Matahari sudah meredupkan sinarnya, menandakan malam yang akan segera tiba. Onggokan-onggokan jingga dilangit barat membawa malam bersamanya, untuk terakhir kalinya sang mentari menampakkan ke elokannya sebelum ia pergi di gantikan sang rembulan.
Angin lembut bertiup menyibak surai hitam pria itu. Pria jangkung dengan tiga bilah pedang di tangannya, pandangannya tertuju pada lautan luas yang terhampar di depannya, matanya tertutup seolah dirinya tengah bersatu dengan sang alam.
Setetes likuid bening mengalir dari pelupuk matanya, membasahi pipi pemuda tersebut. Sungguh mengejutkan melihat seorang pendekar pedang terhebat di dunia menangis seperti ini.
Ogawa Ryota seorang pendekar pedang yang begitu terkenal di dunia terutama di kalangan para buronan, ia sering kali di sebut iblis Pedang merah atau 'Red Blade Demon'. Karena di ujung pedangnya selalu terdapat darah lawannya saat bertarung. Ryota di besarkan di sebuah dojo (tempat beladiri di jepang) sejak orang tuanya tiada
Pelabuhan ini ialah saksi bisu perjuangan seorang Ryota saat ia masih kanak-kanak lagi. Di sinilah ia dan sahabatnya Yamamoto Izumi mengikat janji, untuk bersama-sama menjadi pendekar pedang terhebat di sepanjang masa.
Di saksikan ombak yang menerpa pelan, di serta hembusan lembut angin pantai, dan di temani cahaya senja dari sang mentari seperti saat ini, keduanya mengucapkan janji. Lantas di mana Izumi? Kenapa ia tidak menemui Ryota?
.
Yamamoto Izumi, ia lah seorang wanita yang lebih tepatnya sahabat dan rival Ryota, sepuluh tahun lalu keduanya mengikat janji untuk terus berlatih dan berjuang agar kelak salah satu dari mereka akan menjadi pendekar pedang terhebat sepanjang masa.
Namun, sayang belum sempat janji itu terpenuhi Izumi sudah lebih dulu meninggalkan dunia saat terjadi penyerangan di dojo mereka. Izumi meninggal dunia saat mencoba melindungi Ryota.
Sejak kejadianitu pula, Ryota selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kematian sahabatnya, Izumi. Ia beranggapan bahwa karena dirinyalah Izumi tiada, karena dirinya yang lemah lah ia tak mampu melindungi Izumi, ia terus menerus merutuki dirinya sendiri yang amat bodoh karena membiarkan seorang wanita mati karena melindungi dirinya.
Namun berkat keyakinan dari gurunya, Ryota mampu untuk kembali bangkit dan terus melaju mengejar impiannya menjadi pendekar pedang terhebat di dunia hingga namanya bisa sampai ke cakrawala dan didengar oleh Izumi.
"Ryota!" seorang pria paruh baya berdiri di belakangnya. Ia terlihat seperti seorang pelatih ilmu beladiri jika dilihat dari pakaiannya, dan jangan lupa tongkat kayu yang dikenakannya.
"Pak Yamamoto!" sahut pria itu menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya.
"Kau sudah besar sekarang, ya." Ucapnya seraya berdiri di samping Ryota.
"Dan kau sudah semakin tua sekarang." Ujar Ryota bergurau.
"Menikmati senja setelah hujan, hm?" Tanya Yamamoto.
"Tidak, hanya mengenang kenangan lama." Jawab Ryota menyangkal.
"Izumi, dia pasti sangat gembira mengetahui sahabatnya kini sudah menjadi seorang pendekar pedang yang sangat hebat." Ucap Yamamoto menatap sayu mantan muridnya.
"Aku seperti ini berkat dirimu, pak. Kau yang mengajariku cara menggunakan katana (pedang khas negara jepang) sejak aku kecil. Terimakasih telah merawatku selama ini, pak Yamamoto." Ucap Ryota membungkukkan tubuhnya hormat.
"Mau berkunjung ke rumah Izumi?" Tanya Yamamoto lagi.
"Tentu."
Keduanya pergi menuju ke sebuah pemakaman bersama-sama. Di sepanjang perjalanan mereka asyik berbincang, berdua sudah terlihat seperti ayah dan anak dari pada guru dan murid, walau kenyataannya Yamamoto memang sudah menganggap Ryota sebagai anaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen Whit Sakura Nazwa
Short StoryWelcome to my antologi Dalam book kali ini aku mau bawa kalian para reader's aku jalan jalan dan nikmatin setiap petualangan berbeda di setiap bab nya. Dalam book ini juga akan ada open request, jadi buat kalian yang mau request boleh di tulis aja d...