"Mana sih, lama banget nih Paris," cibir Aneesha yang sudah sangat bosan menunggu ke datangan nasi goreng miliknya.
Dia menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke gini karena merasa bosan. Mood Aneesha turun begitu saja ketika Cindy justru ikut meledek dirinya karena di suruh hafalan terus menerus oleh Faris. Aneesha menghela napasnya, dia merenung.
"Ihh kan pas ketemu dia bilangnya santri ya? Kok malah banyak yang manggil ustadz sih? Waduh di tipu aku!" seru Aneesha sembari menepuk keningnya.
"Ada apa?" balas Faris yang tiba-tiba saja menyahuti Aneesha, membuat Aneesha merasa terkejut hingga dirinya menegakkan tubuhnya untuk duduk dan menatap ke arah Faris.
"Ish bikin kaget saja!" kesal Aneesha, dia berjalan ke arah Faris dan merebut kantong plastik yang ada di tangan Faris.
"Astaghfirullahalazim, perasaan kemarin udah jinak deh. Kenapa sekarang balik lagi ke setelan pabrik," gumam Faris lirih sehingga Aneesha tak dapat mendengarnya.
Faris mengelus dadanya dengan lembut melihat istrinya justru menyantap nasi goreng itu tanpa memperdulikan dirinya yang juga menginginkannya. Faris mendekati Aneesha dan duduk di hadapannya.
Faris mengambil sendok Aneesha. Belum sempat di pegang olehnya, Aneesha sudah merebut terlebih dahulu sendoknya. Raut wajah Faris berubah menjadi masam.
"Cobaan apa lagi ini ya Allah," lirihnya.
Aneesha mendengarnya, tetapi dirinya tak menghiraukannya. Hingga suara bunyi perut Faris terdengar nyaring di telinga Aneesha. Dia mendongak, menatap wajah suaminya yang terlihat sendu. Aneesha menghela napasnya, dia merasa kasian.
Aneesha menyodorkan suapan pada Faris yang tertunduk, membuat pria itu mendongak. Binar mata Faris yang terlihat bahagia itu terekam jelas di mata Aneesha, seketika Aneesha menjadi merasa bersalah. Faris menerima dari istrinya dengan senang hati.
"Terima kasih, Humaira," ucap Faris dengan tulus.
"Kenapa berterima kasih padaku? Bukankah ini kamu yang membelinya, Hubbie?" tanya Aneesha dengan heran.
Faris tersenyum dengan lembut, dia memegang pipi Aneesha yang terlihat merona akibat ulahnya. Faris mengelusnys lembut.
"Ini untukmu, aku membelikannya untuk kamu ya Habibti. Aku yang salah karena melupakan jika makanmu sedikit lebih banyak di bandingkan perempuan lainnya. Maafkan aku," lirihnya.
Aneesha tak tersinggung, memang makan dia lebih banyak dari perempuan di luar sana. Dia tak merasa malu jika Faris mengetahuinya, lagipula Faris mengetahui itu sudah dari lama. Lalu untuk apa lagi dirinya merasa malu?
Aneesha memegang tangan Faris yang mengusap pipinya. "Tak apa, lagipula ini banyak kok porsinya. Jadi tak apa jika hari ini kita makan seporsi berdua." Aneesha menunjuk nasi goreng miliknya.
Faris tersenyum, "Tidakkah Engkau merasa lapar ya Humaira?" tanya Faris dengan lembut.
Aneesha menggeleng dengan yakin, dia kembali menyuapi dirinya dan kemudian menyuapkannya pada Faris. Meskipun ragu, Faris tetap menerima suapan dari istrinya.
Bagaimana bisa istrinya kenyang hanya makan satu porsi saja? Bukankah tadi istrinya mengeluh lapar? Faris sudah hafal dengan porsi makan Aneesha. Dia merasa yakin jika istrinya saat ini sedang berbohong, supaya dirinya juga bisa makan malam ini.
Faris merasa bersalah, seharusnya dirinya membeli 2 bungkus nasi gorengnya dan tak menuruti egonya yang ingin makan sebungkus berdua dengan istrinya. Seharusnya dia ingat jika porsi makan Aneesha sangat banyak, bisa di bilang lebih banyak porsi makan istrinya di bandingkan dengan dirinya.
---Huek
Faris terbangun ketika mendengar suara orang muntah yang berasal dari kamar mandi. Faris seketika terduduk, dia mencari Aneesha. Tak ada, berarti yang berada di kamar mandi adalah istrinya.
Faris bergerak turun dan menghampiri istrinya. Dia membantu Aneesha untuk mijat punggung Aneesha, berusaha untuk membantunya.
"Muntahin terus, Yang."
Aneesha menahan tangan Faris dan sengan napas yang tertahan, Aneesha menarik baju Faris untuk menyeka mulutnya yang terkena sisa muntuhannya. Namun, Faris tak marah dan justru membiarkan Aneesha berbuat semaunya.
"Ihh capek, gendong!" rengek Aneesha, merentangkan kedua tangannya di hadapan Faris.
Aneesha langsung masuk ke dalam pelukannya suaminya ketika Faris juga mengulurkan tangannya untuk menggendong Aneesha. Faris mengangkat tubuh Aneesha yang sedikit lebih berisi dari biasanya, dia menurunkan Aneesha di atas kasur dan membaringkan tubuh istrinya.
Dia mengusap keringat yang keluar di pelipis istrinya, di kecupnya singkat kening Aneesha. Faris ikut berbaring di samping Aneesha, membuat Aneesha merasa nyaman dan kembali memasuki alam mimpi.
Saat ini merupakan pukul 01.00 malam hari, sehingga Faris membiarkan Aneesha tidur terlebih dahulu sebelum nantinya akan sholat tahajjud bersamanya. Itu merupakan rutinitas mereka berdua.
Faris mengecup kening Aneesha lagi, tetapi kali ini Faris menciumnya lebih lama lagi. Setelah puas, Faris sedikit menjauhkan tubuhnya dari Aneesha. Menatap istrinya dari jarak dekat seperti ini, membuat kecantikan Aneesha semakin bertambah.
"Ahlam sa'eedah ya Habibti."
---
Huek
Sekali lagi tidur Faris terganggu oleh suara Aneesha yang sepertinya sedang memuntahkan sesuatu. Faris membuka matanya, dia terduduk dan menatap ke arah samping. Benar, tak ada istrinya di sampingnya.
Faris menghela napasnya pelan. Dia beranjak bangkit dan menghampiri Aneesha yang masih berada di dalam kamar mandi. Untung saja Aneesha tak pernah menguncinya, Faris melayangkan tangannya untuk membantu Aneesha mengeluarkan isi perutnya.
Setelah seluruhnya keluar, Aneesha bersandar di tembok. Dirinya sudah merasa tak kuat lagi menahan semuanya. Energi Aneesha seperti terkuras begitu saja. Faris yang peka pun mengusap kening istrinya dengan lembut, membersihkan sisa air keringat yang ingin berjatuhan.
"Masih kuat berjalan?" tanya Faris dengan khawatir, dia memegangi tubuh Aneesha.
Aneesha mengangguk, "Iya," balas Aneesha dengan lirih, dia berusaha mengangkat berat tubuhnya sendiri.
Tubuh Aneesha yang lemah, membuat Aneesha tak mampu menahan tubuhnya. Sehingga dirinya terhuyung sedikit ke depan, untung dengan sigap Faris menangkap tubuhnya.
"Astaghfirullah, udah sini Mas gendong aja ya, Humaira?" Dengan cepat Faris mengangkat tubuh Aneesha dan membawanya ke ranjang mereka berdua.
Dengan pelan Faris meletakkan Aneesha di sana, agar tak merasakan sakit di tubuhnya. Faris juga mengecup kening Aneesha yang saat ini sedang terpejam.
"Besok tes ya?" Aneesha yang masih sadar pun mengggeleng.
Faris menghela napasnya pelan. Dia ikut merebahkan tubuhnya di samping tubuh Aneesha. Merubah posisinya menjadi menyamping, Faris memeluk tubuh kecil Aneesha.
"Selamat tidur, Sayangku."
---
Baca yang ini aja, jangan yang sebelah
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Mas Santri [END]
Teen FictionDI MOHON UNTUK MEMBACA SEASON 1 NYA TERLEBIH DAHULU, KARENA ADA BEBERAPA TOKOH YANG MEMANG DARI SEASON 1! Aneesha Ayu Dira, Perempuan muda yang mencintai seorang santri. Perjuangannya selama ini tak sia-sia, santri itu membalas perasaannya dan hing...