three.

9 1 0
                                    


Diatas sana Arion tersenyum miring melihat Tina, melihat aura Tina yang tak lebih pekat dari semalam. Apa ada hal baik yang terjadi pada gadis itu? Padahal Arion berharap setidaknya aura Tina menggelap sedikit, tapi sepertinya Arion yang harus melakukannya sendiri.

"Aku datang, sayang." Arion terbang mendekati Tina yang tengah duduk di halte bis. Berterbangan dibelakang Tina dengan niat buruk.

"Apapun yang terjadi, kau harus jadi makananku." Arion berbisik tepat ditelinga kiri Tina. Kepala Tina langsung menoleh, namun matanya tak mendapati apa-apa. Kini otaknya berpikir mungkin saja dia salah dengar.

Tak berselang lama, bis yang ditunggu akhirnya tiba. Tina segera masuk agar dapat tempat duduk. Senyum tipis terpatri di bibir Tina melihat ada banyak kursi kosong, kakinya berjalan menuju kursi kosong itu, kemudian mendudukkan diri didekat jendela. Disampingnya tentu saja diisi Arion.

Tangan Arion bersedekap, kepalanya menoleh menghadap Tina. Melihat Tina yang menikmati pemandangan luar dengan senyuman entah kenapa sedikit mengusiknya.

"Aku lebih suka melihatmu menangis." Arion semakin mendekat, tanpa sengaja hidungnya menghirup aroma Tina. Arion terhenyak, kemudian segera menjauh. Berniat menghirup aura Tina, namun hidungnya malah tanpa sengaja mencium aroma tubuh Tina.

"Sialan." Arion menggeram marah sambil menutup mulut dan hidungnya dengan satu tangan.

"Ah!" Tina terkejut, matanya menutup dengan reflek. Kepalanya segera menghadap depan dimana pak sopir berada. Sama seperti yang dilakukan Tina, semua penumpang juga menghadap depan. Bertanya-tanya mengapa tiba-tiba bis oleng.

Saat ini bis berhenti tepat sebelum menabrak pembatas jalan. Tercium aroma asap hingga kedalam bis, membuat semua penumpang batuk-batuk. Asap mengepul mengerubungi bis, melihat itu dengan sigap sopir bis segera memberi instruksi untuk keluar.

Semua penumpang bahkan sopir bis juga keluar. Mereka melihat keadaan bis yang sepertinya mogok. Sopir bis segera menelpon seseorang, meminta bantuan. Sedangkan banyak penumpangnya menggerutu kesal, termasuk Tina.

Tina melihat jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 8:40, dirinya ketar ketir. Sebentar lagi waktunya masuk kantor. Jika terlambat bisa saja nilainya akan berkurang, atau bahkan gajinya yang dikurangi. Tina menghentakkan kakinya, dia khawatir. Apa perlu dia pesan ojek saja? Padahal ongkos naik bis lebih murah, tapi jika tidak berangkat sekarang bisa-bisa ia terlambat.

"Permisi, pak. Apa perbaikannya masih lama ya?" Tina mencoba bertanya pada pak sopir yang juga tengah menunggu.

"Waduh, iya mbak. Maaf, ya. Padahal tadi pagi pas di cek nggak apa-apa, tapi nggak tahu ini kok malah begini." Pak sopir menjawab dengan ramah sembari tersenyum.

Mau tak mau Tina memesan ojek saja, daripada harus terlambat. Sedangkan penyebab semua ini terjadi, Arion, melihat saja dengan tampang datar. Ia kini sudah terbang diatas semua orang, enggan berdekatan dengan Tina. Namun tetap mengikutinya ketika Tina telah naik motor menuju kantornya.

Tepat pukul 09:00 Tina berhasil absen tanpa terlambat sedetik pun. Kini tubuhnya sudah dipenuhi keringat karena berlari sejak turun dari motor. Tina menghela nafas lelah. Padahal masih pagi tapi dia sudah berkeringat begini. Membuatnya tak nyaman, meskipun begitu kakinya tetap berjalan menuju lift.

Lantai tiga menjadi tujuan Tina. Segera berjalan menuju mejanya, menaruh tas lalu duduk nyaman.

"Tumben baru dateng." Itu suara Lia, karyawan magang juga seperti Tina. Mendengarnya membuat Tina menghela nafas mengingat kejadian tadi.

"Hah? Kenapa?" Lia bertanya setelah melihat raut lelah dimuka Tina.

"Bisnya mogok." Tina menjawab singkat. Bermaksud bercerita lebih namun matanya tanpa sengaja melihat Kak Rahma, senior Divisi Desain 03 memasuki tempatnya. Biasanya jika Kak Rahma yang masuk, akan terjadi keributan.

Aku MilikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang