Fyi, ini masih flashback yaa guys. Maaf kalo cerita ini rada susah dimengerti karena gue sendiri yang nulis pun juga sulit dimengerti (lah). Sebenernya tulisan akhir yang baru aja dibuat bener bener diluar dugaan. Jadi yaa selamat membaca semoga gak jelek jelek amat cerita ini hahahahhaah.
-iya
***"Minjem buku itu dong. Woii depan, pinjem dong." Ck, suara Kak Reno, sang Ketua OSIS membuatku tak fokus kembali mengerjakan tugas dari Pak Wawan.
Aku dan Indah; teman sebangku ku hanya saling bertatapan seolah saling berfikir ngapain sih tuh kakak kelas. Hingga aku merasa punggungku dipegang oleh seseorang dari belakang. Kak Reno.
Aku hanya memasang muka bertanya tanpa berbicara.
"Minjem buku lo. Yang warna pink itu tuh." Ucap Kak Reno menunjuk buku catatan tugasku.
Akupun mengambilnya dan sempat melirik Indah yang menatapku mewanti-wanti untuk tak memberikannya.
Terlambat, Kak Reno sudah mengambilnya dari tanganku dan membaca seluruh isi bukuku.
"Nanti kembaliin lagi ya, Kak." Ucapku dengan cukup berani. Ada rasa takut juga saat harus berbicara pada kakak kelas yang pernah mengawasi selama MOS.
Sejak beberapa menit yang lalu, Kak Reno; sang Ketua OSIS dan Kak Michael memang datang kekelas ku dan dengan tak sopannya langsung duduk di kursi tepat di belakang ku yang memang kebetulan sedang kosong. Pak Wawan yang sedang mengajar saat itu cukup kaget juga dengan kedatangan dua orang ini. Setelah melalui beberapa argumentasi, akhirnya Pak Wawan menyerah dan mengizinkan Kak Reno dan Kak Michael berada dikelasku. Walaupun saat itu yang banyak berargumen Kak Reno. Sedangkan Kak Michael hanya duduk santai dan diam mendengarkan argumentasi yang diucapkan Kak Reno dan Pak Wawan.
Kulihat Indah masih sibuk mencari jawaban dari tugas Sosiologi. Sedangkan aku, sudah berbalik badan ke belakang dan melihat Kak Reno yang sedang mengajak bercanda Kak Michael dengan bukuku yang menjadi korban.
"Udah ahh Kak. Siniin bukunya." Ucapku berusaha mengambil buku dari tangan Kak Reno.
Rupanya usaha ku tak berhasil. Aku sudah memohon mohon pada Kak Reno untuk mengembalikan buku ku, tapi hasilnya nihil. Mana saat tingah ku yang terlihat lenjeh dan manja, dapat kulihat dari ekor mataku Kak Michael sempat terkekeh. Ihhh apa banget deh.
"Ck, kasih deh Kak kasian anak orang." Ucap Kak Michael membelaku. Diambilnya buku ku dari tangan Kak Reno dengan mudahnya.
"Nih, rajin banget sih nulis pr segala. Kayak dikerjain aja." ucap Kak Michael lagi dengan nada meremehkanku. Ku ambil bukuku dan langsung menghadap ke depan dan kembali mengerjakan tugas ku yang tertunda.
HUHHH
Mimpi lagi.
Ini sudah mimpi ke tiga dengan Kak Michael yang ada didalamnya. Sudah tiga hari sejak kemarin lusa aku terus memimpikan Kak Michael.Aku terbengong bengong memikirkan apa yang tadi menjadi bunga tidurku.
Ahh ingat nama Michael membuat pipi ku menghangat. Aku jadi ingat betapa malunya aku saat MOS waktu itu. Saat aku salah menulis namanya Kak Michael. Stupid. Seperti anak kampung saja nulis nama itu saja salah. Sampai saat ini pun aku masih terngiang ngiang kejadian memalukan itu. Ditambah saat dia memanggil nama lengkapku. YaTuhan, aku mempermalukan diriku sendiri.
Sebenernya ada apa sih dengan diriku ini?
Aku bangkit dari kasur dan berdiri di depan cermin. Dapat kulihat seorang gadis dengan rambut hitam sebahu, tinggi yang sekiranya mencukupi rata-rata, postur tubuh yang jauh dari ideal. Benar sekali. Ya, itu aku. Vega Adeeva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret story
Teen FictionSecret Kau membuatku merasa nyaman Kau membuatku merasa tersanjung Sikap mu saat itu membuatku ragu Fakta itu terkuak Tetapi Aku masih meragukanmu Kau mengenalnya Kau mengetahuiku Kau tau aku Tak kusangka Siapakah kau Magical bathroom?