[xi] Past Wounds

130 19 41
                                    

Halim
[mon, 10.00 am]

yg di mobil kmaren
becanda ya haliimm
gak baper kan?

🙂

🙏🙏🙏🙏

jadi agak trauma kalau
denger kata "hijau" lagi

waduh
i'm really sorryyy🙏
separah itukah?
gak maksud benerann
tiba² ada ide aja kmaren tuh
maaf yaa
lain kali gak lagi deh
i will noted my self,
gaboleh gitu lagi becandanya!
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

kamu marah?

enggak

haliimmm ㅠㅠ

ya, vyna?

ih

eh

߹𖥦߹
maaf loh yaa

santai aja haha
malah sebenernya
aku mau ijin
ngambil punch line nya
buat masukin ke cerita
kalau boleh

ya ampun
dasar penulissss ✍️
apa aja bisa jadi plot ya
wkwk boleh kok silakan^^
tapi beneran maaf loh,
yg soal kemaren itu
aku bercanda... 🙏

iya gapapa 🙏
kalau yang serius
biar aku aja nanti

😀

😃

now we're fair haha

lmaooo



Vyna meletakkan ponselnya di tepi meja usai menutup konversasi dalam ruang obrolan dengan Halim. Tadi di sela mengedit naskah, gadis itu mendadak kepikiran dengan kejadian kemarin jadi dia memutuskan meminta maaf, pagi ini.

Punggung Vyna luruh pada sandaran kursi kantor. Tatapannya berpindah dari layar komputer ke sebuah pot mini di sudut meja kerjanya. Daun hijau dari tanaman itu terlihat basah karena memang Vyna sudah menyiramnya begitu tiba di kantor setiap pagi. Kebiasaan baru, dia bahkan sampai menyiapkan semprotan khusus demi itu.

Dipikir lagi, banyak hal yang membuat Vyna berubah semenjak mengenal Halim. Noeline bilang Vyna tampak lebih ceria dan lebih bersemangat, itu poin bagusnya. Poin buruknya, Vyna sadar dia mulai melihat Halim dengan cara yang berbeda.

"Gue juga maunya serius sih, Lim. Tapi lo kan udah ada Mima, masa iya gue tiba-tiba nyempil?" Tawanya tersiar pelan. Monolog yang lebih terdengar seperti sedang intropeksi diri, "Mendingan enggak deh gue rebut-rebutan soal cowok doang."

Bersama dengan kesimpulan itu, lantas Vyna memutuskan menyudahi perkara ini. Untuk kedepannya ia harus bisa tegas pada diri sendiri dan tetap menjaga hubungan mereka berada di jalur bisnis saja, tidak boleh lebih.

"Oke. Sip," tekat Vyna.

Segelas kopi untuk melepas beban pikiran rasanya adalah pilihan yang baik. Jadi, Vyna langkahkan kakinya ke lantai dasar gedung. Memesan jenis kopi yang selalu sama setiap hari.

Dissonance: Traffic LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang