Selama di perjalanan menuju rumah, terlihat mobil yang berisikan enam orang tersebut hanya dipenuhi oleh satu suara saja di sepanjang jalan.
"Wih, kak coba liat itu lampunya bagus banget!"
"Ih mau beli balon yang kayak gitu!?"
"Aaa lucu banget itu mainannya!"
Suara tersebut berasal dari orang yang seharusnya beristirahat setelah keluar dari rumah sakit, namun tidak baginya yang merasa senang karena melewati pasar malam yang ingin sekali ia datangi pada saat itu juga, tetapi tentu hal tersebut dilarang keras oleh kelima kakaknya karena dirinya baru saja sembuh bahkan belum sepenuhnya pulih.
"Kenapa gak boleh mampir bentar sih, Kak? Dedel kan pengen ke pasar malem ..." lirih Adel sambil tertunduk.
"Nanti aja ya, Dedek baru sembuh sayang ... nanti kalo kamu kecapean gimana?" sahut Chika, karena dirinya duduk tepat di samping sang adik, kini ia pun mulai mengusap lembut puncak kepala adiknya yang sedang menunduk itu.
Adel mendongakkan kepalanya. "Gak kok, Dedel gabakal kecapean ... percaya deh! Jadi kita mampir aja ya, Kak ya?" bujuk Adel pada kakak-kakaknya itu.
"Nanti aja ya ... lagian angin malem gak sehat buat kamu, Dek. Apalagi sekarang cuacanya lagi gak bagus ..." ucap Shani memberitahu sang adik sembari fokus menyetir.
"Tapi Dedell mau ke sanaa Kakk ... mampir bentar aja ya, Kak? Pleasee!!" rengek Adel yang masih berusaha untuk membujuk kelima kakaknya itu.
Sedangkan Jinan yang berada tepat di samping Shani itu pun menghela nafasnya secara kasar, lalu ia berbalik menatap tajam sang adik yang duduk di tengah-tengah antara Chika dan juga Gita.
"BISA NURUT GAK SI? UDAH DIBILANGIN DARI TADI KAMU ITU BARU AJA SEMBUH, MAU NAMBAH PENYAKIT HAH?!!" bentak Jinan yang sudah tersulut emosi tentu membuat Adel jadi terdiam dan menangis.
Sementara saudaranya yang lain itu pun terkejut karena melihat Jinan yang membentak Adel untuk pertama kalinya.
"JINAN! apa-apaan kamu ngebentak dedek kek gitu?! kan bisa dibicarakan baik-baik sama dedeknya, Nan!" Shani membentak saat memanggil Jinan, namun di pertengahan kalimat ia mencoba untuk menahan amarahnya dan kembali berbicara dengan pelan. Shani tidak ingin memperkeruh suasana jika dirinya juga ikut tersulut emosi, karena sebenarnya Shani paham jika Jinan, adik pertamanya itu sedang merasa lelah dan yang pasti pikirannya juga dipenuhi oleh perkataan dari dokter tadi.
"Kalo Kakak ngerasa cape, ngelampiasinnya jangan ke dedek Kak! kasian dedek jadi takut gini ..." ucap Gita pada Jinan, terlihat ia tengah mencoba untuk menenangkan sang adik yang sedang menangis di dalam dekapannya Chika.
Sedangkan Zee yang berada di kursi paling belakang juga ikut membantu untuk menenangkan adiknya itu dari belakang dengan mengelus kepala sang adik.
Shani yang sedari tadi fokus menyetir itu pun mulai merasa kesal pada adiknya, Jinan. Karena sedari tadi Jinan sama sekali tidak menganggapi teguran dari Shani maupun Gita, kini Shani pun mulai menepikan mobil miliknya itu dan memberhentikannya di tempat yang lumayan sepi.
Hal tersebut tentu membuat Jinan kini menatap pada sang kakak dengan tatapan yang sayu, dan dapat dilihat dari matanya yang sudah mulai memerah jika sebenarnya ia menyesal karena untuk pertama kalinya ia membentak adik kesayangannya itu.
Shani mendekat ke telinga Jinan.
"Cici gak akan jalan kalo kamu gak minta maaf sama Dedel!" bisiknya.Jinan pun menghela nafasnya, ia lalu beranjak keluar dari mobil tersebut dan berjalan ke pintu belakang tempat di mana Gita duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adel's Disease
Random"Aku ingin nyerah but, my five siblings always give color to my dark life" -Adel "Kami akan selalu ada buat adek kecil kami, and find a way to cure the disease" -Siblings Nayzeciver