Aku menghentikan laju sepeda motor yang aku kendarai setelah sekitar 30 menit mengendarainya, membaur bersama para pengendara lainnya. Sejenak aku terdiam melihat sekitarku, suasana yang tidak begitu ramai, apalagi di sore hari seperti saat ini. Para pengunjung cenderung meninggalkan tempat ini, dan akan kembali ramai saat menjelang malam.Tampa banyak membuang waktu lagi, aku langsung melangkah masuk ke taman tersebut. Ya, tempat yang aku kunjungi sekarang adalah taman. Taman yang hijau dengan beberapa bunga bemekaran, terlebih lagi di ujung taman ini memiliki danau yang menakjubkan. Sesekali pengunjung menaiki perahu sekedar menjelajahi danau tersebut.
Aku menghentikan kakiku tepat di pinggir danau yang cukup sepi, mataku menatap lurus pada danau tersebut. Air yang selalu terlihat jernih dan bersih karena terawat dengan sangat baik. Apalagi udara sore yang terasa dingin itu menerpa tubuhku dengan lembut bak belaian seorang ibu yang sangat aku rindukan.
"Selalu terlihat indah," gumamku memuji keindahan pemandangan di tempat ini. Aku duduk di atas rerumputan hijau yang segar dan terawat dengan baik itu tampak indah sepanjang mata memandang.
Aku lebih banyak diam, menunggu matahari terbenam untuk menyaksikan panorama langit senja yang menawan, ditemani oleh musik yang aku dengarkan itu cukup menghiburku dari rasa kesepian yang sering kali melanda.
"Kamu di sini juga, Fithra."
Aku langsung menoleh kala mendengar suara yang dua hari ini menyapa telingaku. Benar saja, lelaki satu sekolahku ada di sampingku. Dia berdiri bersama seorang anak perempuan yang manis. Entah kebetulan apa lagi hingga bertemu dengannya lagi.
"Apa kamu menyukai tempat ini?" tanyanya duduk di sebelahku yang diikuti oleh gadis kecil di sampingnya itu.
Mungkin dia adalah adik dari Rio, pikirku. terlebih lagi dengan melihat wajah mereka cukup mirip di mataku. Mereka hanya diam, tidak ada yang bersuara satu pun. Anak perempuan itu sibuk memakan camilannya sejak datang.
"Kak Rio, kakak di sebelah itu teman Kakak?" tanyanya memecahkan keheningan saat itu.
"Iya, teman sekolah Kakak. Namanya Kak Fithra. Oh ya Fith, kenalkan ini adikku Nira. Aku tidak menyangka datang ke tempat ini dapat bertemu denganmu lagi. Padahal awalnya aku hanya terpaksa karena Nira yang terus merengek ingin melihat senja di tempat ini. Sepertinya kamu memiliki hobi yang sama dengannya," ucap Rio bercerita.
Aku menoleh ke samping, melihat gadis kecil bernama Nira itu menatapku dengan senyumannya yang manis. Aku yang sudah lama tidak tersenyum, membenci banyak hal, bahkan nyaris tidak pernah mengobrol itu langsung membuatku bingung untuk menanggapi kedua orang itu. Apalagi pada Nira yang baru saja aku kenal.
"Senang mengenal Kak Fithra. Kakak suka tempat ini dan menunggu senja bukan?" ucap Nira seakan dapat membaca apa yang tengah aku lakukan.
"Benar," jawabku singkat.
"Begitu," balasnya meluruskan pandangannya ke danau tersebut.
"Kak Rio itu selalu saja sulit di ajak ke mari. Karena tempat ini adalah tempat favorit keluarga kami. Dulu kita dengan ayah dan ibu sering datang ke tempat ini saat weekend. Namun, setelah kecelakaan yang membuat kedua orang tua kita meninggal. Kak Rio tidak pernah mau datang ke mari."
Aku terdiam mendengar Nira yang tengah bercerita. Anak itu tanpa sungkan menceritakan masa lalunya di depan orang asing sepertiku yang baru saja dia kenal. Tentu saja jika itu aku, rasanya tidak nyaman melakukan semua itu.
"Hey Nira! Jangan bahas soal itu!" tegur Rio yang tampaknya tidak ingin mengingat masa lalu itu.
Sejenak aku merasa jika kita berdua sama. Sama-sama memiliki mimpi buruk tentang masa lalu. Namun mimpi burukku masih berlanjut hingga saat ini. Itu semua membuatku menutup diri dari lingkungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Rumah Berteduh
Teen FictionPada umumnya rumah adalah tempat berteduh bagi semua orang, ia menciptakan suasana nyaman dan tentram, yang tentunya sangat menyenangkan bagi penghuninya. Namun, apalah jadinya jika rumah tersebut bukanlah tempat berteduh. Melainkan tempat yang ti...