㅠㅠ

kok bisa kak?

aku jodohin dia sama temen
terus dia marah ㅠㅠ
gimana dong?

yah pantesan aja

kenapa gitu?

kan halim udah punya
orang yg disukai kak


"Ya ampun, iya juga...."

Lenguhan Vyna langsung bersambut dengan kepalanya yang terkulai lemah ke atas permukaan meja usai membaca gelembung pesan terakhir dari Jemima. Bagaimana mungkin ia lupa perkara Halim yang sudah punya 'gebetan' itu. Memang seharusnya Vyna tidak impulsif merespon permintaan asal Bening.

Dan pemandangan 'wasted' ini jelas membuat Noeline yang kebetulan duduk di seberang meja menaikkan alis bingung. Tadi sebelum insiden Vyna begitu, mereka sedang rapat internal dengan Nizar juga, namun sekarang hanya tinggal berdua saja.

"Kenapa?" tanya Noeline memecah kurioritasnya.

Masih di posisi yang sama Vyna balas, "Parah, Noe. Gue hampir aja ngerusak hubungan cinta orang lain."

"Jadi pelakor lo? Lakinya siapa?"

"Amit-amit!" Seakan terkena sengatan listrik, serta merta Vyna menegakkan badan sembari menatap horor si lawan bicara atas kalimatnya, "Emang tampang gue keliatan kayak yang demen ngincer laki orang apa?"

"Ya, lagian ngomongnya gitu sih. Lo juga kan nggak pernah cerita ke gue siapa cowok yang lagi deket sama lo."

Betul juga. Untuk ukuran sahabat yang kerap berinteraksi, Vyna mengakui dirinya memang lumayan tertutup dalam berbagi tentang hal-hal pribadi pada orang lain. Bahkan ke Noeline sekalipun. Berbeda dengan si teman yang justru bebas terbuka perihal kisah asmaranya.

Bukan karena Vyna tidak percaya pada Noeline. Lebih karena, dia tipe yang lebih suka menjadi pendengar saja. Beruntungnya Noeline pun tidak pernah rese memaksanya untuk bercerita. Hal itu yang membuat Vyna nyaman dengan pertemanan mereka hingga selama ini.

"Eh ada sih satu cowok yang gue tau lagi deket banget sama lo," Noeline memberi jeda sembari tatapannya mengawang, sedang mengingat-ingat, "Halim? Tapi masa iya, nggak mungkin dong lo sama Halim gitu kan?"

"Iya lah nggak mungkin. Gitu apaan coba?" Vyna mengerjap canggung. Otaknya bekerja keras mencari pengalihan. Syukurlah ketemu ,"Btw sebenernya gue lagi butuh advice banget sih sekarang."

"Soal?"

"Permintaan maaf. Kalau lo sama mas Khalif berantem, lo tipe yang; A. minta maaf duluan atau, B. nunggu dia yang minta maaf?"

Dissonance: Traffic LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang