[ix] Flower and Pick

103 20 39
                                    

Tidur malam yang cukup, berdampak baik untuk mood di esok paginya. Itu testimoni langsung dari Vyna yang sudah lama tidak merasakan bangun dalam keadaan bersemangat. Sampai-sampai ia juga bisa tiba di kantor tepat waktu. Lima menit lebih awal bahkan, tanpa ada urgensi tertentu.

"Selamat pagi, Bu Direktur."

Yang juga menjadi hal cukup langka bagi Noeline pagi itu ketika ia sampai di lantai tiga gedung, lalu tiba-tiba mendengar sapaan ramah Vyna mengudara bersama sosoknya yang sudah tersenyum cerah. Noeline langsung menahan langkahnya di samping kubikel si penyapa.

"Eh, Vyn, udah dateng aja lo? Tumben nggak telat? Hari ini nggak ada meeting deh kita perasaan."

"Memang. But Noe, mark this ya, gue nggak akan telat lagi setelah ini kok. Karena sekarang, gue udah nemuin tips buat tidur malem yang cepet."

"Bagus dong. Udah jadi ditangani sama dokter berarti masalah insom lo itu ya?"

"Yang bener sih, ditangani sama guru TK."

"Lah?"

Kata Noe mah ini insomnia Vyna memang sudah sembuh, gantian akal sehatnya yang sekarang dipertanyakan deh. Terlebih setelah menjawab begitu, Vyna malah terlihat cengar-cengir tanpa beban.

Noe menyipit bingung. Walau pada akhirnya ia memilih menutup konversasi itu dengan lanjutan kalimat, "Well, yang penting udah membaik kan ya, syukurlah kalau gitu, Vyn."

Vyna mengangguk, "Ah iya sekalian gue mau bilangin ini juga btw. Ntar jam sepuluhan I'll out of office ya. Mau ketemu author Fei, ngomongin audit draft final dia."

"Oh bener, itu naskah yang mau masuk ke percetakan seminggu lagi ya. Timeline terbitnya di bulan depan, aman kan?"

"Aman kok. Ntar gue follow up ke lo lagi."

"Oke. Lanjutin, Vyn. Kalau ada apa-apa nanti gue langsung calling lo aja ya."

"Siap, Bu Noe."

Setelah itu aktivitas pun berjalan seperti biasa. Sampai pada jam yang sudah disepakati dengan Fei, pergi lah Vyna ke lokasi temu mereka. Sebelumnya memang Fei yang sering datang ke Bean perihal diskusi naskah. Tapi beberapa bulan yang lalu ini, ia baru saja membuka sebuah bisnis UMKM lokal sendiri yang membuatnya harus selalu stand by di tempat.

"Keren loh, Mbak, temanya klasik ya. Aku suka deh grafiti-grafitinya tuh. Nyeni banget," komentar Vyna saat ia sudah duduk pada salah satu kursi yang tersedia, sembari sibuk menyapu pandang sekenanya ke seluruh penjuru toko. Sebagai info, itu adalah toko aksesoris.

"Iya dong. Ini aku sama suami yang gambar sendiri loh. Mulai dari semua produk yang kami jual sampai ke desain toko nih. Kurang UMKM apa coba?"

"Gokil sih. Totalitas banget, Mbak. Nggak heran rame terus ya."

"Alhamdulillah, Vyn. Jaga-jaga kalau novel aku nggak laku-laku banget ntar, masih ada pemasukan disini," balas Fei diselingi tawa.

"Ah, jangan gitu lah. Pasti laku, Mbak. Buku-buku terbitan Aurora nggak pernah gagal kok. Apalagi ceritanya yang nemuin aku sendiri."

"I love your confident."

"That's what I always see on you tho. Kayak, pesimis tuh bukan kamu banget tahu, Mbak."

"Bener sih."

Keduanya saling terkekeh ringan. Adalah fakta kalau hubungan Vyna dan Fei tidak sekedar antara author ke editor saja, tapi sudah seperti kakak dan adik. Bukan hanya karena jarak usia mereka yang terpaut tiga tahun, namun juga lantaran watak dewasa Fei yang membuat Vyna selalu menempatkan Fei sebagai sosok kakak baginya.

Dissonance: Traffic LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang