Bagian Empat

1.3K 38 6
                                    

Aku senang saat orang mencemaskan keadaanku. Entah kenapa aku juga tak tahu. Kulihat wajahnya sedikit pucat saat membantu mengangkatku ke klinik Pratama yang letaknya tak jauh dari lokasi kecelakaan ku.


Semua memang sudah kupersiapkan sedetail mungkin. Aku tak mau mati konyol hanya demi rasa penasaran dan keinginanku untuk mengentoti pantat sekalnya James.

Lokasi kecelakaanku kuatur dekat dengan rumah sakit atau klinik yang bisa sewaktu-waktu langsung memberikan pertolongan padaku.

Begitu sampai di klinik, celanaku langsung dirobek oleh perawat yang langsung bertindak cepat membersihkan semua luka disekujur tubuhku.

Mataku tak lepas dari wajah James yang setia menemaniku. Aku layaknya manusia purba saat ini. Tak lagi bercelana, dan berbaju karena sudah dirobek oleh si perawat jaga. Tubuhku hanya dibalut celana dalam saja hingga sedikit banyak membuat telingaku sedikit memerah.

Padahal semua sudah kuatur sedetail mungkin, tapi ada saja yang kelupaan. Seharusnya hari ini aku memakai celana dalam model boxer. Tapi saking bersemangatnya aku malah lupa dan memakai brief hingga aku merasa sedikit tidak nyaman.

Tanpa perasaan, perawat jaga klinik membersihkan luka-luka ku dengan alcohol. Tangannya dengan lincah menggosok-gosok luka ku hingga membuatku mengerang kesakitan. Tak sadar tangan James yang memegangiku kuremas kuat saat luka dipahaku yang lumayan besar diguyur perawat dengan alcohol dan langsung digosok-gosok dengan keras.

Kalau saja disana tak ada James, mungkin sedari tadi si perawat sudah habis kutendang karena rasa perih yang menderaku.

Selesai membersihkan luka-luka ku, perawat tak ber perikemanusiaan tadi kembali menyiksaku dengan mengoleskan obat merah ke semua lukaku. Kalau biasanya obat merah itu tak perih kurasakan, tapi kali ini berbeda.

Pedih di lukaku rasanya seperti sampai ke ubun-ubun. Kugigit bibirku hingga terasa sedikit asin. Tak lama kemudian, si perawat mulai membebat luka ku dengan perban.Kemudian meninggalkanku yang masih merasakan perih disekujur lukaku.

James langsung keluar ruangan menyusul langkah si perawat sadis meninggalkanku yang tergeletak menyedihkan. Tak lama kemudian James datang sambil membawa segelas teh manis dan roti ditangannya.

"Minum dulu, Ya" ujarnya sambil menyodorkan gelas berisi teh manis itu padaku.

Kuangkat tanganku menerima gelas yang disodorkan James sambil menahan perih yang teramat sangat di bahu kananku yang sudah berbalutkan perban.

James yang melihatku meringis akhirnya membantuku meminum the manis tadi.

"Lain kali, kamu lebih hati-hati lagi Ya. Gimana tadi kalau jalanan ramai. Bisa habis kamu digilas" ujarnya sambil menatapku tajam.

"Iya..." jawabku singkat

James menyuapiku roti yang tadi dibawa nya. Sekejap rasa sakit yang mendera sekujur tubuhku hilang. Senang sekali rasanya disuapi olehnya. Oleh orang yang saat ini kusukai.

Orang yang menjadi alasan semua kebodohan ini kulakukan. Orang yang bisa membuatku lupa akan semua masalah yang sedang kualami dengan pacarku.Kutatap matanya saat kembali dia menyuapi roti kemulutku. Kutatap wajahnya yang memabukkanku.

Mata kami beradu pandang cukup lama hingga akhirnya James memalingkan wajah tampannya yang memerah."Thanks ya bro......" ujarku

"Hmmm..... ohh... ya... Kenapa ya?" Tanya nya gugup

"Terimakasih kau sudah membantuku....." kataku masih menatap nya

"Oh it's ok. Ga usah dibahas..." ujarnya sambil mengulapkan tangannya

JAMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang