four.

6 1 0
                                    


Tak tahu apa yang salah, pada akhirnya pintu terbuka. Setelahnya pun pintu dapat digunakan seperti biasa. Tina kini berbaring di Pusat Kesehatan. Tubuhnya terasa dingin namun penuh keringat. Lia dan Yuko tak bisa menemani karena harus kembali mengerjakan tugas mereka.

Tina tak sendirian, karena Arion ada bersamanya. Duduk di kursi dekat Tina berbaring, berpose memegang dagu. Jemarinya yang menganggur memainkan rambut Tina sembari bersenandung,

Di tempat nan jauh disana,

Air membasahi jiwa, jiwaku dan jiwamu,

Sejuknya terasa membekukan hati,

Disana terlihat merah dan biru bergandengan tangan,

Ternyata kita satu, meski berbeda~

"Tina, ayo bangun. Aku bosan." Arion berucap pelan setelah bersenandung. Namun jemarinya masih setia memainkan rambut Tina.

Mata Arion berbinar kemudian. Sepertinya dia punya ide bagus. Melepaskan rambut Tina yang dia mainkan, kini Arion menutup mata.

"Mari kita lihat, apa yang ada dipikiranmu, Tina?" Arion melihat sekeliling setelah sampai. Karena bosan, dia akan berkeliling melihat ingatan Tina.

"Rion." Arion menoleh seketika. Dia terkejut. Matanya melotot melihat seorang wanita cantik yang menyapanya. Wajahnya sangat manis dengan senyuman yang terlihat bersinar itu. Rambutnya panjang bergelombang berwarna coklat, bola mata hijau itu bagaikan bintang yang menerangi langit malam.

"Jangan memanggilku seperti itu." Arion segera menoleh setelah mendengar suara lain. Ternyata wanita itu tidak memanggilnya, melainkan lelaki yang kini sudah menggandeng tangan si wanita.

Arion diam mematung, kepalanya kini menunduk lama hingga matanya tanpa sadar melihat sesuatu.

Dikehidupan selanjutnya (jika ada), mari saling mencintai kembali. -Rion dan Tia-

Di tempat nan jauh disana~

Arion segera mencari sumber suara. Disana, mereka bergandengan tangan sembari bernyanyi.

Air membasahi jiwa, jiwaku dan jiwamu~

Terlihat sang wanita menyandarkan kepalanya pada bahu si lelaki. Mereka terus bernyanyi. Tak mau lagi mendengarnya, Arion segera pergi. Kini ia sudah berdiri menjulang disamping Tina yang masih terlelap. Entah kenapa dia kembali merasa kesal.

"Itu bukan aku." Arion berkata pada dirinya sendiri. Seolah meyakinkan diri sendiri namun dia pun juga merasa tak seyakin itu.

Arion berbalik. Rasa kesalnya tak berkurang juga, hingga akhirnya ia memilih menghilang, pergi menjauhi Tina.

Ditempat lain dimana kedua adiknya berada, dirumah sang nenek. Nenek Mia namanya. Biasanya dia dipanggil Nek Mia, begitupun dengan Tina dan kedua adiknya yang juga memanggilnya Nek Mia.

"Sepertinya aku gagal lagi kali ini."

"Apa nenek mengatakan sesuatu?" Dewa bertanya setelah mendengar gumaman Nek Mia. Mendapat gelengan kepala dari Nek Mia, Dewa kembali menyuapi Zakfar makan. Hari jumat dan sabtu adalah hari Dewa bisa pulang lebih awal daripada biasanya, itulah kenapa sekarang dia yang bertugas menyuapi Zakfar.

"Kakak, kapan Kak Tina pulang?" Zakfar bertanya dengan mulut penuh makanan.

"Sebentar lagi." Dewa menjawab singkat. Tangannya kembali menyuapi adiknya.

Lain di kantor maupun rumah Nek Mia. Ternyata Arion kembali ke istananya. Rasa kesalnya tak berkurang sedikitpun, entah karena apa. Karena rasa kesal itu pun kini istana sudah dalam keadaan kacau. Hanya kursinya yang tetap berdiri tegak.

Arion terbang menuju kursinya, kemudian duduk dalam perasaan kesal bercampur marah. Kemarahannya memuncak sebab ia tak tahu apa alasannya.

"Tina, apapun yang terjadi aku akan memakanmu." Arion mengepalkan tangannya marah.

Perasaan Arion yang begitu menggebu itu entah sampai pada Tina atau tidak, namun Tina kini melotot terkejut. Seketika terbangun dengan perasaan tak nyaman. Kepalanya nyeri, sungguh sakit. Dan jantungnya berdetak begitu kencang.

"Rion. Rion? Siapa Rion?" Kepala Tina pusing. Makin pusing saat mulutnya tiba-tiba mengatakan Rion. Siapa Rion? Seingatnya dia tak pernah punya teman maupun kenalan dengan nama Rion.

Tina memilih merebahkan tubuh kembali, menutup kepalanya dengan lengan. Entahlah, perasaannya sungguh tak nyaman.

"Kak Tina? Udah bangun?" Sebuah suara segera menyadarkan Tina. Disana seorang petugas kesehatan tengah berjalan mendekat.

"Minum dulu, kak." Tina menurut saja. Segera meminum air yang disodorkan.

"Ada yang sakit, nggak?" Tina menggeleng. Dia terlalu lemah untuk menjawab.

"Tadi temen kakak kesini, ngasih ini." Petugas itu menunjuk tas yang berisi bekal makan siangnya. "Mereka nggak bisa nemenin kakak karena harus segera pergi dinas, dadakan katanya." Petugas itu melanjutkan.

"Aku tinggal ya, kak. Kalau butuh apa-apa pencet aja belnya," katanya lagi sembari menunjuk bel di dinding belakang Tina. Setelahnya Tina mengangguk, matanya menatap punggung si petugas pergi.

Di meja sampingnya, Tina melihat tas bekal dan juga handphone miliknya. Tangannya segera mengambil tas bekal, berniat untuk cepat makan karena perutnya terasa lapar.

Setelah kegiatan makannya usai, Tina mengambil ponselnya lalu menyandarkan punggung pada dinding. Yang sekarang dia lakukan adalah melamun. Memikirkan banyak hal.

Dinginnya AC ruangan itu tak juga ikut mendinginkan pikiran Tina. Ada begitu banyak hal yang terasa menganggunya. Sekian menit telah berlalu namun Tina tetap diam. Hingga sebuah dering telfon menyadarkannya.

Maaf, ya. Aku tidak bisa menemanimu. Aku dan Yuko pergi dinas ke perusahaan XZ.

Aku menitipkan bekal dan ponselmu pada petugas. Semoga cepat sembuh ♡(*'ω`*)/♡

Jangan memikirkan pekerjaan dulu, untuk sementara pekerjaanmu akan kami handle.

Aku diberi kabar oleh petugas, katanya kau sudah siuman. Bagaimana keadaanmu?

Tina tersenyum membaca pesan dari Lia. Jarinya segera mengetik, mengatakan bahwa dia baik baik saja. Setelah itu terdengar dering ponsel lagi, menandakan Lia telah membalas pesannya.

Tina terdiam lagi. Kini memilih untuk merebahkan tubuhnya menghadap langit-langit. Matanya terpejam mencoba untuk tidur.

Apapun yang terjadi nanti. Untuk saat ini, tolong biarkan aku tidur. Tina memohon dalam hati. Berharap dengan begitu dia bisa tidur dengan perasaan tenang.

"Rion.. "

.
Bersambung..

Satu chapter lagi menuju ending😗

Aku MilikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang