Babnya masih ke sambung sama bab sebelumnya ya🥺
----
Faris mengelus perut Aneesha di hadapan Ali dan Amira, sedangkan kedua temannya itu mengangga melihat Faris yang terlihat semakin romantis dengan istrinya.
Aneesha tak mempedulikannya, dia justru mendekatkan diri dan memeluk tubuh Faris yang sekarang lebih berisi di bandingkan dengan sebelum menikah dengannya. Faris tersenyum, dia membalas pelukan Aneesha.
"Sayang, kamu ke sini sama siapa?" tanya Faris lembut.
"Sendiri."
Faris sebenarnya khawatir, tetapi dirinya tak bisa memarahi istrinya. Terlebih ketika Aneesha justru mengerucutkan bibirnya, menatap Faris dengan tatapan kesal dengan tangan yang sudah terlebih di dadanya. Faris terkekeh, dia mencubit pipi Aneesha dan membuat wanita itu memekik kesakitan.
"Awh ... Sakit Humai." Faris meringis kecil.
Aneesha tak mempedulikannya, dia bangkit berdiri dan meninggalkan ruangan itu. Faris yang tahu istrinya sedang merajuk pun segera menyusul langkah kaki Aneesha.
Aqila, Amira dan Ali menyaksikannya sendiri. Dimana Faris yang menatap Aneesha dengan tatapan cinta, membuat mereka semua tak bisa mengelak lagi. Faris benar benar mencintai Aneesha.
"Lebih baik aku sudahi perasaan ini, dia sudah bahagia dengan cintanya," batin Aqila sakit.
Amira memeluk tubuh Aqila untuk menenangkan perempuan itu, tetapi dirinya sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi. Semuanya telah usai, jika di paksa maka akan berimbas ke pertemanan mereka semua.
---
"Humai?" panggil Faris yang sudah berhasil menyusul langkah kaki Aneesha.
Dia ikut duduk di samping Aneesha yang sedang menatap pepohonan di sekitar mereka, Faris kembali mendekap tubuh Aneesha dan kali ini istrinya itu terdiam. Aneesha mencari kenyamanan di dalam dekapan Faris yang terasa begitu hangat, pikirannya sedikit melayang dengan kejadian tadi.
"Rupanya kesalah pahaman ini berawal dari aku? Berarti aku telah menyakiti banyak orang?" batin Aneesha, tanpa sadar air matanya luruh mengenai dada Faris.
"Ini bukan salah kamu, Humai." Faris mengusap air mata Aneesha.
Aneesha mendongak, kedua netra mata mereka beradu. Faris mengecup ubun-ubun istrinya dengan sayang, sedangkan Aneesha memejamkan matanya.
"Tapi semuanya berawal dari aku 'kan? Andai aku memikirkan hingga ke sana, mungkin ini tidak akan terjadi. Aku juga kasihan pada kak Aqila," balas Aneesha.
Faris tersenyum, "Tidak apa apa, kamu jangan ngerasa bersalah ya," jawab Faris.
"Oh iya kamu kenapa tiba-tiba ada di sini?" tanya Faris masih penasaran dengan kedatangan istri yang muncul secara tiba-tiba.
Flashback
"Abi, Anes kangen sama menantu kesayangan Abi itu," ucap Aneesha sembari mengerucutkan bibirnya. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain, membuat Halwa dan Kahfi menghela napasnya pelan.
"Kan 4 hari sayang," balas Halwa mencoba untuk bersabar.
Aneesha kembali menatap ummahnya. "Tapi anaknya menantu abi ini udah kangen sama bapaknya."
"Iya ummah tau, tapi mau gimana lagi sayang?" Halwa masih mencoba bersabar, sedangkan Kahfi hanya terdiam. Sepertinya Kahfi sedang memikirkan sesuatu.
"Kamu kangen suamimu 'kan? Mau ketemu sama dia?" tanya Kahfi tiba-tiba.
Halwa yang mendengarnya pun segera menoleh ke arah suaminya, Halwa menatap Kahfi dengan tatapan yang tak terbaca.
"Apa sayang? Benerkan kalau dia kangen suaminya ya samperin. Bukankah obat rindu itu bertemu?" tutur Kahfi, dia menarik pinggang Halwa dan memeluk tubuh istrinya dari samping.
Aneesha mendengus ketika melihat kemesraan abi dan ummahnya. Kahfi tertawa kecil, dia mengambil ponselnya dan mengutak-atik sebentar. Kahfi memberikan ponselnya pada Aneesha, seakan memberitahu sesuatu.
Aneesha menerima ponsel itu dengan heran, tetapi wajahnya itu berubah menjadi sumringah ketika melihat Kahfi yang memesankan dirinya tiket kereta untuk menyusul Faris ke Semarang.
"Terima kasih Abi!" pekik Aneesha, dia beranjak bangkit dan memeluk tubuh Kahfi.
Kahfi yang tak siap pun terjengkang ke belakang.
"Astaghfirullah!" ucap Halwa yang melihat Aneesha jatuh di atas tubuh Kahfi, Halwa segera membantu putrinya untuk bangkit berdiri. Halwa juga memastikan perut Aneesha baik baik saja.
"His, yang hati-hati sayang. Gimana mau pergi ke Semarang sendirian kalau kamu semakin ceroboh, ummah gak mau cucu ummah kenapa-napa!" oceh Halwa.
Aneesha menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia menganggukkan kepalanya seolah mengerti dengan ucapan Halwa.
"Yaudah siap siapa sana, jam 8 besok loh ya?" ucap Kahfi memastikan.
Aneesha mengangguk lagi, dia mengecup pipi Halwa dan segera berlari ke atas untuk prepare barang bawaannya. Halwa memekik ketika melihat Aneesha berlari menaiki tangga.
---
Faris menyubit hidung istrinya dengan gemas, ternyata istrinya itu sempat lari-larian membawa buah hati mereka. Apakah istrinya itu tidak takut terjadi sesuatu pada buah hatinya? Apalagi Aneesha pergi sendirian, dia merasa khawatir.
"Lain kali gak boleh ya?"
"Boleh!"
"Tidak!"
"Boleh!"
Faris yang gemas pun langsung memeluk tubuh istrinya dan mendekapnya dengan erat, membiarkan istrinya sedikit kesusahan mencari napas. Salah siapa istrinya tidak pernah menurut dengannya.
"Nurut nggak?" ucap Faris sembari menahan tawanya.
"Mmphh i-iya." Aneesha memukul kecil Faris.
Faris yang mengerti pun segera melepaskan istrinya dan membiarkan wanita itu mengambil napasnya. Faris terkekeh kecil melihat wajah istrinya yang sedikit memerah akibatan kurangnya pasokan udara.
"Gak boleh sendirian lagi ya?" pinta Faris, dia sedikit mengkhawatirkan Aneesha yang suka ceroboh.
"Janji!"
---
Jangan lupa vote dan komen ya
Bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Mas Santri [END]
Fiksi RemajaDI MOHON UNTUK MEMBACA SEASON 1 NYA TERLEBIH DAHULU, KARENA ADA BEBERAPA TOKOH YANG MEMANG DARI SEASON 1! Aneesha Ayu Dira, Perempuan muda yang mencintai seorang santri. Perjuangannya selama ini tak sia-sia, santri itu membalas perasaannya dan hing...