Surprise

107 8 5
                                    

Dari taman rumah sakit tempat ayahku dirawat, terlihat jelas cahaya orange bercampur jingga tanda matahari telah menyelesaikan tugasnya hari ini. Di arah barat, sang mentari seakan turun perlahan dan menghilang lalu bulan yang akan menggantikan malam yang gelap.

Aku masih terdiam duduk di taman ini. Dengan bangku kayu panjang dan meja yang berbentuk bulat dengan ukiran dan warna seperti batang pohon yang dipotong.

Seorang gadis kecil dan anak laki laki disampingnya mencuri perhatianku. Mereka kira kira berumur 4 tahun. Mereka tampak sangat asik dengan obrolannya. Terkadang gadis kecil itu tertawa disela sela obrolan mereka dan saat itu pula, anak laki laki disampingnya akan tersenyum lembut sambil menatap gadis itu. Kedua anak kecil itu saling berjabat tangan seperti berkenalan. Tetapi saat gadis kecil berdiri dan mengatakan sesuatu, anak laki laki itu menahan lengannya dan menepuk tempat yang tadi diduduki gadis kecil itu. Gadis kecil itu menolak, dan anak laki laki itu masih memegang lengan sang gadis kecil. Sang gadis kecil itu lalu mengucapkan sesuatu dan membuat anak laki laki dihadapannya tampak sedih dan mulai menangis.

Saat aku hendak menghampiri kedua anak kecil tersebut, ternyata ada seorang lelaki memakai jaket abu-abunya dan celana jeans yang melapisi kakinya juga sepatu converse hitam. Aku tak dapat melihat wajahnya karena ia membelakangiku.

Lelaki yang kukira seumuran denganku itu langsung menggendong gadis kecil yang mata dan hidungnya memerah. Mungkin dia menangis juga, pikirku. Tangan kanan lelaki itu menggenggam tangan kecil anak laki-laki. Lelaki itu berbalik dan mulai berjalan ke arahku.

Lelaki itu tampak kaget melihat aku. Terlihat dari matanya yang sempat melebar. Aku pun juga begitu. Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya disini. Di rumah sakit.

Dddrrtttt

Bunda: Kamu dimana? Kita mau siap siap pulang.

Pesan dari bundaku membuatku harus pergi. Sebelum pergi, aku kembali melihat ke arah tadi. Kosong.

Aku yakin tadi kak Michael disitu bersama dua anak kecil yang sedari tadi kulihat. Apa aku hanya menghayal? Rasanya tidak mungkin. Aku sempat melihat matanya melebar saat melihatku juga.

===

Liburan sebulan pun usai sudah. Lusa aku harus kembali pada rutinitas wajibku. Sekolah.

Liburan panjang kali ini masih terlalu datar. Tidak ada liburan kemanapun. Hanya berkutat di kota metropolitan ini yang sedikit agak lengang dibandingkan biasanya. Aku hanya pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ayahku.

Setiap sore aku selalu duduk di taman dekat ruang ayahku dirawat. Berharap dan menunggu kak Michael yang mungkin akan muncul lagi. Tapi tidak membuahkan hasil.

Terakhir aku lihat update-an barunya di aplikasi socmed-nya, ia mengunjungi pulau Bali. Mungkin untuk berlibur. Walau aku sudah tau hal itu, aku terus berharap dan duduk di sini. Taman belakang rumah sakit. Melihat rumput hijau yang segar, kumpulan bunga anggrek dan mawar juga melati yang setiap hembusan angin memancarkan harumnya. Membuat relaksasi tersendiri untukku.

Aku hampir lupa dengan perasaanku pada kak Michael. Aku sempat berfikir perasaan ini akan hilang di telan waktu. Tetapi, Shinta bilang bahwa perasaan itu hanya tertidur sejenak, saat ia sudah selesai beristirahat, perasaan itu pun akan bangun kembali. Yaa, begitulah katanya tempo hari.

===

6:15 AM

Astaga, 15 menit menuju bel sekolah

Buseeeett gimana nih?!?!?

"BUUUNNNN"

"BUNDAAAA"

Secret storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang