Di salah satu ruangan VVIP yang terdapat di rumah sakit. saat ini sudah berkumpul beberapa anggota zebro dengan satria berserta deka yang kini duduk di sofa dengan tatapan datar mereka, ruangan yang sunyi memberi kesan horor akibat dua sosok itu, membuat mereka yang ada di sana terdiam kaku dengan jangkun yang naik turun menahan gugup.
"Sehhh,, a-ayah."
Suara ringisan itu membuat mereka kompak menoleh cepat ke arah sosok gadis yang kini tengah berusaha mengumpulkan kesadaran nya. Satria, laki-laki paruh baya itu langsung berdiri dan berjalan cepat ke arah sosok gadis di hadapannya yang kini menatap nya senyu.
"Kenapa Hem."
"Ada yang sakit."tanya deka menatap sang adik khawatir.
"Kaki Luna sakit."adu gadis itu membuat satria memeluk nya cepat.
"Maafin ayah ya sayang, gak bisa jaga kamu dengan baik."ucap satria merasa bersalah membuat Deluna menggeleng cepat.
"Ini bukan salah ayah, salah Luna yang gak hati-hati."
"Kenapa bisa sampai main ke sana Hem."tanya deka lembut.
"Luna, gak sengaja liat kelinci, bang! Jadi hehe."
Dengan keadaan masih sakit aja gadis itu masih bisa cengengesan membuat yang lain menatap nya tak habis pikir, tatapan gadis itu menyapu ke penjuru ruangan guna mencari seseorang. Iya terdiam ketika tidak mendapati sosok itu membuat yang lain saling senggol seolah paham akan pikiran gadis itu.
"Luna."
Panggilan dari akthar membuat Deluna menatap ke arah laki-laki itu yang kini mendekat ke arah mereka dan berhenti tepat di samping deka yang berada di ujung kaki gadis itu dengan tatapan bersalah.
"Maafin Abang yah."
"Ini kan gak salah Abang."
"Gara-gara Abang kamu sampai kecolongan gitu."
"Ishhh, ko malah salahin Deluna."kesal gadis itu membuat yang lain terkekeh lucu.
"Abang gak bilang, Luna yang merasa ya."kekeh Akhtar.
"Bang."
Akthar menatap ke arah lain ketika melihat tatapan Deluna yang kini menatap nya penuh arti, laki-laki itu berdehem sekilas menatap ke arah lain dengan menggaruk pangkal hidung nya sedikit gatal. Mereka yang ada di sana kompak terdiam begitu juga satria yang kini mulai menyengit heran melihat tatapan para anak muda di hadapannya.
"Ada apa bang."tanya satria membuat akthar menatap nya terkekeh.
"Anu yah, itu! Akthar gak sengaja ngilangin kucing Deluna ehh malah pergi deh."dalih akthar membuat Deluna tersentak kecil mendengar penturan sang Abang.
"Benar itu sayang."tanya satria membuat Deluna menatap cepat kearah lain.
"Be-benar ayah."ucap Deluna yang kini berbalik memunggungi mereka, membuat mereka tertegun.
"Hey, kenapa Hem."tanya deka mendekat ke arah adiknya yang kini menangis dengan diam, membuat nya terkejut dengan pelan ketika melihat kode sang adik yang meminta nya diam. Deka menatap ke arah orang-orang di sekitar nya, iya mengkode dengan lirikan mata membuat mereka mengangguk pelan.
"Sayang, ayah izin ke kantor ya? Nanti datang lagi, kalo ada apa-apa kasih tau Abang kamu ya."ucap satria yang hanya mendapat anggukan dari gadis itu.
"Kita-kita juga bakal pamit lun, Lo cepat sembuh ya biar boncel kita bisa main lagi ke markas."ucap deriy yang di angguki lemah Deluna.
Setelah melihat ruangan itu kosong, deka mendekat pelan ke arah ranjang Deluna, iya mengelus pelan Kelapa sang adik.
"Kenapa Hem."gumam deka pelan yang kini mengelus pelan rambut sang adik, membuat Deluna dengan cepat memeluk perut abangnya dan menenggelamkan wajahnya di perut laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
she's Deluna, not Rafani Azahra
Teen Fictionapa yang kamu harapkan dari kisah kehidupan seseorang, sebuah ending yang sangat memuaskan namun tidak puas untuk iya yang menciptakan. jika di suruh milih, kamu memilih ending dengan alur happy atau sad, maka kamu akan terdiam tidak ingin memilih d...