AD (20)

7.1K 480 27
                                    

*****

Shani telah berada di kamarnya. Ia sedang menatap adik bungsunya yang masih tertidur dengan nyenyak itu.

"Kamu harus kuat ya dek buat ngelawan penyakit yang ada dalam diri kamu itu."

"Cici ga akan rela kalo kamu akan ninggalin kita semua! Cici yakin kamu pasti kuat dek!" Shani terus membatin di dalam hati sampai air matanya menetes.

Shani yang tersadar telah menangis itu pun menyapu air matanya, lalu ia beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Sementara itu, terlihat Adel yang sedari tadi sedang tidur tiba-tiba kesusahan bernafas saat ia masih memejamkan matanya.

Adel pun membuka mata sambil menyentuh hidungnya yang ternyata sedang mimisan.

"Lah kok aku bisa di kamar cici si!" gumamnya saat menyadari kalau dia tidak lagi sedang berada di kamarnya.

"Ke kamar aja lah... Ini lagi mimisannya napa banyak banget si ah!" gumamnya lagi sambil beranjak pergi keluar dari kamar tersebut.

Adel terus menerus mendongakkan kepala sambil menadahkan tangannya saat ia sedang berlari menuju kamarnya.

Setelah sampai di kamar, Adel segera pergi ke kamar mandi lalu membersihkan darah yang terus menerus mengalir dari hidungnya itu sambil menangis.

Sementara itu, Shani yang sudah selesai membersihkan badannya pun kaget saat melihat ada banyak darah berceceran di lantai kamarnya.

"Darah?.... Astaga dedekk!!" ucapnya saat menyadari kalo itu adalah darah milik Adel dikarenakan adiknya itu sudah tidak berada di sana.

Shani yang khawatir pun langsung berlari ke kamar Adel untuk memastikan keadaannya.

"Dekk bukaa deee!" teriak Shani sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar adiknya itu.

"Kenapa ci! Kok cici kaya lagi panik gitu?" heran Jinan saat baru tiba di depan pintu kamar Adel yang diiringi oleh Gita, Chika dan Zee di belakangnya.

"Itu tadi cici kan abis mandi, nah pas cici udah selesai tiba-tiba dedek ga ada di kamar cici!" ujar Shani menjelaskan.

"Berarti dedek udah ada di dalem kamarnya dong ci! Kok cici malah jadi panik?" ucap Zee merasa heran.

"Yaa karna ada darah berceceran di lantai kamarnya cici! Gimana cici ga panik coba?" sahut Shani membuat keempat adiknya itu terkejut.

"Kenapa ga bilang dari tadi si cii??"

"Dek buka pintunya sayang!" teriak Chika.

"Dek! Kamu gapapa kan?" ucap Gita ikut berteriak.

Tak lama setelah itu, pintu pun terbuka memperlihatkan Adel yang sedang menangis sambil menadahkan tangannya di hidung karna mimisannya yang tak kunjung berhenti.

"Yaampun dek! Sini sayang." Ucap Shani menopang Adel berjalan memasuki kamar menuju kasurnya.

"Dek, kenapa ga bilang si kalo kamu lagi mimisan?!" ucap Jinan terlihat khawatir namun Adel hanya diam saja sambil menangis sesegukan.

Adel's DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang